Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Raffi Ahmad Diusulkan Capres 2024, Dosen Unair Sebut Belum Pas

Kompas.com - 02/06/2022, 15:53 WIB
Sandra Desi Caesaria,
Ayunda Pininta Kasih

Tim Redaksi

KOMPAS.com - Isu Raffi Ahmad sebagai calon presiden dari PKS (Partai Keadilan Sejahtera) dalam Pemilu 2024 menjadi trending topik beberapa hari belakangan.

Dilansir dari Kompas, Kabar ini muncul dari unggahan di Instagram resminya @zulkieflimansyah, Gubernur Nusa Tenggara Barat (NTB) itu mengatakan Raffi Ahmad merupakan sosok muda potensial.

Menurut Zul, sapaan Zulkieflimansyah, nama Raffi muncul saat dilakukan pembicaraan secara informal dengan para kepala daerah dari PKS jelang perayaan ulang tahun atau milad ke-20 PKS.

Baca juga: Epidemiolog soal Virus Hendra: Lebih Mematikan dari Covid-19

Dosen Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik Prodi Ilmu Politik Universitas Airlangga (Unair) Ali Sahab menilai bahwa sangat wajar jika partai menengah seperti PKS mengusung calon presiden dengan popularitas yang tinggi ditambah dengan finansial yang kuat.

“Akan tetapi, perlu diingat bahwa popularitas tidak selalu berbanding lurus dengan elektabilitas. Sehingga apa yang dikemukakan PKS hanya candaan politik saja,” terang Ali, dilansir dari laman Unair.

Ali menilai, Raffi Ahmad tidak akan menerima tawaran dari PKS tersebut.

“Karena hitung-hitungan peluang masih kecil dan belum punya pengalaman,” jelasnya. Menurut Ali, terus mengembangkan usaha atau bisnis yang tengah digeluti akan lebih menjanjikan bagi Raffi Ahmad dibanding mengajukan diri menjadi calon presiden.

Selain itu, Ali berpendapat bahwa saat ini masyarakat Indonesia sudah pandai dalam memilih pejabat politik, utamanya calon presiden.

Menurutnya, masyarakat tentu akan mempertimbangkan pengalaman pemerintahan dari calon presiden yang akan mereka pilih.

“Nah itu (pengalaman pemerintahan, Red) yang belum dimiliki oleh Raffi Ahmad,” terangnya.

Baca juga: Apakah Minum Suplemen Dapat Merusak Ginjal? Ini Penjelasan Dokter UGM

Kegagalan Kaderisasi

Selain itu Ali menilai, partai politik yang tidak mengusung kadernya sendiri mengindikasikan bahwa partai telah gagal dalam melakukan fungsinya yaitu kaderisasi.

Jika dalam memilih calon presiden partai politik hanya melihat popularitas tanpa pengalaman pemerintahan, kemungkinan besar akan mendapatkan kekalahan.

Ali menegaskan, pemilihan kader hanya berdasarkan popularitas belaka harus menjadi renungan semua partai politik. Khususnya tokoh yang akan dicalonkan sebagai presiden dalam Pemilu 2024.

“PR besar partai politik untuk menghasilkan kader-kader yang mempunyai popularitas tinggi juga elektabilitas tinggi,” terang Ali.

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Video rekomendasi
Video lainnya


Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Komentar
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com