Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Pakar Psikologi Unair: Begini Cara Membantu Korban Kekerasan Seksual

Kompas.com - 21/12/2021, 19:38 WIB
Ayunda Pininta Kasih

Penulis

KOMPAS.com - Pernahkah terbayangkan, apa yang harus kita lakukan jika pelecehan seksual terjadi pada kerabat, sahabat, atau bahkan keluarga?

Pelecehan seksual selalu meninggalkan trauma yang mendalam, tak hanya bagi korban, tetapi juga orang-orang terdekat korban. Itulah mengapa, perlu langkah tepat untuk menolong korban pelecehan seksual.

Dosen Fakultas Psikologi (FPSi) Universitas Airlangga (Unair), Margaretha Rehulina memberikan penjelasan.

Menurutnya, pada beberapa orang, kejadian ini mungkin bisa menimbulkan keinginan membalas dendam dan marah.

Baca juga: 21 Bentuk Kekerasan Seksual di Kampus dalam Permendikbud 30

Retha menjelaskan, marah dan rasa ingin balas dendam adalah sangat mungkin terjadi. Apalagi, berdasarkan pengamatannya, sebagian besar pelaku kejahatan seksual adalah orang yang dikenal korban. Bisa guru, keluarga, bahkan orang tua sendiri.

Hal itu, ungkapnya, yang membuat korban maupun keluarga korban menjadi lebih terpukul.

Namun, marah dan mengutarakan keinginan membalas dendam bukanlah cara terbaik untuk menolong korban.

“Karena ketika kita marah, kehilangan, benci, sebenarnya yang ingin dikejar adalah pemuasan kemarahan diri. Jadi ingin memuaskan kebutuhan diri untuk membalas dendam. Ini bukan yang terbaik untuk korban karena sebenarnya kita sedang melayani emosi pribadi,” jelas Retha seperti dilansir dari laman Unair.

Retha menekankan bahwa yang perlu dipahami adalah posisi korban kejahatan seksual yang sedang membutuhkan dukungan keluarga atau orang-orang terdekat.

Sehingga, alih-alih menghabiskan energi pada keinginan membalas dendam, lebih baik fokus memberikan dukungan bagi korban untuk melanjutkan hidupnya.

Baca juga: Psikolog UGM: Cara Bangun Support System untuk Kesehatan Mental

Mengakses bantuan hukum

Retha menyarankan agar pihak keluarga atau orang terdekat mengakses bantuan hukum jika kejahatan seksual telah terjadi.
Namun, sambung Retha, bukan berarti keluarga yang harus mencari keadilan sendiri. Tetapi, menggunakan jalur dan proses hukum.

“Keluarga bisa membantu polisi agar bisa melakukan penyelidikan lebih cepat. Sehingga pelaku atau tersangka dapat segera dihentikan agar tidak melakukan pengulangan kejahatan,” ujarnya.

Menurutnya, dukungan dan bantuan dari lingkungan terdekat adalah hal utama yang dibutuhkan oleh korban. Jika korban kejahatan seksual adalah anak-anak, sangat diharapkan bukan hanya keluarga, tetapi juga sekolah turut memberikan dukungan.

Meski demikian, sejauh ini yang terjadi di Indonesia masih jauh dari harapan Retha. Korban kejahatan seksual dianggap harus mengundurkan diri dari sekolahnya.

Baca juga: Kuliah S2 Gratis di 7 Universitas Jepang 2023, Tunjangan Rp 22 Juta Per Bulan

“Misalkan sampai terjadi kehamilan, itu yang terjadi adalah anak diminta mengundurkan diri dari sekolah. Ini kita tambah melukai korban dan membuat korban bertambah traumanya. Karena dia bukan hanya trauma diperkosa, tetapi juga trauma diambil haknya dari pendidikan,” pungkasnya.

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Video rekomendasi
Video lainnya


Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Komentar
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com