Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Salin Artikel

Ini Kisah 100 Tahun Perjalanan Observatorium Bosscha

KOMPAS.com - Di tahun 2023, Observatorium Bosscha Institut Teknologi Bandung (ITB) akan berusia ke-100 tahun.

Di usia yang 100 tahun, perjalanan Observatorium Bosscha sejak awal berdiri sampai sekarang diceritakan oleh seorang astronom Belanda yang juga Sekjen dari International Astronomical Union periode 2006-2009, Prof. Karel A. van der Hucht.

Prof. Karel mengucapkan selamat atas 100 tahun berdirinya Observatorium Bosscha.

Dia observatorium ini memiliki karakteristik yang unik sebagai akibat dari letaknya yang dekat dengan ekuator sehingga dapat mengamati kedua belahan bumi bagian utara dan selatan.

Berdasarkan sejarah yang tercatat, terdapat fakta bahwa observatorium pertama di Pulau Jawa dibangun sekitar tahun 1760 oleh Pendeta Johan Mohr dari sebuah gereja Portugis yang terletak di Glodok, Batavia.

Dalam observatoriumnya ini, Mohr berhasil mengamati terjadinya transit Venus pada tahun 1761 dan 1769 ketika Batavia berada sejalur dengan kedua fenomena tersebut.

"Namun sangat disayangkan, tidak ada yang melanjutkan dan mewarisi semua pekerjaan yang dilakukan oleh Mohr sehingga observatorium tersebut menghilang dan perkembangan ilmu astronomi pun terhenti cukup lama hingga didirikannya Observatorium Bosscha di Jawa Barat," kata dia dikutip dari laman ITB, Selasa (31/1/2023).

Berdirinya Observatorium Bosscha sejak tahun 1950 berada di bawah naungan ITB memiliki asosiasi yang sangat erat dengan perkembangan budaya teh di daerah Parahyangan, Jawa Barat yang dimulai di sekitar tahun 1824 oleh beberapa keluarga Belanda yang saling terikat yang di antaranya adalah van der Hucht, Holle, Kerkhoven, dan Bosscha.

Prof. Karel menyebut, beberapa anggota keluarga yang berada dalam perkebunan, seperti Karel Bosscha dan Rudolf Kerkhoven juga memiliki ketertarikan dalam bidang ilmiah, terutama astronomi.

Dengan ketertarikan tersebut, mereka memutuskan untuk mendirikan salah satu observatorium astronomi terbaik di belahan bumi selatan.

"Untuk mendukung gagasan didirikannya observatorium ini, Bosscha dan Kerkhoven kemudian membuat Netherlands-Indies Astronomical Association, sebuah Asosiasi Astronomi Hindia-Belanda di Bandung," ungkap dia.

Kemudian pada 12 September 1920, mereka mulai merekrut patron, orang terpelajar, dan politikus berpengaruh sebagai anggota asosiasi, dengan posisi Karel Bosscha sebagai ketua dan Kerkhoven sebagai sekretaris.

Tujuan dari asosiasi ini adalah untuk membangun dan memelihara observatorium astronomi di Hindia Belanda dan untuk mempromosikan ilmu astronomi.

Pada pertemuan dengan para pendiri asosiasi, Karel Bosscha kemudian menyampaikan bahwa ia akan mendanai pengadaan teleskop yang panjang fokusnya sekitar tujuh meter.

Selain itu, Rudolf Kerkhoven juga menyampaikan akan mendonasikan pendulum richter astronomi, refraktor Zeiss, dan mendanai pengadaan teleskop meridian-jarak yang besar.

Selanjutnya, pada 3 Desember tahun 1920, anggota asosiasi menyepakati keputusan untuk meresmikan nama dari observatorium ini sebagai "Observatorium Bosscha" yang berasal dari nama salah seorang fisikawan Belanda, Johannes Bosscha, yang juga merupakan ayah dari Karel Bosscha.

Daerah Lembang yang berada di ketinggian 1.300 meter di atas permukaan laut dan terletak 40 km di utara Bandung, tepat di selatan Gunung Tangkuban Perahu kemudian dipilih sebagai lokasi untuk pembangunan observatorium ini.

Proses konstruksi gedung pertama observatorium berjalan dengan lancar, sehingga pada 1 Januari 1923 dengan dihadiri oleh Gubernur Jenderal Fock, observatorium ini resmi dibuka.

Dalam tahun yang sama dengan tahun mulai beroperasi, observatorium ini diwariskan perpustakaan astronomi pribadi milik Prof. van de Sande Bakhuyzen yang merupakan seorang direktur di Observatorium Leiden.

Setelah itu, secara bertahap, dilakukan pengadaan alat seperti refraktor ganda dan alat-alat lain, termasuk pengadaan patung dari Bosscha yang dianggap telah memberikan banyak kontribusi untuk Hindia-Belanda terutama di bidang astronomi.

"Meskipun perkembangannya relatif cepat, di tahun-tahun awal berdirinya, observatorium ini tidak mampu menghasilkan banyak pencapaian astronomi karena kurangnya personel yang berada di dalam lingkungan observatorium ini," ungkap dia.

Kemudian, tidak lama setelah observatorium ini rampung, pada 26 November 1928, Karel Bosscha meninggal dunia di perkebunan teh miliknya di daerah Malabar. Sehingga posisi ketua dari asosiasi digantikan oleh Rudolf Kerkhoven hingga ia pensiun di tahun 1935.

Demikianlah perjalanan berdirinya Observatorium Bosscha dan perkembangan keilmuan astronomi di Indonesia.

"Semoga semua direktur dan pegawai dapat merayakan peringatan seratus tahun Observatorium Bosscha dengan baik dan semoga sukses selalu untuk mempromosikan astronomi di Indonesia," tukas Prof. Karel di acara peringatan 100 tahun berdirinya Bosscha.

https://www.kompas.com/edu/read/2023/01/31/145016971/ini-kisah-100-tahun-perjalanan-observatorium-bosscha

Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke