“Banyak sekali berita-berita hoaks itu dari video. Video kejadian di tempat A, tapi seolah-olah narasinya dibuat itu adalah kejadian di tempat B. Itu sangat berbahaya dan dapat menurunkan tingkat kepercayaan masyarakat,” ucapnya.
Dengan meningkatnya kesadaran dan kemampuan masyarakat dalam memilah informasi, Maria berharap risiko bencana dapat berkurang, sehingga dampak yang dirasakan dapat menurun.
“Kami berharap bisa melakukan sosialisasi dan edukasi lebih luas lagi ke masyarakat, dan itu berarti literasi digital sangat penting untuk masyarakat,” ujar dia.
Dalam workshop tersebut hadir belasan warga dan anggota tim siaga bencana tingkat rukun warga (RW) Kelurahan Kampung Melayu, serta perwakilan dari pemerintah kelurahan.
Ada pula perwakilan dari BMKG, Damkar Kelurahan Kampung Melayu, BPBD, dan Suku Dinas Sumber Daya Air Jakarta Timur.
Berdasarkan pemaparan Editor Cek fakta Kompas.com Bayu Galih Wibisono, penyebaran hoaks dalam situasi bencana dapat menyebabkan kepanikan dan dampaknya mitigasi terhambat.
Menurut dia, hoaks dibuat untuk menghilangkan kepercayaan terhadap pihak berwenang. Ia mencontohkan hoaks dengan narasi “Wapres imbau warga miskin bersedekah untuk cegah bencana”.
Klaim tersebut dibagikan dalam bentuk tangkapan layar judul berita. Namun, setelah ditelusuri narasi tersebut tidak benar dan merupakan konten hasil rekayasa.
Ada tiga modus penyebaran hoaks yang dapat diidentifikasi. Pertama, daur ulang atau konten lama diproduksi lagi dengan keterangan yang disesuaikan masa kini.
Kedua, manipulasi gambar yang memperkuat narasi. Padahal, bisa jadi gambar tersebut tidak ada kaitannya dengan peristiwa yang dinarasikan dan hanya untuk memancing rasa penasaran.
Contohnya, narasi soal “banjir 4 meter yang merendam Balai Kota DKI Jakarta”. Namun, video sebuah gedung terendam air bukanlah gedung Balai Kota.
Ketiga, narasi spekulatif soal konspirasi. Modus seperti ini pernah ditemukan pada narasi terkait penyebab gempa di Turkiye dan Suriah pada Februari lalu.
Narasi yang beredar menyebutkan, bencana itu terjadi karena serangan sistemik untuk melawan orang-orang Kurdi. Padahal, gempa yang terjadi merupakan gempa tektonik.
Lantas, apa yang bisa dilakukan ketika menemukan konten yang dicurigai sebagai hoaks? Langkah pertama, telusuri dari mana konten itu bermula.
Setelah itu, cek sumber informasi, apakah sahih, kredibel dan bisa dipertanggungjawabkan. Kemudian, periksa keterangan waktu, lokasi peristiwa, dan motivasi penyebar hoaks.
Kelima hal ini merupakan pilar dasar dalam verifikasi agar tidak sembarangan menyebarkan informasi.
Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.