KOMPAS.com - Penjajahan dan gejolak politik turut memengaruhi gerakan kepanduan di Indonesia.
Tanggal 14 Agustus 1961 dikenal sebagai hari berdirinya gerakan kepanduan Praja Muda Karana (Pramuka).
Namun sebelum Pramuka, telah ada geliat gerakan kepanduan lainnya sejak zaman Belanda, kepanduan di bawah Kasunanan Surakarta, serta organisasi masyarakat dan politik.
Baca juga: Sejarah Singkat Hari Pramuka 14 Agustus
Gerakan kepanduan juga sempat mengalami pembubaran di bawah penjajahan Jepang, bahkan oleh Pemerintah Indonesia.
Ketika Indonesia masih dijajah, Belanda mendirikan organisasi kepanduan di Tanah Air pada 7 Januari 1911.
Organisasi tersebut diberi nama Nederlandsche Padvinders Organisatie (NPO).
Kemudian namanya berubah menjadi Nederlandsche Indische Padvinders Vereeniging (NIPV), imbas yurisdiksi undang-undang Kerajaan Belanda di daerah jajahannya.
Geliat gerakan kepanduan ditulis oleh R Darmanto Djojodibroto dalam buku berjudul Kepanduan: Metode Pendidikan Karakter Menurut Baden-Powell (2020).
Rakyat Indonesia merasa organisasi kepanduan merupakan hal yang bermanfaat. Mereka pun mendirikan organisasi serupa yang berlokasi di Kadipaten Mangkunegaran.
Baca juga: Seperti Ini Pramuka dari Sisi Pendidikan, Metode dan Gerakan
Organisasi kepanduan itu dinamai Javaansche Padvinders Organisatie (JPO). Semangat kepanduan merambah ke organisasi dan kelompok masyarakat lainnya di Tanah Air.
Muncullah organisasi kepanduan, seperti Troeno Kembang di Kasunanan Solo, Padvinder Moehammadijah di Yogyakarta, Sjarikat Islam Afdeeling Padvinderij (SIAP) atau Serikat Islam Angkatan Pandu, Kepanduan Bangsa Indonesia (KBI), Suryawirawan, Pandu Kristen, Pandu Katolik, Pandu Anshar, dan sebagainya.
Ketika Jepang mengambil alih kekuasaan dan menduduki Nusantara, tentara Nippon melarang segala bentuk organisasi kepanduan.
Namun setelah Jepang kalah dari sekutu, semangat kemerdekaan menghadirkan kembali gerakan kepanduan di Indonesia.
Anggota kepanduan dari berbagai organisasi yang sebelumnya berdiri sendiri-sendiri, sepakat untuk menyatukan gerakan.
Mereka mengadakan Kongres Kesatuan Kepanduan Indonesia di Solo pada 28 Desember 1945.