Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Kompas.com - 04/08/2023, 08:32 WIB
Rosy Dewi Arianti Saptoyo,
Bayu Galih

Tim Redaksi

KOMPAS.com - Penipuan daring memanfaatkan kebutuhan masyarakat pencari kerja dengan menyebar penipuan rekrutmen.

Pelaku melakukan berbagai cara untuk menyebarkan informasi lowongan kerja palsu tersebut.

Apabila tidak cermat, para pencari kerja akan dengan mudah menjadi sasaran empuk penipuan.

Bukannya mendapat pekerjaan untuk menyambung hidup, korban justru merugi karena tertipu.

Agar terhindar dari bala, pelajari ragam bentuk penipuan lowongan kerja berikut.

1. Mengirim undangan disertai jasa travel

Penipuan lowongan kerja ada yang tersebar melalui pesan elektronik atau email.

Terlepas dari cara pelaku mendapatkan email korban, penipuan lowongan kerja tersebut biasanya mengirim undangan wawancara kerja kepada calon korbannya.

Salah satu contohnya undangan mengatasnamakan PT Waskita Karya, yang ditelusuri Kompas.com pada 2018 lalu.

Email yang dikirim memuat berkas PDF yang isinya berupa surat undangan, daftar nama kandidat, jadwal wawancara, serta nomor kontak jasa transportasi travel.

Nama-nama yang terdaftar sebagai kandidat pekerja tersebut diminta untuk menghubungi dan menggunakan jasa travel tersebut untuk memenuhi undangan wawancara.

Mereka diminta untuk mengirim sejumlah uang sebagai biaya transportasi dan akomodasi. Uang tersebut dijanjikan akan dikembalikan ketika peserta sampai di lokasi wawancara kerja.

Padahal, perusahaan yang bersangkutan tidak sedang membuka lowongan kerja.

Sementara, korban terlanjur mengirim uang travel dan akomodasi yang tertera pada surat undangan tersebut.

Maka, waspadai sebaran undangan wawancara kerja palsu.

Pastikan terlebih dahulu alamat email pengirim surat. Apabila alamat emailnya menggunakan jasa email gratis, seperti gmail.com atau yahoo.id, maka patut dicurigai.

Email resmi perusahaan biasanya menggunakan domain resmi sendiri.

2. Menggunakan akun medsos dan nomor palsu

Cara lain yang paling umum digunakan adalah menyebarkan lowongan kerja palsu melalui media sosial sampai situs palsu.

Pelaku akan membuat akun menyerupai akun resmi dari perusahaan terkait. Misalnya memakai logo atau desain yang mirip.

Kendati demikian, nomor atau akun media sosial palsu itu bukan tanpa celah.

Akun media sosial resmi biasanya disertai centang biru. Sementara, akun palsu tidak memiliki tanda verifikasi serta pengikutnya cenderung sedikit.

Sementara, jika mendapat tawaran kerja dari nomor WhatsApp dapat mengetahui detail nomornya melalui aplikasi Get Contact.

Aplikasi tersebut memungkinkan kita melihat nama yang disimpan pengguna lain, sehingga dapat mengetahui siapa pemilik nomor tersebut. Apabila nomor tidak mengarah pada identitas perusahaan maka jangan dipercaya.

3. Tautan phishing

Penipuan lowongan kerja dapat beredar melalui tautan ke suatu situs. Ada situs yang mengarahkan

Adapun situs palsu kerap memakai jasa pembuat situs gratis dan bukan domain milik perusahaan.

Contohnya, poster lowongan kerja petugas haji 2023 yang ditemukan Kompas.com.

Poster tersebut menyertakan alamat situs yang tidak terhubung ke Kementerian Agama.

4. Janji manis

Penipuan lowongan kerja dapat ditengarai melalui deskripsi pekerjaan, syarat, serta gaji besar yang dijanjikan.

Jangan mudah diimingi pekerjaan yang terlalu bagus untuk menjadi nyata.

Apabila pekerjaan yang dilakukan tidak seimbang dengan gaji dan fasilitas yang dijanjikan, maka patut dicurigai.

 
Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Video rekomendasi
Video lainnya


Terkini Lainnya

Fakta-fakta Terkait Insiden Turbulensi Pesawat Singapore Airlines

Fakta-fakta Terkait Insiden Turbulensi Pesawat Singapore Airlines

Data dan Fakta
[KLARIFIKASI] Konteks Keliru soal Video Ronaldo Sapa Suporter Timnas Indonesia

[KLARIFIKASI] Konteks Keliru soal Video Ronaldo Sapa Suporter Timnas Indonesia

Hoaks atau Fakta
[HOAKS] Video Detik-detik Helikopter Presiden Iran Jatuh

[HOAKS] Video Detik-detik Helikopter Presiden Iran Jatuh

Hoaks atau Fakta
[HOAKS] Rekaman Suara Sri Mulyani Marahi Pegawai Bea Cukai

[HOAKS] Rekaman Suara Sri Mulyani Marahi Pegawai Bea Cukai

Hoaks atau Fakta
[KLARIFIKASI] Video Turbulensi Pesawat ALK, Bukan Singapore Airlines

[KLARIFIKASI] Video Turbulensi Pesawat ALK, Bukan Singapore Airlines

Hoaks atau Fakta
[HOAKS] Foto Donald Trump Pakai Helm dan Seragam Militer

[HOAKS] Foto Donald Trump Pakai Helm dan Seragam Militer

Hoaks atau Fakta
[KLARIFIKASI] Foto Korban Serangan Israel di Gaza pada 2014 Dibagikan dengan Konteks Keliru

[KLARIFIKASI] Foto Korban Serangan Israel di Gaza pada 2014 Dibagikan dengan Konteks Keliru

Hoaks atau Fakta
INFOGRAFIK: Muncul Hoaks Warga Rafah Bikin Video Rekayasa Serangan Israel

INFOGRAFIK: Muncul Hoaks Warga Rafah Bikin Video Rekayasa Serangan Israel

Hoaks atau Fakta
INFOGRAFIK: Tidak Benar Gaji ke-13 PNS Akan Dihentikan

INFOGRAFIK: Tidak Benar Gaji ke-13 PNS Akan Dihentikan

Hoaks atau Fakta
[HOAKS] Seorang Ibu di AS Disuntik Mati karena Telantarkan Anaknya

[HOAKS] Seorang Ibu di AS Disuntik Mati karena Telantarkan Anaknya

Hoaks atau Fakta
[HOAKS] Foto Helikopter yang Ditumpangi Presiden Iran Terbakar

[HOAKS] Foto Helikopter yang Ditumpangi Presiden Iran Terbakar

Hoaks atau Fakta
[KLARIFIKASI] Belum Ada Keputusan Diskualifikasi Timnas Israel di Olimpiade Paris

[KLARIFIKASI] Belum Ada Keputusan Diskualifikasi Timnas Israel di Olimpiade Paris

Hoaks atau Fakta
Dituding Tiru Suara Scarlet Johansson, OpenAI Hapus Fitur Suara dari ChatGPT

Dituding Tiru Suara Scarlet Johansson, OpenAI Hapus Fitur Suara dari ChatGPT

Data dan Fakta
[KLARIFIKASI] Video Lama Presiden Iran Naik Helikopter Dinarasikan Keliru

[KLARIFIKASI] Video Lama Presiden Iran Naik Helikopter Dinarasikan Keliru

Hoaks atau Fakta
[HOAKS] Badan Intelijen Iran Gerebek Kedubes India di Teheran

[HOAKS] Badan Intelijen Iran Gerebek Kedubes India di Teheran

Hoaks atau Fakta
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Komentar
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com