Nyatanya, Pinkerton pulang ke AS, meninggalkan Cio-Cio-San yang menanti dengan tulus. Saat Pinkerton kembali ke Jepang bersama istrinya, Cio-Cio-San telah melahirkan seorang anak.
Pinkerton dan istri barunya meminta anak itu untuk dibawa ke AS. Cio-Cio-San harus menerima kenyataan Pinkerton tidak akan kembali padanya dan setuju menyerahkan buah hatinya.
Pilihan Cio-Cio-San menikah dengan Pinkerton sebelumnya membuat dia meninggalkan agama Buddha, saudara-saudaranya, dan kini mengorbankan hidupnya. Kemudian, ia mengakhiri hidupnya sendiri.
Tema cerita ini tampak seperti kisah umum di mana perempuan jatuh cinta pada laki-laki yang mempermainkannya, dan memiliki akhir yang tragis.
Penataan adegan oleh Puccini memperlihatkan perilaku tentara AS di luar negeri yang menggunakan posisi untuk mempermainkan perempuan.
Kini ada kekhawatiran bahwa pementasan itu justru mendukung prasangka tertentu, sebagaimana opini Direktur Royal Opera House, Oliver Mears, pada 14 Juni 2022, di The Guardian.
Dilema yang dihadapi insan opera yakni mereka tak mungkin meninggalkan mahakarya itu, namun khawatir memiliki dampak buruk yang terus berlanjut.
Masalah lainnya, pusaran utama gelaran opera berada di kawasan Eropa Barat. Hal itu membuat karya-karya orang kulit putih cenderung lebih populer dari wilayah lain.
Penggambaran orang non-kulit putih kerap menjadi pihak yang menderita juga dikhawatirkan berperan mengembangkan pola pikir rasisme.
Ada juga kecenderungan perempuan menjadi korban dalam berbagai kasus, dari penyiksaan, intrik, hingga penyakit yang berujung pada kematian.
Menurut Mears, harus ada pembaruan interpretasi cerita opera agar tidak memperparah berbagai stereotipe negatif.
Hal itu bisa dilakukan antara lain dengan lebih memperhatikan suara orang-orang yang akan diwakili dalam cerita.
Misalnya, pihaknya berkonsultasi dengan berbagai pihak, termasuk pakar dan pelaku seni Jepang dalam mempersiapkan pementasan Madame Butterfly.
Opera juga harus lebih terbuka dalam pemilihan pemeran, dengan menerima orang paling berbakat di antara pendaftar, tanpa peduli dari ras mana dia berasal.
Maka menurutnya, pemilihan pemeran yang berbakat tanpa memandang rasnya serta interpretasi yang modern dan memiliki sensitivitas pada kondisi masyarakat menjadi kunci opera di masa depan.
"Alih-alih membatalkannya (pertunjukan), kita harus menemukan cara kreatif untuk terus hidup bersama mereka. Keterbukaan mereka pada interpretasi tanpa merusak cerita, menjadi kunci masa depan," kata Mears.
Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.