Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Perlunya Peningkatan Kualitas Berita untuk Cegah Hoaks

Kompas.com - 07/02/2023, 18:01 WIB
Luqman Sulistiyawan,
Kristian Erdianto

Tim Redaksi

KOMPAS.com - Di era digital, masyarakat dituntut kian selektif dalam menerima informasi. Sebab, informasi keliru atau hoaks juga bertebaran dan berpotensi menyesatkan.

Survei yang dilakukan Kementerian Komunikasi dan Informatika bersama Katadata Insight Center pada periode 1 Agustus hingga 31 September 2022 menunjukkan, masyarakat kerap menemukan hoaks di beberapa platform digital.

Dari 10.000 responden, sebanyak 55,9 persen mengaku sering menemukan hoaks di media sosial Facebook.

Baca juga: Bagaimana Perilaku Masyarakat dalam Menggunakan Media Sosial?

 

Pola ini sama dengan survei sebelumnya yang menempatkan Facebook sebagai media sosial yang dominan sebagai tempat menyebarnya hoaks. 

Namun, persentase tersebut turun signifikan. Pada 2020 terdapat 71,9 persen masyarakat yang mengaku kerap menemukan hoaks di Facebook.

Selain media sosial, masyarakat juga mengaku sering menemukan hoaks di berita daring atau online.

Sebanyak 16 persen responden menganggap berita online kerap menyajikan hoaks. Angka tersebut mengalami kenaikan jika dibandingkan pada 2020, yakni 10,7 persen.

Berita online menempati peringkat kedua di bawah Facebook sebagai media yang kerap menyajikan hoaks.

Menanggapi survei tersebut, Sekretaris Jenderal (Sekjen) Asosiasi Media Siber Indonesia (AMSI) Wahyu Dhyatmika mengatakan, banyaknya laman atau web memungkinkan munculnya berita online yang menyajikan hoaks.

Sebab, tidak semua media online terverifikasi oleh Dewan Pers. Di samping itu, juga terdapat media online yang tidak mengindahkan kaidah jurnalistik.

“Jadi tidak terlalu mengejutkan memang, karena kan salah satu fenomena yang muncul setelah era digital ini memang banyak sekali situs-situs berita yang sebetulnya tidak mengindahkan pedoman media siber, tidak mengikuti kode etik dan itu semua telah menjadi konsen kita sejak lama,” kata Wahyu kepada Kompas.com Minggu (5/2/2023). 

Baca juga: Kesadaran soal Pelindungan Data Pribadi Perlu Ditingkatkan

Menurut Wahyu, riset tersebut semakin lengkap ketika dikerucutkan pada media online seperti apa kerap menyajikan berita hoaks.

Ia menuturkan, pengklasifikasian media online akan membantu untuk mencari solusi agar hoaks dalam bentuk berita bisa ditekan.

“Kalau menyebut media online itu mencakup terminologi yang luas sekali. Mencakup media yang benar dan tidak benar, termasuk media abal-abal," kata Wahyu.

"Jadi kalau mau, dikerucutkan saja media online seperti apa yang menyebar hoaks. Apakah yang terverifikasi di Dewan Pers, yang tergabung dalam asosiasi atau media online yang tidak masuk asosiasi dan tidak terverifikasi Dewan Pers,” ujarnya.

Wahyu berpandangan, untuk menekan hoaks, media atau publisher perlu menyaring dan memberi penegasan terkait informasi yang dibagikan.

Ia menekankan perlunya peningkatan kualitas berita, supaya konten yang disajikan tidak manipulatif ataupun clickbait. Ia menilai saat ini praktik demikian sudah semakin berkurang. 

Wahyu berharap media online bisa menyajikan berita berkualitas. Kualitas berita yang baik juga menyehatkan segi bisnis. Sebab, konten dan bisnis merupakan hal yang tidak terpisahkan dalam industri media.

“Kita harus melakukan seleksi internal juga di semua stakeholder pers digital supaya publik bisa membedakan dan tidak digeneralisasi bahwa semua media online itu penyebar hoaks," kata Wahyu. 

Baca juga: Penyebaran Hoaks dan Rendahnya Kemampuan Identifikasi Informasi

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Video rekomendasi
Video lainnya


Terkini Lainnya

[HOAKS] Timnas Guinea Didiskualifikasi dari Olimpiade Paris 2024

[HOAKS] Timnas Guinea Didiskualifikasi dari Olimpiade Paris 2024

Hoaks atau Fakta
[KLARIFIKASI] Video Evakuasi Warga Palestina dari Gaza Utara, Bukan Rafah

[KLARIFIKASI] Video Evakuasi Warga Palestina dari Gaza Utara, Bukan Rafah

Hoaks atau Fakta
[HOAKS] Timnas Sepak Bola Indonesia Resmi Lolos Olimpiade Paris 2024

[HOAKS] Timnas Sepak Bola Indonesia Resmi Lolos Olimpiade Paris 2024

Hoaks atau Fakta
INFOGRAFIK: Konten Satire Perlihatkan Wajah Hawa Mirip Taylor Swift

INFOGRAFIK: Konten Satire Perlihatkan Wajah Hawa Mirip Taylor Swift

Hoaks atau Fakta
INFOGRAFIK: Hoaks Foto Perlihatkan McDonald's Terbengkalai, Simak Penjelasannya

INFOGRAFIK: Hoaks Foto Perlihatkan McDonald's Terbengkalai, Simak Penjelasannya

Hoaks atau Fakta
[KLARIFIKASI] Video Tsunami di Jepang pada 2011, Bukan 2024

[KLARIFIKASI] Video Tsunami di Jepang pada 2011, Bukan 2024

Hoaks atau Fakta
[KLARIFIKASI] Video Perkelahian Antarpekerja Berlokasi di Afrika Barat

[KLARIFIKASI] Video Perkelahian Antarpekerja Berlokasi di Afrika Barat

Hoaks atau Fakta
[HOAKS] Prabowo Tawarkan Bantuan melalui WhatsApp

[HOAKS] Prabowo Tawarkan Bantuan melalui WhatsApp

Hoaks atau Fakta
[HOAKS] Foto Rihanna Hadiri Met Gala 2024

[HOAKS] Foto Rihanna Hadiri Met Gala 2024

Hoaks atau Fakta
[HOAKS] Wasit Terbukti Curang, Laga Indonesia Vs Guinea Diulang

[HOAKS] Wasit Terbukti Curang, Laga Indonesia Vs Guinea Diulang

Hoaks atau Fakta
[KLARIFIKASI] Foto Venus Dibuat Pakai Bahasa Pemrograman dan Photoshop

[KLARIFIKASI] Foto Venus Dibuat Pakai Bahasa Pemrograman dan Photoshop

Hoaks atau Fakta
[VIDEO] Hoaks! FIFA Angkat Bicara soal Wasit VAR Indonesia Vs Uzbekistan

[VIDEO] Hoaks! FIFA Angkat Bicara soal Wasit VAR Indonesia Vs Uzbekistan

Hoaks atau Fakta
INFOGRAFIK: Bisakah DPR Menolak Pindah ke IKN dan Tetap Berkedudukan di Jakarta?

INFOGRAFIK: Bisakah DPR Menolak Pindah ke IKN dan Tetap Berkedudukan di Jakarta?

Hoaks atau Fakta
INFOGRAFIK: Tidak Benar 'Time' Tampilkan Donald Trump Bertanduk di Sampul Majalah

INFOGRAFIK: Tidak Benar "Time" Tampilkan Donald Trump Bertanduk di Sampul Majalah

Hoaks atau Fakta
[VIDEO] Benarkah Ada Fenomena Bulan Kembar di Pegunungan Arfak?

[VIDEO] Benarkah Ada Fenomena Bulan Kembar di Pegunungan Arfak?

Hoaks atau Fakta
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Komentar
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com