Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

"FIFA Uncovered" dan Kontroversi Piala Dunia Qatar 2022...

Kompas.com - 02/11/2022, 17:40 WIB
Luqman Sulistiyawan,
Bayu Galih

Tim Redaksi

KOMPAS.com - Piala Dunia Qatar 2022 tinggal menghitung hari. Ditunjuknya Qatar sebagai tuan rumah Piala Dunia 2022 menggoreskan sejarah baru dalam dunia sepak bola.

Qatar menjadi negara Timur Tengah pertama yang menyelenggarakan Piala Dunia.

Namun, di balik penunjukan Qatar sebagai tuan rumah Piala Dunia 2022 terselip sejumlah kontroversi, mulai dari isu suap sampai dengan pelanggaran hak asasi manusia.

Baru-baru ini Netflix pun merilis sebuah trailer film berjudul FIFA Uncovered yang menampilkan kebobrokan FIFA dan skandal di balik penyelenggaraan Piala Dunia yang akan dilaksanakan di Qatar.

Film FIFA Uncovered akan mengupas adanya permasalahan di dalam organisasi sepak bola dunia tersebut seperti korupsi, pencucian uang hingga penghindaran pajak.

Rencananya film FIFA Uncovered akan diluncurkan pada 9 November 2022, menjelang pertandingan pembukaan Piala Dunia 2022 antara Qatar dan Ekuador.

Baca juga: Ribuan Pekerja Asing Diusir dari Ibu Kota Qatar Jelang Piala Dunia

Melalui akun Twitternya,  Netflix mengunggah trailer FIFA Uncovered dan menuliskan keterangan:

"Serial dokumenter ini menelusuri warisan organisasi, menjelajahi arak-arakan, perebutan kekuasaan, dan politik menjadi tuan rumah Piala Dunia. FIFA Uncovered, 9 November mendatang."

Munculnya film FIFA Uncovered akan membuka mata dunia bahwa ada hal yang tidak beres terkait penyelenggaraan Piala Dunia 2022 di Qatar.

Pada 2014, mantan Presiden FIFA Sepp Blatter bahkan mengatakan bahwa sebuah kesalahan memilih Qatar menjadi tuan rumah turnamen.

"Ya, itu adalah kesalahan tentu saja, tetapi seseorang membuat banyak kesalahan dalam hidup,” ujar Blatter dilansir dari Sportbible.

Baca juga: Piala Dunia 2022: Hayya Card, Kartu Wajib Penonton Ajang Akbar di Qatar

Kental dengan aroma suap

Kontroversi Piala Dunia 2022 sudah muncul sejak Qatar ditunjuk menjadi tuan rumah turnamen tersebut pada 2010.

Qatar ditunjuk menjadi tuan rumah Piala Dunia 2022 setelah mengungguli Amerika Serikat. Qatar memperoleh 14 suara sedangkan Amerika Serikat yang merupakan tuan rumah Piala Dunia 1994 hanya mendapat delapan suara.

Muncul juga kekhawatiran terkait adanya praktik suap dalam penunjukan Qatar sebagai tuan rumah Piala Dunia.

Bola Al Rihla yang akan dipakai di Piala Dunia Qatar 2022MOHAMED ALI ABDELWAHID Bola Al Rihla yang akan dipakai di Piala Dunia Qatar 2022

Dilansir dari Sky News, pada 2014, The Sunday Times menerbitkan dokumen FIFA yang menunjukkan bahwa mantan Presiden Asian Football Association (AFC), Mohamed Bin Hammam telah melakukan suap dengan total lebih dari 5 juta dollar AS.

Suap itu diberikan kepada pejabat sepak bola dari berbagai negara untuk memastikan negaranya menjadi tuan rumah Piala Dunia 2022.

Bin Hammam sendiri akhirnya lengser dari jabatannya sebagai petinggi AFC, namun tidak terkait dengan suap Piala Dunia Qatar 2022.

Dia dipecat dengan tidak hormat dari AFC karena melakukan suap untuk menyingkirkan Sepp Blatter dari kursi presiden FIFA.

Baca juga: Piala Dunia 2022 Qatar, Dampak Positif bagi Negara Timur Tengah

Pada 2019, mantan presiden UEFA Michel Platini juga ditahan sebagai bagian dari penyelidikan kasus korupsi terkait penunjukan Qatar sebagai tuan rumah Piala Dunia 2022.

Diberitakan Daily Mail sebelumnya, mantan Presiden Union of European Football Associations (UEFA) itu merupakan salah satu dari 22 pria yang memberikan suara terkait penunjukan tuan rumah Piala Dunia pada 2018 dan 2022.

Dari 22 eksekutif FIFA , 16 di antaranya dituduh atau didakwa melakukan korupsi, terlibat dalam kasus yang ditangani FBI, serta dituduh melakukan pelanggaran etik.

Selain Platini, mantan Presiden FIFA, Sepp Blatter juga terseret kasus tersebut. Blatter dan Platini sempat dihukum larangan berkecimpung dalam dunia sepak bola selama delapan tahun.

Namun akhirnya pada tahun ini Platini dan Blatter resmi dibebaskan dari tuduhan korupsi.

Baca juga: Niat Jalan Kaki dari Spanyol ke Doha demi Nonton Piala Dunia 2022 Qatar, Pria Ini Hilang

Banyak pekerja migran yang meninggal

Selain kental dengan aroma suap dan korupsi. Piala Dunia Qatar 2022 juga lekat dengan isu pelanggaran hak asasi manusia (HAM).

Berdasarkan laporan dari The Guardian pada 2021, lebih dari 6.500 pekerja migran dari India, Pakistan, Nepal, Bangladesh dan Sri Lanka meninggal di Qatar.

Kematian itu terjadi sejak Qatar terpilih menjadi tuan rumah Piala Dunia tahun 2010 lalu. Data dari India, Bangladesh, Nepal dan Sri Lanka mengungkapkan ada 5.927 kematian pekerja migran pada periode 2011-2020.

Secara terpisah, data dari kedutaan Pakistan di Qatar melaporkan terdapat 824 kematian pekerja Pakistan, antara tahun 2010 sampai 2020.

Jumlah korban tewas secara signifikan lebih tinggi, karena angka-angka ini tidak termasuk kematian dari sejumlah negara yang mengirim pekerjanya ke Qatar. Seperti halnya negara Filipina dan Kenya.

Angka kematian yang terjadi di bulan-bulan terakhir tahun 2020 juga tidak termasuk dalam data tersebut. 

Dalam 10 tahun terakhir, Qatar telah memulai program pembangunan yang belum pernah terjadi sebelumnya. Sebagian besar pembangunan dilakukan untuk menyambut Piala Dunia 2022. 

Selain membangun tujuh stadion baru, Qatar juga melakukan pembangunan sejumlah proyek besar seperti bandara baru, jalan raya, sistem transportasi umum, hotel serta pembangunan di kota yang menjadi tempat pertandingan Piala Dunia.

Temuan tersebut mengungkap kegagalan Qatar untuk melindungi 2 juta tenaga kerja migrannya dengan baik.  

Di balik statistik kematian tersebut,  terdapat banyak cerita tentang keluarga yang hancur akibat tulang punggung mereka.

Para keluarga pekerja migran yang meninggal berjuang untuk mendapatkan kompensasi, mereka juga dibuat bingung dengan penyebab kematian keluarga yang dicintai. 

Cerita datang dari Ghal Singh Rai pekerja yang meninggal asal Nepal. Ia membayar hampir 1.000 poundsterling supaya bisa diterima sebagai petugas kebersihan di sebuah kamp pekerja yang membangun stadion Piala Dunia. Namun dalam waktu seminggu setelah tiba di Qatar, dia bunuh diri.

Pekerja lain, Mohammad Shahid Miah, dari Bangladesh, tersengat listrik saat bekerja karena air yang ia bawa bersentuhan dengan kabel listrik yang terbuka.

Di India, keluarga Madhu Bollapally tidak pernah mengerti bagaimana pria sehat berusia 43 tahun itu meninggal karena penyebab alamiah saat bekerja di Qatar. Mayatnya ditemukan tergeletak di lantai kamar asramanya.

Jumlah kematian yang mengerikan di Qatar terungkap dalam spreadsheet panjang data resmi yang mencantumkan penyebab kematian: beberapa luka tumpul karena jatuh dari ketinggian; asfiksia, serta kematian yang belum ditentukan karena pembusukan.

Akan tetapi, di antara penyebabnya, yang paling umum sejauh ini adalah apa yang disebut kematian alamiah yang sering dikaitkan dengan gagal jantung atau pernapasan akut.

Berdasarkan data yang diperoleh Guardian, 69 persen kematian di antara pekerja India, Nepal, dan Bangladesh dikategorikan sebagai alami. 

The Guardian sebelumnya telah melaporkan bahwa klasifikasi semacam itu, yang biasanya dibuat tanpa otopsi, karena seringkali gagal memberikan penjelasan medis yang sah atas penyebab utama kematian. 

Pada tahun 2019 ditemukan fakta bahwa cuaca panas yang intens di Qatar kemungkinan menjadi faktor signifikan dalam banyak kematian pekerja.

Temuan The Guardian itu didukung oleh penelitian yang dilakukan Organisasi Buruh Internasional PBB yang mengungkapkan bahwa setidaknya selama empat bulan dalam setahun para pekerja menghadapi tekanan panas yang signifikan saat bekerja di luar ruangan.

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Video rekomendasi
Video lainnya


Terkini Lainnya

[HOAKS] Ronaldo Dukung Laga Indonesia Vs Uzbekistan Diulang

[HOAKS] Ronaldo Dukung Laga Indonesia Vs Uzbekistan Diulang

Hoaks atau Fakta
[HOAKS] Sampul Majalah Time Tampilkan Donald Trump Bertanduk

[HOAKS] Sampul Majalah Time Tampilkan Donald Trump Bertanduk

Hoaks atau Fakta
[HOAKS] Terbukti Suap Wasit, Uzbekistan Didiskualifikasi dari Piala Asia U-23

[HOAKS] Terbukti Suap Wasit, Uzbekistan Didiskualifikasi dari Piala Asia U-23

Hoaks atau Fakta
[KLARIFIKASI] BMKG Tegaskan Sesar Sumatera Tidak Memicu Tsunami

[KLARIFIKASI] BMKG Tegaskan Sesar Sumatera Tidak Memicu Tsunami

Hoaks atau Fakta
[HOAKS] Video Ronaldo Tiba di Qatar untuk Menonton Piala Asia U-23

[HOAKS] Video Ronaldo Tiba di Qatar untuk Menonton Piala Asia U-23

Hoaks atau Fakta
[HOAKS] Vaksin HPV Menyebabkan Kemandulan

[HOAKS] Vaksin HPV Menyebabkan Kemandulan

Hoaks atau Fakta
[KLARIFIKASI] Menkominfo Bantah Apple Batal Investasi Rp 1,6 Triliun di Indonesia

[KLARIFIKASI] Menkominfo Bantah Apple Batal Investasi Rp 1,6 Triliun di Indonesia

Hoaks atau Fakta
[VIDEO] Hoaks Spesimen Surat Suara dan Paslon yang Bersaing di Pilkada Jatim 2024

[VIDEO] Hoaks Spesimen Surat Suara dan Paslon yang Bersaing di Pilkada Jatim 2024

Hoaks atau Fakta
INFOGRAFIK: Konten Keliru Sebut Spotify Perlihatkan Fitur Batas Usia Pengguna

INFOGRAFIK: Konten Keliru Sebut Spotify Perlihatkan Fitur Batas Usia Pengguna

Hoaks atau Fakta
INFOGRAFIK: Hoaks Elkan Baggot Tiba di Qatar untuk Perkuat Timnas U23 Indonesia

INFOGRAFIK: Hoaks Elkan Baggot Tiba di Qatar untuk Perkuat Timnas U23 Indonesia

Hoaks atau Fakta
[HOAKS] FIFA Angkat Bicara soal Wasit VAR Indonesia Vs Uzbekistan

[HOAKS] FIFA Angkat Bicara soal Wasit VAR Indonesia Vs Uzbekistan

Hoaks atau Fakta
Dua Puluh Empat Tahun Lalu, GPS Akurasi Tinggi Tersedia untuk Publik

Dua Puluh Empat Tahun Lalu, GPS Akurasi Tinggi Tersedia untuk Publik

Sejarah dan Fakta
Mitos Penularan HIV/AIDS di Kolam Renang

Mitos Penularan HIV/AIDS di Kolam Renang

Hoaks atau Fakta
[HOAKS] Pernyataan Ronaldo soal Indonesia Tidak Akan Kalah jika Tak Dicurangi Wasit

[HOAKS] Pernyataan Ronaldo soal Indonesia Tidak Akan Kalah jika Tak Dicurangi Wasit

Hoaks atau Fakta
[HOAKS] Video Unta Terjebak Banjir di Dubai

[HOAKS] Video Unta Terjebak Banjir di Dubai

Hoaks atau Fakta
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Komentar
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com