KOMPAS.com - Video di media sosial memperlihatkan cara mengecek risiko penyakit stroke dengan menggerakkan jari tangan.
Dalam video itu disebutkan bahwa untuk mengecek penyakit stroke dapat dilakukan dengan membuka tangan kemudian jari telunjuk diletakkan di depan jari tengah.
Setelah itu, jari manis menempel ke ibu jari, dan kelingking digerakkan secara perlahan mendekati telapak tangan.
Jika jari kelingking dapat bergerak bebas, maka itu menunjukkan otak tidak memiliki masalah sehingga tak terdapat risiko stroke.
Kendati demikian, narasi tersebut keliru. Dokter spesialis saraf di Rumah Sakit Royal dan National Hospital Surabaya, Bambang Kusnardi mengatakan, cara itu kurang tepat untuk mengecek risiko stroke.
Narasi tentang cara mengecek risiko penyakit stroke dengan menggerakkan jari tangan dibagikan oleh akun Facebook ini dan ini.
Akun tersebut membagikan sebuah video yang menampilkan seseorang tengah menggerakan jari tangannya. Dalam unggahan itu juga terdapat keterangan berikut:
Tes sederhana untuk mengetahui potensi stroke pada diri sendiri.
Sekiranya jari kelingking bisa digerakkan dengan lancar tanpa hambatan maka in syaa Allah bi idznillah aman tidak ada tanda dan potensi serangan stroke.
Buka telapak tangan bisa kanan atau kiri lalu tempelkan ujung jari telunjuk ke ujung jari tengah disusul ibu jari ditempelkan ke ujung jari manis lalu gerakkan jari kelingking dengan pelan dan lembut.
Selamat Mencoba...
Menurut Bambang Kusnardi, penggerakan jari tangan kurang tepat untuk mengecek risiko stroke, sebab kedua hal itu tidak saling berhubungan.
"Tidak ada hubungan sama sekali," tutur Bambang, seperti diberitakan Kompas.com, Senin (17/10/2022).
Berdasarkan pemberitaan Kompas.com pada Desember 2016, University of Cincinnati mengembangkan tes sederhana untuk mendiagnosis stroke dalam satu menit. Pemeriksaan cukup dilakukan dengan tiga langkah.
Pertama, tes senyum. Pasien atau orang yang diduga stroke diminta untuk tersenyum dan memamerkan gigi mereka. Tes tersebut dilakukan untuk mendeteksi apakah ada kelemahan dari salah satu sisi wajah.
Kedua, pasien diminta menutup kedua mata mereka dan mengangkat kedua tangannya. Umumnya, pasien stroke tidak bisa mengangkat kedua tangannya dengan tinggi yang sama karena salah satunya lemah.
Ketiga, pasien diminta mengulang kalimat sederhana. Tes ini dilakukan untuk memeriksa apakah artikulasi pasien jelas dalam berbicara. Kesulitan berbicara adalah gejala klasik pada orang yang terserang stroke.
Cara mengecek risiko penyakit stroke dengan menggerakkan jari tangan merupakan narasi yang keliru.
Dokter spesialis saraf, Bambang Kusnardi menjelaskan, cara tersebut tidak tepat, sebab metode tersebut tidak berhubungan dengan penyakit stroke.
Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.