Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

CEK FAKTA: Benarkah Cara Cek Risiko Stroke dengan Menggerakkan Jari Tangan?

Kompas.com - 01/11/2022, 20:46 WIB
Tim Cek Fakta

Penulis

KOMPAS.com - Video di media sosial memperlihatkan cara mengecek risiko penyakit stroke dengan menggerakkan jari tangan.

Dalam video itu disebutkan bahwa untuk mengecek penyakit stroke dapat dilakukan dengan membuka tangan kemudian jari telunjuk diletakkan di depan jari tengah.

Setelah itu, jari manis menempel ke ibu jari, dan kelingking digerakkan secara perlahan mendekati telapak tangan.

Jika jari kelingking dapat bergerak bebas, maka itu menunjukkan otak tidak memiliki masalah sehingga tak terdapat risiko stroke.

Kendati demikian, narasi tersebut keliru. Dokter spesialis saraf di Rumah Sakit Royal dan National Hospital Surabaya, Bambang Kusnardi mengatakan, cara itu kurang tepat untuk mengecek risiko stroke. 

Narasi yang beredar

Narasi tentang cara mengecek risiko penyakit stroke dengan menggerakkan jari tangan dibagikan oleh akun Facebook ini dan ini. 

Akun tersebut membagikan sebuah video yang menampilkan seseorang tengah menggerakan jari tangannya. Dalam unggahan itu juga terdapat keterangan berikut:

Tes sederhana untuk mengetahui potensi stroke pada diri sendiri.
Sekiranya jari kelingking bisa digerakkan dengan lancar tanpa hambatan maka in syaa Allah bi idznillah aman tidak ada tanda dan potensi serangan stroke.

Buka telapak tangan bisa kanan atau kiri lalu tempelkan ujung jari telunjuk ke ujung jari tengah disusul ibu jari ditempelkan ke ujung jari manis lalu gerakkan jari kelingking dengan pelan dan lembut.
Selamat Mencoba...

Tangkapan layar Facebook narasi  tentang mengecek stroke dapat dilakukan dengan menggerakkan jari tangan Akun Facebook Tangkapan layar Facebook narasi tentang mengecek stroke dapat dilakukan dengan menggerakkan jari tangan

Penelusuran Kompas.com

Menurut Bambang Kusnardi, penggerakan jari tangan kurang tepat untuk mengecek risiko stroke, sebab kedua hal itu tidak saling berhubungan.

"Tidak ada hubungan sama sekali," tutur Bambang, seperti diberitakan Kompas.com, Senin (17/10/2022).

Berdasarkan pemberitaan Kompas.com pada Desember 2016, University of Cincinnati mengembangkan tes sederhana untuk mendiagnosis stroke dalam satu menit. Pemeriksaan cukup dilakukan dengan tiga langkah.

Pertama, tes senyum. Pasien atau orang yang diduga stroke diminta untuk tersenyum dan memamerkan gigi mereka. Tes tersebut dilakukan untuk mendeteksi apakah ada kelemahan dari salah satu sisi wajah.

Kedua, pasien diminta menutup kedua mata mereka dan mengangkat kedua tangannya. Umumnya, pasien stroke tidak bisa mengangkat kedua tangannya dengan tinggi yang sama karena salah satunya lemah.

Ketiga, pasien diminta mengulang kalimat sederhana. Tes ini dilakukan untuk memeriksa apakah artikulasi pasien jelas dalam berbicara. Kesulitan berbicara adalah gejala klasik pada orang yang terserang stroke.

Kesimpulan

Cara mengecek risiko penyakit stroke dengan menggerakkan jari tangan merupakan narasi yang keliru.

Dokter spesialis saraf, Bambang Kusnardi menjelaskan, cara tersebut tidak tepat, sebab metode tersebut tidak berhubungan dengan penyakit stroke.

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Video rekomendasi
Video lainnya


Terkini Lainnya

[HOAKS] Vaksin Covid-19 AstraZeneca Menyebabkan Kematian

[HOAKS] Vaksin Covid-19 AstraZeneca Menyebabkan Kematian

Hoaks atau Fakta
[HOAKS] Ronaldo Dukung Laga Indonesia Vs Uzbekistan Diulang

[HOAKS] Ronaldo Dukung Laga Indonesia Vs Uzbekistan Diulang

Hoaks atau Fakta
[HOAKS] Sampul Majalah Time Tampilkan Donald Trump Bertanduk

[HOAKS] Sampul Majalah Time Tampilkan Donald Trump Bertanduk

Hoaks atau Fakta
[HOAKS] Terbukti Suap Wasit, Uzbekistan Didiskualifikasi dari Piala Asia U-23

[HOAKS] Terbukti Suap Wasit, Uzbekistan Didiskualifikasi dari Piala Asia U-23

Hoaks atau Fakta
[KLARIFIKASI] BMKG Tegaskan Sesar Sumatera Tidak Memicu Tsunami

[KLARIFIKASI] BMKG Tegaskan Sesar Sumatera Tidak Memicu Tsunami

Hoaks atau Fakta
[HOAKS] Video Ronaldo Tiba di Qatar untuk Menonton Piala Asia U-23

[HOAKS] Video Ronaldo Tiba di Qatar untuk Menonton Piala Asia U-23

Hoaks atau Fakta
[HOAKS] Vaksin HPV Menyebabkan Kemandulan

[HOAKS] Vaksin HPV Menyebabkan Kemandulan

Hoaks atau Fakta
[KLARIFIKASI] Menkominfo Bantah Apple Batal Investasi Rp 1,6 Triliun di Indonesia

[KLARIFIKASI] Menkominfo Bantah Apple Batal Investasi Rp 1,6 Triliun di Indonesia

Hoaks atau Fakta
[VIDEO] Hoaks Spesimen Surat Suara dan Paslon yang Bersaing di Pilkada Jatim 2024

[VIDEO] Hoaks Spesimen Surat Suara dan Paslon yang Bersaing di Pilkada Jatim 2024

Hoaks atau Fakta
INFOGRAFIK: Konten Keliru Sebut Spotify Perlihatkan Fitur Batas Usia Pengguna

INFOGRAFIK: Konten Keliru Sebut Spotify Perlihatkan Fitur Batas Usia Pengguna

Hoaks atau Fakta
INFOGRAFIK: Hoaks Elkan Baggot Tiba di Qatar untuk Perkuat Timnas U23 Indonesia

INFOGRAFIK: Hoaks Elkan Baggot Tiba di Qatar untuk Perkuat Timnas U23 Indonesia

Hoaks atau Fakta
[HOAKS] FIFA Angkat Bicara soal Wasit VAR Indonesia Vs Uzbekistan

[HOAKS] FIFA Angkat Bicara soal Wasit VAR Indonesia Vs Uzbekistan

Hoaks atau Fakta
Dua Puluh Empat Tahun Lalu, GPS Akurasi Tinggi Tersedia untuk Publik

Dua Puluh Empat Tahun Lalu, GPS Akurasi Tinggi Tersedia untuk Publik

Sejarah dan Fakta
Mitos Penularan HIV/AIDS di Kolam Renang

Mitos Penularan HIV/AIDS di Kolam Renang

Hoaks atau Fakta
[HOAKS] Pernyataan Ronaldo soal Indonesia Tidak Akan Kalah jika Tak Dicurangi Wasit

[HOAKS] Pernyataan Ronaldo soal Indonesia Tidak Akan Kalah jika Tak Dicurangi Wasit

Hoaks atau Fakta
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Komentar
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com