KOMPAS.com - “From hell's heart I stab at thee; for hate's sake I spit my last breath at thee. Ye damned whale...”
Ucapan Kapten Ahab itu merangkum dengan sempurna dendam kesumat sang kapten kapal terhadap Moby Dick, paus sperma putih yang membuatnya kehilangan sebelah kaki.
Perburuan sang kapten untuk membalaskan dendamnya menjadi inti cerita novel klasik Amerika, Moby Dick, yang ditulis oleh Herman Melville.
Novel ini diterbitkan di London pada Oktober 1851 dengan judul The Whale dan sebulan kemudian diterbitkan juga di New York City sebagai Moby-Dick; or, The Whale.
Melville mendedikasikan novel ini untuk novelis Amerika Nathaniel Hawthorne, dan secara umum dianggap sebagai magnum opus Melville serta salah satu novel terbaik Amerika.
Meski menyandang status sebagai karya fiksi, namun Moby Dick ditulis berdasarkan observasi mendalam Melville terhadap sejumlah laporan serangan paus di dunia nyata.
Selain merasakan pengalaman berburu paus secara langsung (ia berlayar ke Pasifik pada 1841), Melville juga meneliti banyak catatan kontemporer tentang perburuan paus.
Dengan terampil Melville merajut pengalamannya sendiri dengan berbagai catatan dan menciptakan salah satu narasi paling kompleks dalam sejarah sastra Amerika.
Dilansir dari History, sumber inspirasi paling terkenal untuk Moby Dick adalah kisah kapal pemburu paus, Essex.
Pada November 1820, kapal tersebut diserang dan ditenggelamkan oleh paus sperma seberat 80 ton ketika berada di sekitar 2.000 mil di lepas pantai Amerika Selatan.
Dua puluh kru Essex menyelamatkan diri dengan menaiki tiga perahu kecil, tetapi hanya lima orang yang berhasil selamat dan ditemukan di dekat pantai 89 hari kemudian.
Dalam salah satu episode paling mengerikan dalam upaya bertahan hidup, para kru mengundi siapa di antara mereka yang akan ditembak untuk menjadi makanan bagi yang lain.
Salah satu orang yang selamat adalah Kapten kapal Essex, George Pollard Jr. Setelah selamat dari insiden mematikan itu, dia pulang ke Nantucket, Massachusetts.
Pollard akhirnya pensiun sebagai pelaut setelah kapal pemburu paus kedua yang dipimpinnya, Two Brothers, menabrak terumbu karang dan karam.
Setelah insiden itu dia mendapatkan julukan "Jonah" (pelaut sial) dan tidak ada pemilik kapal yang sudi mempekerjakannya.