KOMPAS.com - Dua orang politisi Partai Republik di Amerika Serikat (AS) terpilih sebagai bagian dari penyelenggara pemilu di negara bagian mereka pada September 2022.
Mereka adalah Jim Marchant dari Nevada dan Mark Finchem dari Arizona, dan menyerukan konspirasi pencurian suara Donald Trump pada Pemilu AS 2020.
Dilansir dari Reuters, dua orang tersebut sebelumnya telah menyuarakan tuduhan terjadi kecurangan terhadap Pemilu AS 2020, sehingga Donald Trump kalah dari Joe Biden.
Mereka menuduh sistem pemungutan suara yang menggunakan surat dan perangkat elektronik telah dimanfaatkan untuk melakukan kecurangan tersebut.
Dengan tuduhan tanpa bukti yang dikelompokkan hoaks oleh Reuters itu, mereka ingin mengurangi atau menghapuskan sistem pemungutan suara secara elektronik dan melalui surat.
Artikel yang menyatakan bahwa tuduhan Marchant, Finchem dan kelompoknya adalah hoaks itu, bisa dilihat di sini.
Disebutkan kecurangan dan kesalahan yang tidak disengaja memang terjadi, namun secara terpisah dan jumlahnya sedikit, tidak masif dan sistematis.
Dilansir dari situs resmi Universitas Stanford, AS, pemungutan suara menggunakan mesin elektronik di AS dimulai pada periode 1990-an.
Kemudian, sebuah survei pada 2004 menunjukkan bahwa di 675 kabupaten di AS, 30 persen orang dalam daftar pemilih mengaku telah menggunakan alat pemungutan suara elektronik.
Akan tetapi, dalam Pemilihan Kongres Florida pada November 2006, diketahui beragam masalah, kontroversi, serta berbagai kegagalan.
Pemilu saat itu berlangsung normal, kecuali di sebuah wilayah bernama Distrik 13, Kabupaten Saratosa. Lebih dari 18.000 surat suara yang dimasukkan ke mesin penghitungan suara tidak mengubah angka hasil suara.
Pemilik suara yang tidak terhitung mesin itu kemudian diperbolehkan memilih ulang. Namun evaluasi dan pro-kontra terkait pemanfaatan mesin dalam pemilu terus berkembang di AS.
Dilansir dari The Guardian, pegawai lembaga penyelenggara pemilu di Nevada bernama Sandra Merlino mengaku merasa muak dengan tuduhan Marchant dan kelompoknya.
Dia melihat sendiri bagaimana Marchant yang juga seorang pengusaha Las Vegas, menuntut pemilu dikembalikan menggunakan kertas suara dan dihitung secara manual dengan tangan.
Menurut Malino tuduhan itu palsu, di mana perangkat elektronik pemungutan dan penghitungan suara di sana tidak terhubung ke internet, telah disusun dengan mekanisme agar aman dan jujur, serta tidak ada bukti bahwa cara itu tidak aman.
Di sisi lain, memungut dan menghitung surat suara secara manual akan menyulitkan, memakan waktu yang lama, dan berpotensi memunculkan lebih banyak masalah.
"Ini sangat rawan kesalahan (secara manual). Itu hanya mimpi buruk sejauh yang saya tahu," kata Malino kepada The Guardian.
Malino mengaku telah mengundurkan diri dari lembaga penyelenggara pemilu di Nevada, setelah diminta mempertimbangkan beralih ke kertas suara dan perhitungan suara secara manual dengan tangan.
Penggantinya adalah seorang pensiunan eksekutif keuangan bernama Mark Kampf yang pada tahun 2020 mengatakan Trump memenangkan pemilu, yang juga merupakan klaim yang salah.
“Jadi apa yang akan terjadi adalah, Anda akan mendapatkan orang-orang ini (Marchant, Finchem dan kelompoknya), yang adalah ahli teori konspirasi,” ujar Malino lagi.
Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.