Dr Liauw Yan Siang adalah salah satu dokter forensik yang melakukan otopsi pada jenderal yang tewas dalam Gerakan 30 September 1965.
Dalam buku berjudul Tidak Ada Penyiksaan kepada Enam Jenderal (2015), ia mengaku bahwa tidak ada luka penyiksaan seperti mata dicongkel maupun mutilasi. Hal itu ia sampaikan ketika diwawancara oleh Alfred Ticoalu
"Ya kalau enggak ada luka tusuk, enggak ada luka iris, enggak ada cungkilan-cungkilan apa, mutilasi enggak ada, ya konklusi saya... ya enggak ada juga. Hanya yang itu, yang luka tumpul, nah itu saya enggak tahu," kata Dr Liauw Yan Siang.
Dr Liauw Yan Siang mengaku bahwa mendengar berita mengenai penyiksaan para jenderal justru sebelum melakukan otopsi.
"Sebelum otopsi. Di surat kabar-surat kabar sudah diberitakan," ujar pria yang saat itu menjadi dosen Universitas Indonesia.
Dikatakan Dr Liauw Yan Siang, saat itu Soekarno meminta laporan autopsi selekas mungkin. Hal ini untuk membantah adanya kabar penganiayaan para jenderal. Soekarno mengatakan bahwa penganiayaan itu tidak ada.
“Bung Karno itu minta ini (laporan oopsi) selekas mungkin. Ingatan saya itu karena adanya berita-berita penganiayaan jenderal-jenderal itu. Makanya dia mau menentang desas-desus ini. Bahwa tidak terjadi penganiayaan," tuturnya.
"Entah apa, Karena Bung Karno kan kasih pidato sesudah itu kan. Atau pengumuman, atau pidato. Pokoknya mengatakan bahwa penganiayaan itu nggak ada," ucap Dr Liauw Yan Siang.
Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.