Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

CEK FAKTA: Benarkah Vaksin Cacar Penyebab Wabah AIDS pada 1987?

Kompas.com - 29/06/2022, 13:53 WIB
Tim Cek Fakta

Penulis

KOMPAS.com - Penyuntikan vaksin cacar oleh Organisasi Kesehatan Dunia (WHO) diklaim mengakibatkan wabah Acquired Immune Deficiency Syndrome (AIDS).

Beredar tangkapan layar berisi penggalan surat kabar British The Times dengan narasi yang menyebut bahwa WHO telah menyuntikkan 50 juta dosis vaksin kepada orang Afrika pada 11 Mei 1987.

Disebutkan, pemberian vaksin cacar itu menyebabkan gelombang infeksi AIDS.

Berikut narasinya:

WHO injected Africans with over 50 million smallpox vaccines and on May 11, 1987, an article under this heading was published in the British The Times: “The smallpox vaccine caused a wave of infections with the AIDS virus.”

Trust science. At your own peril.

Dalam bahasa Indonesia kurang lebih berarti:

WHO menyuntikan lebih dari 50 juta vaksin cacar ke orang Afrika dan pada 11 Mei 1987, sebuah artikel di bawah diterbitkan di British The Times dengan judul "Vaksin cacar menyebabkan gelombang infeksi virus AIDS."

Percaya sains. Dengan risiko Anda sendiri.

Narasi semacam itu beredar di media sosial Facebook, seperti yang diunggah oleh akun ini, ini, ini, ini, ini, dan ini.

Sumber dokumen

Betul bahwa ada penggalan surat kabar yang memberitakan mengenai AIDS dan vaksin cacar.

Kliping pemberitaan media terkait HIV/AIDS diarsipkan oleh lembaga arsip HIV nasional Irlandia pada 11-15 Mei 1987.

Sebagai informasi, kasus AIDS pertama kali terdeteksi di Amerika Serikat pada 1981.

Pengetahuan tentang penyakit ini masih terbatas, sehingga beredar berbagai spekulasi tentang AIDS.

Artikel yang dipublikasikan itu menyatakan bahwa WHO masih mempelajari apakah vaksin tersebut “membangunkan” HIV yang dorman.

Spekulasi itu disandingkan dengan penyebaran HIV di Afrika tengah yang memiliki program imunisasi paling intens.

Kendati demikian, tidak terbukti bahwa vaksin cacar mengakibatkan AIDS.

Bantahan sejarawan

Dikutip dari Fullfact, 13 Juni 2022, sejarawan epidemi AIDS, dr George Severs mengatakan bahwa ketika teori ini pertama kali dikemukakan pada 1987, teori itu muncul karena penyebarannya masih terbatas sebagian negara dan tanggapan cepat dari komunitas ilmiah.

"Ini benar-benar hari berikutnya orang-orang seperti WHO dan ilmuwan internasional yang sangat terkenal keluar untuk mengatakan sama sekali tidak ada kebenaran dalam teori ini sama sekali," ujarnya.

Beberapa hari setelah artikel tentang kaitan vaksin cacar dan AIDS diterbitkan, New Scientist melaporkan bahwa WHO membantah teori tersebut.

Direktur program khusus WHO tentang AIDS pada saat itu, Jonathan Mann, mencatat bahwa vaksin cacar telah didistribusikan di banyak wilayah di dunia selama dua abad berturut-turut dan tidak pernah dikaitkan dengan peningkatan penyakit lain.

Dia juga membantah klaim bahwa wabah AIDS terjadi di wilayah yang sedang menggencarkan vaksinasi cacar.

"Di Asia, di mana ratusan juta vaksinasi cacar diberikan dari 1967 hingga 1972, AIDS masih jarang. Sebaliknya, AS sedang mengalami epidemi AIDS yang besar. Namun cacar telah diberantas di sana bertahun-tahun yang lalu," ujar Mann.

Selain itu, juga tidak ada bukti bahwa vaksin cacar sengaja dikontaminasi dengan HIV, meskipun beberapa penelitian melihat penggunaan kembali jarum yang terkontaminasi secara medis dapat menjelaskan beberapa penyebaran HIV yang terlihat di Afrika.

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Video rekomendasi
Video lainnya


Terkini Lainnya

INFOGRAFIK: Hoaks Prabowo Beri Bantuan Melalui Nomor WhatsApp, Awas Penipuan

INFOGRAFIK: Hoaks Prabowo Beri Bantuan Melalui Nomor WhatsApp, Awas Penipuan

Hoaks atau Fakta
INFOGRAFIK: Cek Fakta, Benarkah Perubahan Iklim Tingkatkan Penularan DBD?

INFOGRAFIK: Cek Fakta, Benarkah Perubahan Iklim Tingkatkan Penularan DBD?

Hoaks atau Fakta
[HOAKS] Timnas Guinea Didiskualifikasi dari Olimpiade Paris 2024

[HOAKS] Timnas Guinea Didiskualifikasi dari Olimpiade Paris 2024

Hoaks atau Fakta
[KLARIFIKASI] Video Evakuasi Warga Palestina dari Gaza Utara, Bukan Rafah

[KLARIFIKASI] Video Evakuasi Warga Palestina dari Gaza Utara, Bukan Rafah

Hoaks atau Fakta
[HOAKS] Timnas Sepak Bola Indonesia Resmi Lolos Olimpiade Paris 2024

[HOAKS] Timnas Sepak Bola Indonesia Resmi Lolos Olimpiade Paris 2024

Hoaks atau Fakta
INFOGRAFIK: Konten Satire Perlihatkan Wajah Hawa Mirip Taylor Swift

INFOGRAFIK: Konten Satire Perlihatkan Wajah Hawa Mirip Taylor Swift

Hoaks atau Fakta
INFOGRAFIK: Hoaks Foto Perlihatkan McDonald's Terbengkalai, Simak Penjelasannya

INFOGRAFIK: Hoaks Foto Perlihatkan McDonald's Terbengkalai, Simak Penjelasannya

Hoaks atau Fakta
[KLARIFIKASI] Video Tsunami di Jepang pada 2011, Bukan 2024

[KLARIFIKASI] Video Tsunami di Jepang pada 2011, Bukan 2024

Hoaks atau Fakta
[KLARIFIKASI] Video Perkelahian Antarpekerja Berlokasi di Afrika Barat

[KLARIFIKASI] Video Perkelahian Antarpekerja Berlokasi di Afrika Barat

Hoaks atau Fakta
[HOAKS] Prabowo Tawarkan Bantuan melalui WhatsApp

[HOAKS] Prabowo Tawarkan Bantuan melalui WhatsApp

Hoaks atau Fakta
[HOAKS] Foto Rihanna Hadiri Met Gala 2024

[HOAKS] Foto Rihanna Hadiri Met Gala 2024

Hoaks atau Fakta
[HOAKS] Wasit Terbukti Curang, Laga Indonesia Vs Guinea Diulang

[HOAKS] Wasit Terbukti Curang, Laga Indonesia Vs Guinea Diulang

Hoaks atau Fakta
[KLARIFIKASI] Foto Venus Dibuat Pakai Bahasa Pemrograman dan Photoshop

[KLARIFIKASI] Foto Venus Dibuat Pakai Bahasa Pemrograman dan Photoshop

Hoaks atau Fakta
[VIDEO] Hoaks! FIFA Angkat Bicara soal Wasit VAR Indonesia Vs Uzbekistan

[VIDEO] Hoaks! FIFA Angkat Bicara soal Wasit VAR Indonesia Vs Uzbekistan

Hoaks atau Fakta
INFOGRAFIK: Bisakah DPR Menolak Pindah ke IKN dan Tetap Berkedudukan di Jakarta?

INFOGRAFIK: Bisakah DPR Menolak Pindah ke IKN dan Tetap Berkedudukan di Jakarta?

Hoaks atau Fakta
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Komentar
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com