Menurut dia, jika imunitas sapi yang terkena PMK naik, maka secara bertahap tubuh akan mengeliminasi atau mengeluarkan virus sehingga akhirnya sembuh.
"Namun tidak membunuh virusnya," kata Slamet Raharjo.
"Berdasarkan uji laboratoris, ada beberapa komponen dalam curcumin yang bersifat anti bakterial dan antiviral. Artinya curcumin dapat melawan virus tapi tidak bisa membunuh virusnya," ujarnya.
Menurut Slamet Raharjo, metode penyajian jamu atau empon-empon yang paling sederhana adalah dengan direbus. Sehingga, sari pati dalam empon-empon yang mengadung curcumin keluar ke dalam air rebusan.
"Metode paling gampang untuk mengeluarkanya dengan cara direbus. Rebusan ini akan menjadikan sebagain besar kandungan curcumin keluar dan larut ke dalam air rebusan," tutur Slamet.
Setelah air rebusan dingin, baru diberikan kepada sapi yang terkena PMK.
Menurut Slamet Raharjo, takaran empon-empon juga harus disesuaikan dengan berat badan sapi yang terkena PMK supaya bisa memberikan manfaat.
"Misal sapi yang berat badannya 300 kilogram kebutuhan sekali minum empon-emponnya minimal 500 gram atau setengah kilogram perhari. Yang penting kebutuhannya 5 gram per 100 kilogram berat badan," ujar Slamet Raharjo.
Ditambahkan Slamet Raharjo, tanaman yang biasa digunakan untuk jamu tradisional atau empon-empon meliputi kunyit, kencur, jahe, temulawak, temu giring, temu hitam dan temu putih.
Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.