Berdasarkan verifikasi Kompas.com sejauh ini, informasi ini tidak benar.
KOMPAS.com - Beredar informasi di media sosial Facebook yang menyebutkan tentang penemuan bayi perempuan di dalam pohon.
Dalam informasi yang beredar, bayi perempuan itu ditemukan karena warga mendengar suara tangisan dari dalam pohon.
Informasi itu juga menyebutkan, bayi perempuan itu disembunyikan oleh makhluk halus.
Berdasarkan penelusuran Tim Cek Fakta Kompas.com, informasi tersebut tidak benar.
Unggahan tersebut termasuk dalam konten prank atau lelucon.
Informasi mengenai penemuan bayi perempuan di dalam pohon dibagikan di Facebook oleh akun ini, ini, ini, ini, dan ini.
Berikut narasi yang dibagikan:
dihebohkan penemuan sosok bayi perempuan yg lucu di dalam pohon. Konon bayi ini di culik mahluk halus saat tidur sendirian... Karna warga slalu di dengarkan suara tangisan bayi d dalam pohon Dan warga akhirnya beramai ramai membuka pohon itu..
#GATEGA LIHAT POSISI BADAN BAYINYA
Unggahan itu disertai sejumlah foto yang memperlihatkan kerumunan orang mengerubungi sebatang pohon. Beberapa orang dalam kerumunan itu menempelkan telinganya ke pohon.
Tim Cek Fakta Kompas.com menelusuri kebenaran foto-foto tersebut dengan teknik reverse image search.
Hasilnya, salah satu foto identik dengan foto yang digunakan dalam pemberitaan detik.com, 18 Januari 2020, berjudul Ini Penjelasan Ilmiah Soal Pohon Menangis di Jember.
Berikut kutipan berita detik.com:
Warga Dusun Krajan, Desa Mojosari, Kecamatan Puger, dihebohkan pohon Akasia yang mengeluarkan suara mirip tangisan perempuan. Sebagian masyarakat, mengaitkan fenomena pohon menangis ini dengan hal-hal yang bersifat mistis.
Padahal, secara ilmiah, tumbuhan yang mengeluarkan suara merupakan suatu hal yang wajar.
"Setiap mahluk hidup, termasuk tumbuhan, memiliki metabolisme. Secara alami setiap mahluk hidup ini akan berupaya agar metabolisme tetap terjaga," kata Dosen Program Studi Biologi Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan Universitas Jember (Unej), Wachyu Subhan saat dikonfirmasi, Sabtu (18/1/2020).
Menurut Wachyu saat metabolisme terganggu karena ada suatu yang berlebihan, maka akan dikeluarkan. Proses itu dalam ilmu biologi disebut sekresi.
"Ketika dia itu kelebihan air, maka ada mekanisme mengeluarkan air itu melalui beberapa organ. Bisa melalui daun atau pori-pori (celah) yang ada di batang. Demikian juga ketika kelebihan gas," kata Wachyu.
Proses ini, lanjut Wachyu, disebut sekresi betabolik. Ketika tekanannya besar, maka proses sekresi bisa mengeluarkan dengung.
"Besar kecilnya suara dengung yang ditimbulkan, tergantung besar kecilnya pori yang ada di batang pohon. Ketika tekanannya di dalam besar sementara porinya kecil, maka suara yang ditimbulkan juga besar. Inilah mungkin yang diasumsikan seperti orang menangis," terang Wachyu.
Dalam pemberitaan tersebut, tidak ditemukan informasi mengenai penemuan bayi perempuan di dalam pohon.
Pemberitaan itu memuat penjelasan ilmiah mengenai fenomena pohon akasia di Jember yang mengeluarkan suara mirip tangisan perempuan.
Hasil pemeriksaan terhadap unggahan mengenai penemuan bayi perempuan di dalam pohon juga menyimpulkan bahwa unggahan itu tergolong sebagai konten prank atau lelucon.
Pasalnya ketika sejumlah foto yang dibagikan dicermati satu per satu, terdapat foto bayi yang telah direkayasa dengan menempelkan wajah orang dewasa tersenyum.
Narasi mengenai penemuan bayi perempuan di dalam phon digunakan untuk menarik perhatian pembaca, yang kemudian akan terjebak dengan lelucon dari pengunggah narasi.
Berdasarkan penelusuran Tim Cek Fakta Kompas.com, informasi mengenai penemuan bayi perempuan di dalam pohon adalah hoaks.
Foto yang digunakan dalam unggahan itu berasal dari pemberitaan detik.com yang berisi penjelasan ilmiah terkait fenomena pohon menangis di Jember (2020).
Tak hanya itu, unggahan tersebut juga tergolong sebagai konten prank atau lelucon.
Pasalnya ketika sejumlah foto yang dibagikan dicermati satu per satu, terdapat foto bayi yang telah direkayasa dengan menempelkan wajah orang dewasa tersenyum.
Narasi mengenai penemuan bayi perempuan di dalam pohon digunakan untuk menarik perhatian pembaca, yang kemudian akan terjebak dengan lelucon dari pengunggah narasi.
Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.