KOMPAS.com - Perubahan iklim telah menjadi salah satu fokus bersama masyarakat internasional dalam beberapa tahun terakhir.
Meski demikian, masih banyak kesalahpahaman yang beredar mengenai pengertian maupun konsep dari perubahan iklim.
Tak jarang, kesalahpahaman ini juga mendorong munculnya ketidakpercayaan terhadap krisis yang membawa dampak bagi kehidupan di seluruh Bumi.
Merespons hal itu, organisasi konservasi independen WWF merangkum 10 mitos tentang perubahan iklim dan penjelasan faktanya.
10 mitos tentang perubahan iklim
1. Iklim Bumi selalu berubah
Memang benar bahwa iklim Bumi terus mengalami perubahan selama 4,5 miliar tahun usianya.amun, pemanasan temperatur yang terjadi beberapa dekade terakhir tidak bisa dijelaskan oleh siklus alam yang normal.
Perubahan semacam ini seharusnya terjadi dalam rentang waktu saat ini terjadi dalam hitungan beberapa dekade.
Menurut catatan WWF, temperatur global saat ini berada di titik tertinggi.
Pemanasan yang jauh lebih cepat ini sesuai dengan kadar karbon dioksida (CO2) di atmosfer, yang telah meningkat sejak revolusi industri.
"Jadi, ketika orang berbicara tentang perubahan iklim hari ini, yang mereka maksud adalah perubahan iklim antropogenik (buatan manusia)," demikian pernyataan WWF.
Aktivitas manusia yang mendorong pemanasan temperatur global, antara lain, pembakaran batu bara, minyak dan gas untuk menghasilkan energi, serta penebangan pohon untuk menghasilkan lahan makanan.
2. Tumbuhan butuh karbon dioksida
Memang benar bahwa tumbuhan membutuhkan karbon dioksida (CO2) untuk hidup. Tumbuhan dan hutan membuang dan menyimpan sejumlah besar karbon dioksida dari atmosfer setiap tahun.
Namun, masalahnya adalah karbon dioksida yang dapat mereka serap terbatas dan jumlah ini semakin berkurang, karena semakin banyak hutan yang ditebang di seluruh dunia.
WWF mengatakan, CO2 itu sendiri tidak menimbulkan masalah, karena merupakan bagian dari ekosistem alami.
"Masalahnya adalah jumlah CO2 yang dihasilkan oleh kita sebagai manusia; belum ada tingkat CO2 setinggi ini di atmosfer selama 800.000 tahun," kata WWF.
3. Pemanasan global tidak nyata karena sekarang masih dingin
Pemanasan global menyebabkan suhu rata-rata permukaan bumi meningkat.
Ini tidak hanya membuat gelombang panas dan kekeringan lebih mungkin terjadi, tetapi juga menyebabkan perubahan pada sistem iklim alami.
Perubahan ini membuat peristiwa cuaca ekstrem lebih mungkin terjadi dan lebih parah. Misalnya, angin topan dan badai menjadi lebih intens, bergerak lebih lambat dan membutuhkan waktu lebih lama untuk mereda.
4. Permasalahan iklim adalah masalah masa depan
Menurut WWF, saat ini sudah bukan waktunya untuk menunda merespons perubahan iklim dan melimpahkan permsalah itu kepada generasi mendatang.
Tahun lalu, ilmuwan iklim terkemuka dunia memperingatkan bahwa umat manusia hanya memiliki waktu 12 tahun untuk membatasi pemanasan global hingga maksimum 1,5 derajat Celcius dan menghindari kerusakan iklim.
5. Energi terbarukan hanyalah skema mengeruk uang
WWF mengatakan, banyak orang meyakini bahwa energi terbarukan itu mahal, tetapi hal itu tidak benar.
Tenaga surya dan angin darat adalah cara termurah untuk menghasilkan listrik; artinya energi yang mereka hasilkan lebih murah daripada menggunakan nuklir, gas, dan bahan bakar fosil.
6. Populasi beruang kutub meningkat
Perubahan iklim adalah ancaman terbesar yang dihadapi beruang kutub. Kutub Utara memanas kira-kira dua kali lebih cepat dari bagian dunia lainnya, menyebabkan es laut mencair lebih awal dan terbentuk kemudian setiap tahun.
Hal ini membuat beruang kutub betina lebih sulit untuk naik ke darat pada akhir musim gugur untuk membangun sarangnya, dan lebih sulit bagi beruang kutub untuk keluar ke laut di musim semi untuk memberi makan anaknya.
Sumber mangsa utama mereka, anjing laut, juga dipengaruhi oleh perubahan iklim, karena mereka bergantung pada laut untuk membesarkan anak-anak mereka.
Menurut WWF, hal ini berarti bahwa di beberapa bagian Kutub Utara, beruang kutub harus bertahan hidup dengan lebih sedikit makanan daripada sebelumnya.
Populasi beruang kutub diprediksi akan menurun hingga 30 persen pada pertengahan abad ini.
7. Energi terbarukan hanya bisa diperoleh ketika cuaca cerah
WWF mengatakan, industri sedang mengembangkan teknik baru untuk menyimpan listrik dan mengelola permintaan pada waktu beban puncak.
Dengan demikian, meskipun matahari tidak bersinar atau angin tidak bertiup kencang, masih mungkin untuk mengandalkan sumber energi terbarukan.
8. Hewan-hewan akan beradaptasi dengan perubahan iklim
WWF mengatakan, beberapa tumbuhan dan hewan akan beradaptasi dengan perubahan iklim, tetapi tidak semua.
Untuk bertahan hidup, tumbuhan, hewan, dan burung memiliki dua pilihan: bergerak atau beradaptasi. Beberapa spesies sudah mulai beradaptasi dengan perubahan iklim.
Namun, mengingat kecepatan perubahan iklim, menjadi tidak mungkin bagi banyak spesies untuk beradaptasi dengan cukup cepat untuk mengikuti perubahan lingkungan mereka.
9. Menghilangkan manusia akan menyelesaikan masalah perubahan iklim
WWF mengatakan, itu adalah hal yang salah, karena teknologi dan sistem yang dibutuhkan untuk beralih ke energi terbarukan 100 persen pada tahun 2045 dan menggunakan sumber daya planet secara berkelanjutan sudah tersedia.
"Apa yang sekarang dibutuhkan adalah para pemimpin politik dan bisnis untuk mengambil tindakan berani dan tegas untuk menggunakan solusi ini untuk mengatasi krisis iklim dan memulihkan alam," kata WWF.
10. China adalah satu-satunya negara yang bertanggung jawab atas perubahan iklim
Meskipun menjadi salah satu penghasil emisi gas rumah kaca terbesar, China saat ini merupakan salah satu investor terbesar dalam energi terbarukan.
Peningkatan investasi ini merupakan tanggapan atas pesatnya pertumbuhan bisnis hijau dan kebutuhan untuk membersihkan polusi udara di kota-kota besar.
Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.