KOMPAS.com - Pemeriksa fakta atau fact-checker adalah bagian tak terpisahkan dari upaya memberantas misinformasi dan disinformasi yang membanjiri berbagai media.
Profesi ini berawal dari kebutuhan internal media massa untuk memastikan akurasi fakta dalam artikel mereka kerjakan sebelum dipublikasikan.
Pada awalnya, profesi pemeriksa fakta sangat lekat dan bahkan dianggap sebagai pekerjaan yang diperuntukkan khusus untuk perempuan.
Hal ini didukung dengan fakta bahwa titel pekerjaan "pemeriksa fakta" pertama kali disandang oleh seorang perempuan.
Namun, anggapan itu berangsur-angsur hilang, dan kini perempuan maupun laki-laki dapat terlibat dalam pemeriksaan fakta tanpa takut mendapat stereotip tertentu.
Baca juga: Jaringan Cekfakta.com dan AMSI Meneliti Kualitas Konten Melalui Survei
Dilansir dari Time, industri jurnalisme Amerika Serikat mulai benar-benar fokus pada akurasi fakta sekitar awal abad ke-20.
Pada 1913, Ralph Pulitzer (putra Joseph Pulitzer) dan Isaac White yang menerbitkan media New York World memutuskan untuk mendirikan "Biro Akurasi dan Kejujuran".
Biro itu fokus pada keluhan pembaca. Mereka mencari dan memperbaiki kecerobohan yang mungkin terjadi serta untuk membasmi pembuat berita palsu.
Pekerjaan biro itu disebut sebagai "gagasan baru", tetapi pada praktiknya masih berkonsentrasi pada klarifikasi dan permintaan maaf alih-alih mencegah kesalahan naik cetak.
Baca juga: Soal Doxxing dan Upaya Untuk Memperkuat Kerja Pemeriksa Fakta di Indonesia
Pada 1923, Time membuat terobosan dengan mempekerjakan orang-orang secara khusus untuk memeriksa keakuratan artikel sebelum diterbitkan.
Awalnya, orang-orang ini tidak disebut fact-checker atau pemeriksa fakta, melainkan periset.
Pemeriksa fakta pertama Time adalah Nancy Ford. Dia pernah bekerja di Woman's Home Companion dan pada awal 1923 dipekerjakan sebagai asisten sekretaris.
Pekerjaan Ford pada awalnya adalah menandai dan menggunting artikel menarik dari surat kabar untuk disetorkan kepada penulis majalah.
Akan tetapi, tugasnya diperluas hingga mencakup memverifikasi tanggal, nama, dan fakta dasar dalam artikel Time yang telah selesai disusun.
Ford dan rekan-rekannya — semua perempuan — didorong untuk menantang staf editor dan penulis yang awalnya semua laki-laki, suatu keharusan agar proses cek fakta berhasil.