Diwartakan The Guardian, 23 Mei 2020, produser video ini adalah Mikki Willis, yang namanya sampai sekarang kurang dikenal di kalangan sineas.
Video ini diunggah di Facebook, YouTube, Vimeo dan situs web terpisah yang dibuat untuk membagikan video tersebut.
Pada 11 Mei 2020, video itu telah dilihat lebih dari 8 juta kali di YouTube, Facebook, Twitter, dan Instagram, dan telah menghasilkan postingan lain di situs web dan media sosial yang tak terhitung banyaknya.
Baca juga: Joe Rogan Picu Kontroversi, Spotify Dituntut Tindak Tegas Misinformasi di Podcast
Hari itu, YouTube, Vimeo, dan Facebook menghapus video tersebut, dan secara teori video itu menghilang dari internet.
Kendati demikian, tindakan ini tidak serta merta menghilangkan teori konspirasi yang kadung beredar dan dipercaya.
Erin Gallagher, seorang peneliti media sosial yang berspesialisasi dalam visualisasi data, menggunakan CrowdTangle, alat milik Facebook untuk menganalisis unggahan publik, dan menyelidiki kapan "Plandemic" menjadi viral.
Dia menemukan bahwa unggahan tentang "Plandemic" paling sering muncul di grup Facebook yang ditujukan untuk QAnon, misinformasi anti-vaksin, dan teori konspirasi secara umum. Grup ini memiliki puluhan ribu anggota.
"Kedua platform berperan penting dalam menyebarkan informasi medis yang salah yang viral," ujar Gallagher.
YouTube dan Facebook akhirnya menghapus video tersebut, tetapi ada langkah berbeda yang diambil keduanya. Terutama dalam hal debunking atau sanggahan.
Sejak 2018 Facebook telah melakukan intervensi atau upaya pembatasan konten, untuk mencegah penyebaran misinformasi dan disinformasi.
Platform ini menyediakan informasi pengecekan fakta dari mitranya untuk postingan-postingan yang ditandai sebagai hoaks.
Pengguna akan melihat pop-up dari pemeriksa fakta independen dan banyak video dokter yang menyangkal klaimnya.
Sementara perusahaan YouTube mengatakan, sebagian besar penayangan "Plandemic" berasal dari situs eksternal di mana orang-orang menautkan video YouTube di situs tertentu.
Analisis Gallagher menunjukkan, sejumlah besar klik tersebut datang langsung dari Facebook.
Langkah yang diambil YouTube untuk sebaran semacam itu adalah memberikan peringatan bertuliskan bahwa “Plandemic” tidak direkomendasikan atau muncul tulisan "prominently" .
Belajar dari bagaimana cepatnya hoaks menyebar, Facebook, Google, dan Twitter mulai menambahkan berbagai label, peringatan, dan tautan ke sumber berita berkualitas dan organisasi kesehatan masyarakat terpercaya.