Berdasarkan verifikasi Kompas.com sejauh ini, ada yang perlu diluruskan terkait informasi ini.
KOMPAS.com - Nama Denny Januar Ali, yang dikenal publik sebagai Denny JA, tengah menjadi perbincangan di kalangan pegiat sastra Indonesia.
Ia dikabarkan menjadi salah satu nomine atau calon peraih penghargaan Nobel Sastra 2022.
Seperti diketahui, Nobel Sastra adalah penghargaan yang sangat bergengsi dan sejauh ini belum ada sastrawan dari Indonesia yang berhasil meraihnya.
Selama ini, nama dari Indonesia yang dianggap pantas menerima penghargaan itu adalah Pramoedya Ananta Toer, penulis novel Bumi Manusia.
Di media sosial Facebook, banyak dijumpai tulisan dari para pegiat sastra Indonesia mengenai pandangan mereka tentang pencalonan Denny JA sebagai peraih Nobel Sastra.
Awal mula munculnya kabar menyebut Denny JA sebagai nomine Nobel Sastra 2022 adalah pemberitaan pada 20 Desember 2021.
Sejumlah media menulis bahwa Komunitas Puisi Esai diundang The Swedish Academy sebagai penyelenggara Nobel Sastra.
Dalam sejumlah pemberitaan, Komunitas Puisi Esai mengklaim undangan itu untuk mengajukan Denny JA sebagai nomine Nobel Sastra.
Untuk mendapatkan konfirmasi mengenai pencalonan Denny JA sebagai nomine Nobel Sastra, Tim Cek Fakta Kompas.com kemudian menghubungi Koordinator Pelaksana Komunitas Puisi Esai, Irsyad Muhammad.
Pesan WA yang dikirim Tim Cek Fakta Kompas.com pada Jumat (14/1/2022) baru dibalas oleh Irsyad pada Sabtu (15/1/2022).
"Terkait nominasi dan pertanyaan lainnya, saya sudah memberikan keterangan tertulis ke pers sebelumnya," kata Irsyad kepada Kompas.com.
Irsyad kemudian membagikan keterangannya yang telah dipublikasikan di situs BeritaSatu pada 20 Desember 2021.
Dalam keterangan itu, Irsyad menyebutkan bahwa sejak pertama kali penghargaan Nobel Sastra diberikan pada 1901, belum ada sastrawan Indonesia yang mendapatkan penghargaan tersebut.
"Kami bersyukur, bulan Desember 2021 ini, komunitas puisi esai secara resmi diundang panitia Nobel Sastra, The Swedish Academy, untuk mencalonkan sastrawan Indonesia," ujar Irsyad Mohamad, Koordinator Pelaksana Komunitas Puisi Esai, seperti diberitakan BeritaSatu, 20 Desember 2021.
Ia mengatakan, tidak sembarang orang bisa meraih penghargaan tersebut, karena publik tak bisa mencalonkan kandidat untuk Nobel Sastra. Pencalonan publik atau siapa pun secara otomatis didiskualifikasi.