Nayirah mengungkapkan horor ketika pasukan Irak menyerbu Rumah Sakit Al Adan di Kota Kuwait, tempat ia bekerja sebagai perawat sukarela.
Dalam kesaksian yang disiarkan langsung itu, Nayirah mengungkapkan bahwa tentara Irak merenggut bayi-bayi prematur yang dirawat di rumah sakit dari inkubator, dan membiarkan mereka tewas begitu saja.
"Saya melihat tentara Irak memasuki rumah sakit sambil menenteng senapan. Mereka merenggut bayi-bayi itu dari inkubator dan membiarkan anak-anak itu tewas di lantai yang dingin. Itu sangat mengerikan," kata Nayirah sambil berurai air mata.
Kesaksian itu bagai petir di siang bolong di hadapan Kongres dan seluruh rakyat AS yang saat itu menyaksikan siaran langsung kesaksian Nayirah.
Rakyat dan pemerintah Amerika yang semula ragu-ragu untuk terlibat dalam Perang Teluk, mulai mendukung pengerahan pasukan untuk menghentikan kekejaman Irak.
Dan pada 12 Januari 1991, Kongres AS menyetujui pengerahan militer untuk membebaskan Kuwait dari Irak dan diktator kejam bernama Saddam Hussein.
Namun, setelah Perang Teluk berakhir, terungkap fakta mengejutkan. Kesaksian Nayirah di hadapan Kongres AS itu ternyata palsu.
Kesaksian palsu Nayirah al-Sabah
Kesaksian palsu Nayirah menjadi alasan kuat bagi AS untuk terjun ke Kuwait dengan dukungan penuh rakyat Amerika Serikat.
Tidak ada yang meragukan kesaksian gadis muda, yang sambil berurai air mata, memohon bantuan di hadapan pemerintah negara asing untuk mengusir penjajah yang telah memporak-porandakan tanah kelahirannya.
Amerika Serikat, akhirnya, memiliki alasan kuat untuk menegakkan keadilan dan memperjuangkan hak asasi manusia di tanah asing yang jauh di seberang lautan.
Berselang hampir dua tahun setelah Perang Teluk berakhir, terungkap bahwa kesaksian itu adalah sebuah cerita yang sengaja disusun untuk menarik simpati publik AS.
Melansir The Guardian, kisah bayi-bayi Kuwait yang menjadi korban kekejaman tentara Irak pertama kali dilaporkan oleh Daily Telegraph di London pada 5 September 1990.
Namun kisah itu kurang membangkitkan simpati. Laporan tersebut belum diverifikasi, tidak dilengkapi dengan gambar yang bisa ditayangkan, dan tidak ada wawancara dengan ibu yang berduka atas kematian bayinya.
Kisah itu kemudian diperbaiki, dan diceritakan ulang oleh Nayirah di hadapan Kongres AS dengan akting yang sangat meyakinkan.
Siapa yang berada di balik semua itu?
Upaya menarik simpati publik AS agar mendukung intervensi militer ke Kuwait itu dilakukan oleh Citizens for a Free Kuwait.
Organisasi itu didanai oleh pemerintah Kuwait yang berada di pengasingan usai serbuan Irak.
Citizens for a Free Kuwait menandatangani kontrak senilai 10 juta dollar AS dengan perusahaan public relation terkemuka Amerika, Hill & Knowlton.
Hill & Knowlton mengatur agar seorang gadis Kuwait berusia 15 tahun menceritakan kisah bayi-bayi yang tewas karena direnggut dari inkubatornya di hadapan anggota Kongres AS.
Nayirah melakukannya dengan cemerlang. Ia menitikkan air mata pada saat yang tepat, dan suaranya bergetar dipenuhi kesedihan dan ketakutan saat bercerita.
Siaran televisi memperlihatkan dengan jelas kemarahan para anggota kongres saat mendengarkan kesaksian Nayirah.
Presiden AS saat itu, George H. W. Bush, mengulang cerita itu berkali-kali dalam pidatonya, sebagai contoh kejahatan rezim Saddam Hussein.
Dalam perdebatan Senat AS yang berakhir menyetujui tindakan militer untuk memaksa Saddam keluar dari Kuwait, tujuh senator secara khusus mengutip kisah kekejaman bayi yang direnggut dari inkubator.
Kebenaran akhirnya terkuak setelah Perang Teluk berakhir.
Nayirah, sebenarnya adalah putri duta besar Kuwait untuk Amerika Serikat, Saud Nasir al-Sabah yang juga hadir saat putrinya bersaksi di depan Kongres AS.
Nayirah al-Sabah telah dilatih oleh Hill & Knowlton untuk menceritakan kisah palsu kekejaman tentara Irak terhadap bayi-bayi Kuwait di hadapan Kongres AS.
Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.