Contoh lain, terjadi pada 9 November 1874, ketika James Gordon Bennett Jr, memuat berita di halaman depan New York Herald yang mengatakan bahwa penghuni kebun binatang kabur dan telah membunuh 49 orang serta melukai ratusan orang.
Di bagian akhir artikelnya, dia menulis bahwa laporan itu adalah rekayasa.
Namun, banyak orang yang tidak membaca sampai akhir, sehingga mereka was-was di jalan dengan membawa senjata atau menembaki luar rumah dari jendela secara acak.
Tulisan yang awalnya untuk menarik pembaca semacam ini justru menimbulkan ketegangan.
Baca juga: Kominfo: Hoaks Seputar Covid-19 Mengancam Keselamatan Jiwa Masyarakat
Ada pula orang yang benar-benar niat menciptakan hoaks hanya untuk menarik perhatian orang.
Contohnya, pada 1835 seorang benama PT Barnum menyewa seseorang bernama Joice Heth dan memperkenalkannya kepada orang-orang sebagai mantan perawat George Washington yang berusia 161 tahun.
PT Barnum dikenal publik melalui film The Greatest Showman (2017) yang dibintangi Hugh Jackman.
Hoaks ciptaannya tak berhenti di situ. Tujuh tahun kemudian, Barnum memperkenalkan Putri Duyung Feejee (Fiji) yang menipu lusinan makalah. Pada dasarnya, dia menjahit ekor ikan ke tubuh bagian atas monyet.
Namun, hal-hal unik semacam itu sengaja dia buat untuk menarik jumlah orang yang mengunjungi pameran Barnum di New York City.
Pada awal 1860 Barnum menciptakan tipuan rumit lainnya, selang beberapa bulan setelah buku Darwin's On the Origin of Species rilis.
Baca juga: PT Barnum, The Greatest Showman, Pembuat Hoaks Terbesar Sepanjang Sejarah
Barnum menerbitkan "What Is It?" yang dipromosikan sebagai penemuan mata rantai yang hilang antara kera dan manusia. Rupanya, ini menjadi awal merambahnya hoaks ke dunia politik.
Apa yang disebut mata rantai evolusi yang hilang ini kemudian menjadi alat dalam Pemilihan Presiden 1860.
Terbit kartun editorial yang mengklaim bahwa pemilihan Abraham Lincoln memastikan bahwa seorang keturunan Afrika-Amerika akan segera menjadi presiden.
Tidak hanya di dunia politik, hoaks kemudian berkembang dalam bentuk yang lebih baru seiring perkembangan teknologi. Simak kisahnya dalam artikel mendatang.
Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.