KOMPAS.com - Semasa hidup Presiden Soekarno beberapa kali menjadi target upaya pembunuhan.
Salah satu percobaan pembunuhan Sang Proklamator terjadi saat shalat Idul Adha pada 14 Mei 1962.
Peristiwa itu dikisahkan dalam buku Mengincar Bung Besar - Tujuh Upaya Pembunuhan Presiden Sukarno (2017), terbitan Penerbit Buku Kompas.
Dikutip dari artikel berjudul "Tembakan di Hari Raya Kurban" yang ditulis Hendri F Isnaeni, shalat Idul Adha kala itu digelar di halaman Istana Merdeka.
Ketika shalat memasuki rakaat kedua, tiba-tiba terdengar suara tembakan dan seruan takbir. Mangil Martowidjojo, anggota Detasemen Kawal Pribadi (DKP), langsung melindungi Soekarno.
Sementara, Soedrajat, anggota DKP yang berada di belakang Soekarno membalikkan badan dan mencabut pistol begitu mengetahui pelaku mencoba menembak Bung Besar.
Namun Soedrajat kalah cepat dan terkena tembakan. Selain Soedrajat, anggota DKP lainnya, Soesilo, turut terkena tembakan saat melindungi Soekarno.
Kemudian, Ketua DPR Zainal Arifin terluka pada bagian bahu.
Tembakan tersebut membuat shalat Idul Adha terhenti. Jemaah kocar-kacir dan menjerit ketakutkan sambil mencari perlindungan.
Dalam peristiwa itu terdapat tiga pelaku penembakan. Setelah menembak anggota DKP, pelaku mencoba mendekati Soekarno.
Upaya mereka digagalkan oleh petugas keamanan yang menendang kaki pelaku. Para pelaku terjatuh dan berhasil ditangkap. Mereka babak belur dihajar massa.
Setelah pelaku berhasil dibekuk, shalat Idul Adha kembali dilakukan, dipimpin oleh Ketua Tanfidziyah Nahdlatul Ulama, Idham Cholid.
Setelah shalat berakhir, jemaah bubar dan diperiksa satu persatu. Soekarno batal memberikan sambutan karena peristiwa penembakan.
Soekarno menanyakan keadaan dua anggota DKP yang tertembak kepada Mangil Martowidjojo.
“Ngil anak buahmu berjasa besar sekali kepada Bapak. Lantas, bagaimana keadaan Soedrajat ?” tanya Soekarno.
“Soedrajat dan Soesilo telah dikirim ke rumah sakit untuk mendapat pertolongan. Keadaan mereka tidak begitu mengkhawatirkan,” ujar Mangil.
Sementara, mantan Wakil Komandan Tjakrabirawa Maulwi Saelan menceritakan, ketika akan menembak Soekarno pelaku sempat bingung. Sebab, mereka melihat ada dua sosok yang mirip dengan presiden pertama Indonesia itu.
“Ketika diperiksa, penembak mengaku melihat Bung Karno yang dibidiknya ada dua orang, dan bingunglah dia hendak menembak yang mana. Tembakannya meleset dan mengenai bahu Ketua DPR Zainal Arifin,” ucap Maulwi.
Berdasarkan hasil pemeriksaan, ketiga pelaku merupakan anggota Darul Islam/Tentara Islam Indonesia (DI/TII) pimpinan Kartosoewirjo.
Mereka merencanakan pembunuhan Soekarno sejak 9 Maret 1962. Kartosoewirjo memerintahkan anak buahnya untuk membunuh Soekarno karena ia dianggap pengahalang terwujudnya negara Islam.
https://www.kompas.com/cekfakta/read/2023/06/27/110200582/upaya-pembunuhan-presiden-soekarno-di-hari-raya-idul-adha