Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Salin Artikel

Berapa Banyak Hoaks Terkait Covid-19 Saat Pandemi?

KOMPAS.com - Selama lebih dari tiga tahun, virus Corona membawa pengaruh besar bagi banyak aspek kehidupan, termasuk adanya sebaran hoaks seputar Covid-19.

Para peneliti dari Joint Research Centre (JRC) dari Komisi Eropa menghitung berapa banyak disinformasi dan misinformasi Covid-19 yang ditemukan selama pandemi.

Komisi Eropa berharap, pemetaan dan perhitungan sebaran hoaks Covid-19 dapat membantu dalam merancang kebijakan yang efisien, terarah, dan berdampak ketika menghadapi krisis kesehatan di masa depan.

"Menargetkan dan menyesuaikan intervensi kebijakan terhadap kelompok yang tepat adalah hal mendasar," tulis Komisi Eropa, dikutip dari webnya, Selasa (21/2/2023).

Lantas, berapa banyak hoaks terkait Covid-19 yang ditemukan selama pandemi?

Kumpulan data dari beberapa negara

JRC menghimpun data dan riset dari sejumlah negara sepanjang akhir Maret dan awal April 2020.

Negara tersebut antara lain Argentina, Jerman, Korea Selatan, Spanyol, Inggris Raya, dan Amerika Serikat (AS).

Selain media sosial, misinformasi dan disinformasi yang beredar dalam bahasa Inggris ditemukan di sejumlah media online, blog, siniar, siaran televisi, hingga radio.

Metodologi dan prevalensi pada tiap penghimpunan data berbeda-beda. Namun, ada sejumlah temuan sebaran hoaks yang menarik untuk dicatat.

Untuk artikel berbahasa Inggris, para peneliti menganalisis sampel hampir 39 juta artikel soal pandemi Covid-19 periode Januari-Mei 2020.

Mereka menemukan sebanyak lebih dari 1,1 juta artikel atau sekitar 2,9 persen artikel memuat informasi yang salah tentang Covid-19.

Sebagian besar topiknya seputar obat, orde baru dunia, dan Bill Gates, filantropis sekaligus pendiri Microsoft yang kerap jadi sasaran teori konspirasi.

Disebar di media sosial

Web yang memuat artikel dengan informasi keliru itu kemudian disebarkan di media sosial.

Para peneliti memetakan situs yang membahas soal kesehatan dan Covid-19 yang menjadi rujukan unggahan di media sosial, seperti Twitter, Halaman Facebook, dan Grup Facebook.

Dengan mengambil 3.000 sampel unggahan di platform tersebut, sebanyak 25 persen di antaranya mencantumkan informasi dari sumber yang tidak kredibel.

Berikut detail hasil temuannya:

  • Situs kesehatan yang dirujuk oleh Twitter, sebanyak 9,2 persen tidak kredibel, sebanyak 23,5 persen kurang kredibel, dan 67,3 persen kredibel.

  • Situs soal Covid-19 yang dirujuk oleh Twitter, sebanyak 4,0 persen tidak kredibel, sebanyak 23,6 persen kurang kredibel, dan 72,4 persen kredibel.

  • Situs kesehatan yang dirujuk oleh Halaman Facebook, sebanyak 4,0 persen tidak kredibel, sebanyak 17,1 persen kurang kredibel, dan 78,8 persen kredibel.

  • Situs soal Covid-19 yang dirujuk oleh Halaman Facebook, sebanyak 1,7 persen tidak kredibel, sebanyak 14,8 persen kurang kredibel, dan 83,6 persen kredibel.

  • Situs kesehatan yang dirujuk oleh Grup Facebook, sebanyak 11,3 persen tidak kredibel, sebanyak 20,9 persen kurang kredibel, dan 67,8 persen kredibel.

  • Situs soal Covid-19 yang dirujuk oleh Grup Facebook, sebanyak 4,3 persen tidak kredibel, sebanyak 25,7 persen kurang kredibel, dan 70,1 persen kredibel.

Dapat disimpulkan bahwa situs dan artikel tidak kredibel soal isu kesehatan serta Covid-19 paling banyak ditemukan di Grup Facebook.

https://www.kompas.com/cekfakta/read/2023/02/23/095900982/berapa-banyak-hoaks-terkait-covid-19-saat-pandemi

Terkini Lainnya

[HOAKS] Suporter Indonesia Kumandangkan Takbir Jelang Laga Lawan Irak

[HOAKS] Suporter Indonesia Kumandangkan Takbir Jelang Laga Lawan Irak

Hoaks atau Fakta
[HOAKS] Bansos Tunai Rp 175 Juta Mengatasnamakan Kemensos

[HOAKS] Bansos Tunai Rp 175 Juta Mengatasnamakan Kemensos

Hoaks atau Fakta
[KLARIFIKASI] Foto Ini Bukan Pemakaman Presiden Iran Ebrahim Raisi

[KLARIFIKASI] Foto Ini Bukan Pemakaman Presiden Iran Ebrahim Raisi

Hoaks atau Fakta
[HOAKS] Modus Baru Mencampur Gorengan dengan Narkoba

[HOAKS] Modus Baru Mencampur Gorengan dengan Narkoba

Hoaks atau Fakta
INFOGRAFIK: Aturan Pelarangan TikTok di Berbagai Negara, Simak Alasannya

INFOGRAFIK: Aturan Pelarangan TikTok di Berbagai Negara, Simak Alasannya

Hoaks atau Fakta
INFOGRAFIK: Beredar Hoaks Kenaikan Tarif Listrik, Simak Bantahannya

INFOGRAFIK: Beredar Hoaks Kenaikan Tarif Listrik, Simak Bantahannya

Hoaks atau Fakta
Toni Kroos dan Cerita Sepatu Istimewanya...

Toni Kroos dan Cerita Sepatu Istimewanya...

Data dan Fakta
[KLARIFIKASI] Konteks Keliru Terkait Video Helikopter Medevac AS

[KLARIFIKASI] Konteks Keliru Terkait Video Helikopter Medevac AS

Hoaks atau Fakta
[HOAKS] Penerapan Denda Rp 500 Juta pada Pengobatan Alternatif

[HOAKS] Penerapan Denda Rp 500 Juta pada Pengobatan Alternatif

Hoaks atau Fakta
Fakta-fakta Terkait Insiden Turbulensi Pesawat Singapore Airlines

Fakta-fakta Terkait Insiden Turbulensi Pesawat Singapore Airlines

Data dan Fakta
[KLARIFIKASI] Konteks Keliru soal Video Ronaldo Sapa Suporter Timnas Indonesia

[KLARIFIKASI] Konteks Keliru soal Video Ronaldo Sapa Suporter Timnas Indonesia

Hoaks atau Fakta
[HOAKS] Video Detik-detik Helikopter Presiden Iran Jatuh

[HOAKS] Video Detik-detik Helikopter Presiden Iran Jatuh

Hoaks atau Fakta
[HOAKS] Rekaman Suara Sri Mulyani Marahi Pegawai Bea Cukai

[HOAKS] Rekaman Suara Sri Mulyani Marahi Pegawai Bea Cukai

Hoaks atau Fakta
[KLARIFIKASI] Video Turbulensi Pesawat ALK, Bukan Singapore Airlines

[KLARIFIKASI] Video Turbulensi Pesawat ALK, Bukan Singapore Airlines

Hoaks atau Fakta
[HOAKS] Foto Donald Trump Pakai Helm dan Seragam Militer

[HOAKS] Foto Donald Trump Pakai Helm dan Seragam Militer

Hoaks atau Fakta
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke