KOMPAS.com - Pernahkah Anda mendengar tips memasukkan baterai ke dalam kulkas bisa membuat daya tahan lebih awet?
Mitos mengenai memasukkan baterai ke dalam kulkas atau pendingin bisa menurunkan tingkat keborosan baterai.
Di dunia serba elektronik, banyak benda yang mengandalkan kekuatan baterai untuk dapat menjalankan fungsinya.
Namun, apakah benar baterai bisa lebih awet jika dimasukkan ke kulkas atau pendingin? Berikut penjelasannya.
Menyimpan baterai di kulkas justru berbahaya
Baterai dirancang agar memiliki performa terbaik pada suhu kamar di lingkungan yang kering. Suhu panas atau dingin yang ekstrem justru dapat mengurangi kinerja baterai.
Maka biasanya pada beberapa produk baterai terdapat imbauan untuk menghindari meletakkan perangkat bertenaga baterai di tempat yang sangat hangat.
Kendati demikian, pendinginan tidak diperlukan atau direkomendasikan untuk membuat kondisi baterai menjadi lebih baik.
Dilansir dari Snopes, 19 Mei 2010, menyimpan baterai di kulkas atau pendingin sebenarnya dapat membahayakan.
Jika baterai mengalami kondensasi, sehingga menyebabkan kontak, label, atau segelnya rusak, maka bahan dalam baterai dapat bocor dan berbahaya bagi sekitarnya.
Untuk memaksimalkan kinerja, umur simpan, dan daya tahan baterai maka dapat disimpan pada suhu ruangan normal antara 20 derajat Celcius hingga 25 derajat Celcius dengan tingkat kelembapan yang sedang sekitar 35 hingga 65 persen RH.
Awal mula mitos
Pada 6 November 2019, USA Today menelusuri bagaimana mitos mengawetkan baterai di kulkas bisa muncul, dengan bertanya pada perusahaan elektronik multinasional, Panasonic. Pertanyaan dibatasi seputar baterai yang umum dipakai, yakni AA dan AAA.
Secara teknis, baterai melepaskan energi karena reaksi kimia antara dua atau lebih senyawa yang tersimpan di dalamnya.
Elektron mengalir keluar dari satu terminal, melalui perangkat apa pun yang tersambung dengannya dan kembali ke terminal lainnya.
Bahkan ketika tidak dicolokkan, elektron tersebut dapat menyelinap keluar dari baterai tanpa terlihat dan menguras kapasitasnya melalui proses yang disebut self-discharge.
Pemikiran sederhana menggambarkan bahwa dengan memasukkan ke pendingin maka akan menghentikan self-discharge itu. Tujuannya untuk memperlambat reaksi kimia.
Kendati demikian, teori ini keliru. "Itu mitos yang sudah lama dipegang, dan jawabannya tidak," kata Tom Van Voy dari Panasonic Energy Corp Amerika.
Semua merek baterai umumnya merekomendasikan lingkungan yang bersih, kering, dengan suhu ruangan.
Jika disimpan dengan benar, tingkat pengosongan baterai alkaline sekali pakai hanya sekitar 3 persen per tahun. Baterai lithium sekali pakai kehilangan lebih sedikit.
Bagaimana dengan baterai isi ulang?
Selain baterai sekali pakai, baterai isi ulang kemungkinan menjadi alasan utama mengapa banyak orang menyimpannya di lemari es agar semakin tahan lama.
NiCd (nikel-kadmium) dan NiMH (nikel-metal hidrida) merupakan bahan yang paling umum digunakan pada baterai isi ulang.
Normalnya, baterai isi ulang jenis ini dapat kehilangan sebanyak 20-30 persen dari kapasitasnya per bulan.
Baterai isi ulang dapat bertahan sekitar 85 persen dari daya penuhnya hingga satu tahun penuh tanpa perlu disimpan di kulkas atau pendingin.
Baterai memang lebih cepat habis ketika terpapar suhu panas, tetapi membuatnya dingin aku membekukan baterai bukanlah solusinya.
"Kelembapan dapat memengaruhi baterai secara keseluruhan, dan itulah mengapa kami merekomendasikan lingkungan penyimpanan yang kering. Anda membangun kondensasi di lemari es," kata Van Voy.
https://www.kompas.com/cekfakta/read/2022/10/18/190000782/benarkah-baterai-bisa-lebih-awet-jika-dimasukkan-ke-kulkas-