KOMPAS.com - Seorang perempuan yang mengaku sebagai penjual dawet di Stadion Kanjuruhan, Kabupaten Malang, Jawa Timur membuat kesaksian mengenai tragedi berdarah yang menyebabkan ratusan orang meninggal dunia pada Sabtu (1/10/2022).
Menurut data terbaru, sedikitnya 131 orang meninggal dunia dalam peristiwa yang dikenal sebagai Tragedi Kanjuruhan itu.
Kesaksian perempuan itu beredar di berbagai platform media sosial, seperti TikTok dan juga Twitter. Misalnya yang dibagikan ulang oleh warganet Twitter berikut ini:
Narasi yang diedarkan
Dalam kesaksiannya, perempuan yang mengaku sebagai pemilik toko dawet di dekat Pintu 3 Stadion Kanjuruhan itu mengatakan bahwa tewasnya ratusan suporter Arema FC tidak disebabkan penggunaan gas air mata yang ditembakkan oleh polisi.
Dia mengatakan, penyebab kematian ratusan orang dalam Tragedi Kanjuruhan adalah ulah Aremania-julukan suporter Arema FC-yang saling berdesak-desakan dan bahkan melakukan kekerasan saat mencoba keluar dari stadion.
"Gas air matanya sebetulnya enggak terlalu anu (bahaya) kok. Cuman ini uyel-uyelane (desak-desakannya) sama sodok-sodokane (sikut-sikutannya) sama jejeg-jejegan (saling tendang) sesama suporter (yang lebih mematikan)," kata perempuan itu.
Lebih lanjut, dia mengatakan bahwa ada suporter yang bertindak brutal dengan memukuli seorang petugas polisi. Padahal polisi itu sedang mencoba menyelamatkan seorang anak kecil dari kerumunan massa.
"Pak polisi ini menolong tapi dipukuli...kenapa saya tahu? karena saya selamat di toko saya," kata dia.
Perempuan itu mengaku menyelamatkan petugas polisi itu dengan membawanya ke toko dawet miliknya.
Namun, suporter masih mengejar dan bahkan berupaya memukul polisi tersebut dengan menggunakan gentong dawet miliknya.
Kekerasan itu, menurut dia, terjadi karena para suporter Arema FC menenggak minuman keras dan obat terlarang.
"Lha wong suporter sak durunge wes ngombe kabeh (sebelumnya sudah minum miras semua) yang meninggal pun itu banyak yang berbau alkohol... yang saya tolong Mas Nawi (suporter) itu ternyata juga pemabuk," kata dia.
Tidak ditemukan toko dawet di Kanjuruhan
Kesaksian dari perempuan yang mengaku sebagai pedagang dawet Stadion Kanjuruhan itu sontak ramai diperbincangkan.
Sebagian pihak meragukan kesaksian tersebut, karena sepengetahuan mereka di dekat Pintu 3 Stadion Kanjuruhan selama ini tidak ada toko yang menjual dawet.
Beberapa orang bahkan melakukan penelusuran langsung dengan mengecek ke Stadion Kanjuruhan, seperti yang dilakukan oleh warganet pengguna TikTok ini.
Dalam video yang diunggah di TikTok Senin (3/10/2022) warganet itu memperlihatkan bahwa di dekat Pintu 3 Stadion Kanjuruhan tidak ada toko dawet, melainkan toko mebel.
"Ini Pintu 3. Bakul (penjual) dawetnya itu di mana? Pintu 3 itu adanya bakul (penjual) mebel. Ini saya ada di Pintu 3, tidak ada yang menjual es dawet, itu enggak ada," kata pengunggah.
Dari dokumentasi Street View Maret 2022 toko-toko yang berada di dekat Pintu 3 Stadion Kanjuruhan adalah toko mebel.
Achmad Ghozali, salah seorang Aremania yang dihubungi Tim Cek Fakta Kompas.com juga mengatakan bahwa tidak ada toko penjual dawet di dekat Pintu 3 Stadion Kanjuruhan.
"Saya katakan itu (pedagang dawet) tidak ada. Kami sudah cross-check ke sana (Stadion Kanjuruhan) tidak ada," kata Ghozali saat dihubungi Kompas.com, Selasa (4/10/2022).
Menurut Ghozali, di lokasi tersebut hanya ada toko mebel dan juga kios yang berjualan jersei.
"Kami baru saja dari Kanjuruhan dan mengecek langsung posisi yang disebut bakul dawet ini. Di Pintu 3 itu hanya ada toko kios mebel dan kios jersei," kata dia.
Bantahan suporter menenggak miras
Ketika ditanya mengenai klaim banyak Aremania menenggak miras dan obat terlarang sehingga mereka bertindak anarkistis, Ghozali dengan tegas membantah klaim itu.
Ghozali menuturkan, dia mengenal secara pribadi sosok suporter bernama Nawi, yang disebut sebagai pemabuk oleh perempuan yang mengaku sebagai penjual dawet Kanjuruhan.
Suporter yang dimaksud adalah Iwan Junaedi. Bisa dibilang bahwa pria yang akrab disapa Sam Nawi itu merupakan salah satu tokoh Aremania yang dikenal di kalangan para suporter.
Ghozali tidak terima sahabatnya itu difitnah dengan narasi bohong di media sosial.
"Yang namanya Nawi itu sahabat saya dan dia itu bikin koreografi di sana (Kanjuruhan). Dia sama sekali enggak minum miras," kata Ghozali.
Menurut Ghozali, klaim bahwa Nawi adalah seorang pemabuk sangat melukai perasaannya sebagai sahabat dekat.
"Nawi itu adalah ketua suporter Korwil Singosari. Dia meninggal (saat peristiwa). Dia itu sahabat saya, dia seorang muslim dan dia itu muazin di salah satu masjid di Singosari," tuturnya.
Bantahan Dinkes
Terkait klaim yang menyatakan banyak jenazah suporter mengeluarkan bau miras, Tim Cek Fakta Kompas.com juga menghubungi Kepala Dinas Kesehatan Kota Malang dr Husnul Muarif.
Husnul mengatakan, pihaknya tidak menerima informasi yang menyebutkan adanya bau miras dari jenazah suporter Arema FC.
"Informasi seperti itu tidak kami terima," kata Husnul saat dihubungi Kompas.com, Selasa (4/10/2022).
Kesimpulan
Berdasarkan penelusuran dan konfirmasi Tim Cek Fakta Kompas.com, kesaksian Tragedi Kanjuruhan dari seorang perempuan yang mengaku sebagai pedagang dawet di dekat Pintu 3 Stadion Kanjuruhan dipenuhi kejanggalan.
Pertama, tidak ditemukan adanya toko dawet di dekat Pintu 3 Stadion Kanjuruhan.
Pengecekan yang dilakukan Kompas.com melalui Google Street View dan cross-check langsung yang dilakukan pihak Aremania tidak menemukan toko yang dimaksud.
Kedua, klaim bahwa suporter bertindak anarkis karena terpengaruh miras dan obat terlarang juga dibantah oleh Aremania.
Dinas Kesehatan Kota Malang juga tidak menerima informasi mengenai jenazah suporter berbau miras.
https://www.kompas.com/cekfakta/read/2022/10/04/164726682/cek-fakta-kesaksian-penjual-dawet-soal-gas-air-mata-dan-aremania-mabuk