Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Salin Artikel

Dinyatakan Punah 70 Tahun Lalu, Cheetah Kini Kembali ke India

KOMPAS.com - Hewan darat tercepat, Cheetah akan kembali ke India setelah sebelumnya dinyatakan punah di negara itu sejak 70 tahun lalu.

Dilansir dari BBC, sedikitnya 20 cheetah datang ke India dari Afrika Selatan dan Namibia, rumah bagi lebih dari sepertiga dari 7.000 cheetah dunia.

Gelombang pertama yang terdiri dari delapan cheetah - lima betina dan tiga jantan, berusia antara dua dan enam tahun - tiba dari Windhoek di Namibia ke kota Gwalior di India pada Sabtu (17/9/2022).

Cheetah sebelumnya berbagi habitat di India dengan kucing besar lainnya seperti singa dan harimau, tetapi hewan darat tercepat itu menghilang 70 tahun lalu.

Cheetah adalah hewan darat tercepat di dunia, yang mampu berlari dengan kecepatan mencapai 113 km per jam.

Upaya restorasi cheetah India

Rombongan cheetah yang didatangkan dari Namibia didampingi pakar satwa liar, dokter hewan, dan tiga ahli biologi selama melakukan perjalanan lintas benua dengan pesawat Boeing 747 yang telah dimodifikasi.

Dari Gwalior, cheetah dipindahkan dengan helikopter ke Taman Nasional Kuno di negara bagian Madhya Pradesh, di mana mereka dilepaskan oleh delegasi yang dipimpin oleh Perdana Menteri India Narendra Modi.

Taman Nasional Kuno memiliki luas 289 mil persegi dan merupakan tempat perlindungan yang dipenuhi mangsa bagi kucing besar, seperti kijang dan babi hutan.

Sebuah kandang listrik, dengan 10 kompartemen dan berbagai ukuran, telah dibangun sebagai tempat karantina untuk para cheetah sebelum dilepaskan ke alam liar.

Setiap cheetah akan diberikan tim sukarelawan yang akan memantau dan mengawasi pergerakan hewan tersebut. Kalung radio satelit jugat telah dipasang di setiap cheetah untuk mengetahui geolokasi mereka.

India telah melakukan upaya untuk memperkenalkan kembali cheetah sejak tahun 1950-an.

Sebelumnya upaya pada tahun 1970-an untuk mendatangkan cheetah dari Iran gagal, setelah Shah Iran digulingkan dari kekuasaan dan negosiasi dihentikan.

Sejarah cheetah di India

Dilansir dari Indian Express, cheetah adalah satu-satunya karnivora besar yang punah di India, terutama karena perburuan dan hilangnya habitat.

Maharaja Ramanuj Pratap Singh Deo dari Korea, Madhya Pradesh, diyakini telah membunuh tiga cheetah terakhir yang tercatat di India pada 1947.

Kemudian pada 1952, pemerintah India secara resmi menyatakan bahwa hewan darat tercepat itu telah punah di negara tersebut.

Lantas, apa yang menyebabkan kepunahan cheetah di India?

Selama berabad-abad, berburu adalah kegiatan yang disukai para bangsawan di India. Cheetah, yang relatif mudah dijinakkan dibanding harimau, sering digunakan oleh bangsawan India untuk olahraga berburu.

Catatan paling awal yang tersedia tentang cheetah yang digunakan untuk berburu di India, berasal dari teks Sansekerta abad ke-12 Manasollasa, yang dibuat oleh penguasa Kalyani Chalukya, Someshvara III (memerintah dari tahun 1127-1138 M).

Penggunaan cheetah terlatih untuk berburu, menurut pakar satwa liar Divyabhanusinh, telah menjadi kegiatan yang sangat terspesialisasi pada periode abad pertengahan dan dilakukan dalam skala besar selama kekaisaran Mughal.

Kaisar Akbar, yang memerintah dari tahun 1556-1605, sangat menyukai kegiatan tersebut dan tercatat telah mengumpulkan 9.000 cheetah secara total.

Abul Fazl, kepala istana Akbar, mencatat bahwa kaisar telah menemukan metode baru untuk menangkap cheetah.

Di masa lalu, orang akan menggali lubang yang dalam untuk menjebak cheetah, namun kadang-kadang kaki cheetah patah karena hal tersebut.

Akbar dikatakan telah memecahkan masalah itu dengan menggali lubang dangkal dengan pintu jebakan otomatis yang akan menutup setelah cheetah jatuh ke dalam.

Cheetah yang tertangkap kemudian dilatih agar bisa ikut berburu. dan menurut Abul Fazl, proses pelatihan hewan tersebut memakan waktu 3-4 bulan.

Kaisar Jahangir (memerintah dari 1605-1627) mengikuti jejak ayahnya dan dikatakan telah menangkap lebih dari 400 antelop di pargana Palam – situs dekat bandara internasional New Delhi hari ini - dengan bantuan cheetah terlatih.

Divyabhanusinh mencatat bahwa permintaan cheetah untuk tujuan berburu sangat tinggi sehingga daerah tertentu, yang memiliki populasi tinggi, ditetapkan untuk penangkapan mereka, seperti Jodhpur dan Jhunjhunu di Rajasthan, Bathinda di Punjab, dan Hisar di Haryana.

Penangkapan cheetah liar untuk berburu dan kesulitan untuk berkembang biak di penangkaran menyebabkan penurunan populasi cheetah, bahkan sebelum masuknya Inggris.

Hampir punah di bawah penjajahan Inggris

Berbeda dengan Kekaisaran Mughal, Inggris tidak terlalu tertarik dengan cheetah. Sebaliknya, mereka lebih suka berburu hewan buruan besar, seperti harimau, banteng, dan gajah.

Di bawah penjajahan Inggris, hutan ditebangi secara ekstensif, untuk mengembangkan pemukiman dan untuk mendirikan perkebunan nila, teh dan kopi. Hal ini selanjutnya mengakibatkan hilangnya habitat kucing besar, berkontribusi terhadap penurunan mereka.

Meski harimau adalah hewan pilihan untuk buruan, namun pemburu India dan Inggris juga masih menargetkan cheetah.

Terdapat bukti yang menunjukkan bahwa pejabat Inggris menganggap hewan itu sebagai "hama" dan membagikan hadiah uang untuk pembunuhan cheetah, setidaknya sejak tahun 1871 dan seterusnya.

Di Sindh, hadiah untuk membunuh seekor anak cheetah adalah 6 rupee, dan 12 rupee untuk cheetah dewasa.

Sejarawan lingkungan Mahesh Rangarajan berpendapat bahwa kebijakan administratif Raj Inggris memainkan "peran utama dalam pemusnahan (cheetah) di India".

Imbalan untuk perburuan hadiah kemungkinan besar menyebabkan penurunan jumlah cheetah, karena bahkan penghapusan sejumlah kecil akan berdampak negatif pada kemampuan cheetah liar untuk bereproduksi.

Akibatnya, cheetah liar menjadi sangat langka di India pada abad ke-20.

Populasi semakin turun

Berbeda dengan Inggris, elit India dan penguasa negara bagian melanjutkan praktik lama berburu dengan cheetah di tahun 1920-an.

Tokoh terkemuka di antara mereka adalah Maharaja Kolhapur dan Maharaja Bhavnagar. Namun, pada masa itu sudah semakin sulit menemukan cheetah di alam liar.

Meski telah dianggap bahwa ini akan menjadi perpindahan lintas benua pertama dari hewan karnivora besar ke India, Divyabhanusinh berpendapat bahwa pembelian cheetah dari Afrika terjadi pada abad ke-20.

Dia mengatakan bahwa negara bagian Bhavnagar dan Kolhapur adalah importir cheetah terkemuka antara tahun 1918-1939.

Tepat sebelum dimulainya Perang Dunia I, Maharaja Bhavsinhji II, yang memerintah negara bagian Bhavnagar dari tahun 1896-1919, mengirim Inspektur Polisinya, Krishna Chandra Sinh ke Kenya untuk membeli seekor cheetah. Pada 1930-an, negara bagian Bhavnagar dikatakan memiliki 32 cheetah impor.

Cheetah terus diimpor ke India dalam jumlah kecil setelah negara itu merdeka, terutama untuk pameran di kebun binatang. Antara tahun 1949-1989, sekitar tujuh kebun binatang memiliki 25 ekor cheetah yang semuanya berasal dari luar negeri.

Divyabhanusinh mencatat bahwa hampir semuanya kemungkinan besar diperoleh dari Afrika.

https://www.kompas.com/cekfakta/read/2022/09/17/194000782/dinyatakan-punah-70-tahun-lalu-cheetah-kini-kembali-ke-india

Terkini Lainnya

[HOAKS] Ronaldo Dukung Laga Indonesia Vs Uzbekistan Diulang

[HOAKS] Ronaldo Dukung Laga Indonesia Vs Uzbekistan Diulang

Hoaks atau Fakta
[HOAKS] Sampul Majalah Time Tampilkan Donald Trump Bertanduk

[HOAKS] Sampul Majalah Time Tampilkan Donald Trump Bertanduk

Hoaks atau Fakta
[HOAKS] Terbukti Suap Wasit, Uzbekistan Didiskualifikasi dari Piala Asia U-23

[HOAKS] Terbukti Suap Wasit, Uzbekistan Didiskualifikasi dari Piala Asia U-23

Hoaks atau Fakta
[KLARIFIKASI] BMKG Tegaskan Sesar Sumatera Tidak Memicu Tsunami

[KLARIFIKASI] BMKG Tegaskan Sesar Sumatera Tidak Memicu Tsunami

Hoaks atau Fakta
[HOAKS] Video Ronaldo Tiba di Qatar untuk Menonton Piala Asia U-23

[HOAKS] Video Ronaldo Tiba di Qatar untuk Menonton Piala Asia U-23

Hoaks atau Fakta
[HOAKS] Vaksin HPV Menyebabkan Kemandulan

[HOAKS] Vaksin HPV Menyebabkan Kemandulan

Hoaks atau Fakta
[KLARIFIKASI] Menkominfo Bantah Apple Batal Investasi Rp 1,6 Triliun di Indonesia

[KLARIFIKASI] Menkominfo Bantah Apple Batal Investasi Rp 1,6 Triliun di Indonesia

Hoaks atau Fakta
[VIDEO] Hoaks Spesimen Surat Suara dan Paslon yang Bersaing di Pilkada Jatim 2024

[VIDEO] Hoaks Spesimen Surat Suara dan Paslon yang Bersaing di Pilkada Jatim 2024

Hoaks atau Fakta
INFOGRAFIK: Konten Keliru Sebut Spotify Perlihatkan Fitur Batas Usia Pengguna

INFOGRAFIK: Konten Keliru Sebut Spotify Perlihatkan Fitur Batas Usia Pengguna

Hoaks atau Fakta
INFOGRAFIK: Hoaks Elkan Baggot Tiba di Qatar untuk Perkuat Timnas U23 Indonesia

INFOGRAFIK: Hoaks Elkan Baggot Tiba di Qatar untuk Perkuat Timnas U23 Indonesia

Hoaks atau Fakta
[HOAKS] FIFA Angkat Bicara soal Wasit VAR Indonesia Vs Uzbekistan

[HOAKS] FIFA Angkat Bicara soal Wasit VAR Indonesia Vs Uzbekistan

Hoaks atau Fakta
Dua Puluh Empat Tahun Lalu, GPS Akurasi Tinggi Tersedia untuk Publik

Dua Puluh Empat Tahun Lalu, GPS Akurasi Tinggi Tersedia untuk Publik

Sejarah dan Fakta
Mitos Penularan HIV/AIDS di Kolam Renang

Mitos Penularan HIV/AIDS di Kolam Renang

Hoaks atau Fakta
[HOAKS] Pernyataan Ronaldo soal Indonesia Tidak Akan Kalah jika Tak Dicurangi Wasit

[HOAKS] Pernyataan Ronaldo soal Indonesia Tidak Akan Kalah jika Tak Dicurangi Wasit

Hoaks atau Fakta
[HOAKS] Video Unta Terjebak Banjir di Dubai

[HOAKS] Video Unta Terjebak Banjir di Dubai

Hoaks atau Fakta
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke