"Menu harian atlet di pelatnas memang kami atur dengan ketat. Komposisinya harus lengkap, mulai dari karbohidrat paling banyak yaitu 40-60 persen, lalu protein 15 persen, dan lemak 25 persen. Kami juga memperhatian agar menu yang tersedia rendah lemak," kata dr. Paulina.
Baca juga: Hong Kong Open 2023, Jonatan Waspadai Penakluk Axelsen
Namun, dr. Paulina juga mengakui bahwa makanan menjadi salah satu masalah atlet saat bertanding di luar negeri.
Asupan makanan yang banyak, tetapi tidak diimbangi dengan latihan berat seperti yang dijalani di pelatnas dapat menganggu keseimbangan tubuh pemain.
"Kendala atlet saat bertanding di luar negeri adalah soal asupan makan banyak, tetapi tidak diimbangi dengan latihan yang berat seperti yang mereka dapatkan sehari-hari di pelatnas, sehingga sepulang dari luar negeri, berat badan atlet cenderung naik," ujarnya.
"Harus diakui tipe badan seseorang itu berbeda-beda. Ada yang bawaannya sudah kurus dan atletis, tetapi ada pula yang berisi, sehingga perlu usaha lebih untuk membentuk tubuh yang sesuai untuk seorang atlet," ujarnya.
Selain itu, dr. Paulina Toding juga menegaskan pihaknya selalu memberikan edukasi agar atlet dapat memilih makanan yang kaya akan gizi dan nutrisi.
"Tidak hanya nutrisi dan gizi, atlet juga perlu diberi pengetahuan pentingnya cairan dan elektrolit ketika latihan atau bertanding. Setiap atlet yang akan bertanding, selalu kami bekali dengan suplemen yang cukup," ujarnya.
"Kami juga terus mengedukasi dan meminta kesadaran atlet, terutama saat mengikuti turnamen di luar negeri untuk memperhatikan soal gizi dan nutrisinya, serta dalam memilih makanan yang baik," ungkap dr. Paulina Toding.
Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.