Dalam bahasa sederhana, komunikasi ini juga menyaratkan bagaimana kerendahan hati dalam mengucapkan kata "tolong, maaf, dan terima kasih" saat game berlangsung dan selesai dimainkan.
Beranjak ke metode pengurangan atau kurang-kurangan.
Baca juga: Indonesia Masters: Praveen Tegaskan Tak Ada Masalah Komunikasi dengan Melati, tetapi...
Salah satu yang sering saya dapati saat melihat keduanya bermain ialah ekspresi kecewa ketika bola mati akibat kesalahan sendiri ataupun saat gagal mengembalikan pukulan lawan.
Ekspresi negatif tersebut wajib untuk dikurangi atau dieliminasi oleh Praveen/Melati.
Barangkali akan lebih baik merespons situasi kehilangan poin dengan saling memberi senyum dia ntara keduanya.
Satu hal lainnya adalah mengurangi ego masing-masing. Tak ada yang lebih hebat di antara keduanya.
Dari metode pembagian atau bagi-bagian, berbagi peran merupakan sesuatu yang layak diperhatikan.
Pada strategi teknis, berbagi peran bisa diperlihatkan ketika mereka memainkan pola rotasi atau perputaran di lapangan.
Dari hal psikologis rasanya bisa dicoba untuk memainkan peran "Bad Cop and Good Cop". Satu dari mereka bisa menjadi figur provokatif bagi lawan.
Sementara, satu lainnya yang lebih memainkan peran konstruktif untuk membangkitkan semangat dari serangan lawan.
Baca juga: Melati Senang Praveen Marah-marah asal Jangan Didiamkan...
Untuk hal ini mereka berdua bisa belajar dari Kevin Sanjaya dan Marcus Fernaldi Gideon yang menurut saya sukses memainkan peran "Bad and Good Cop" saat turun bertanding.
Terakhir adalah perkalian atau kali-kalian.
Dalam bahasa prokem saya hanya mau bilang kepada mereka berdua, "bisa KALI juara lagi!!!"
Demi kembali meraih titel juara, rasanya Praveen/Melati harus bin wajib untuk berkali-kali melipatgandakan motivasi dalam diri mereka.
Gelar juara yang terakhir mereka raih pada ajang All England 2020 harus menjadi cambuk untuk bisa kembali menghadirkan momen kebahagiaan bagi mereka berdua.