Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

EKSKLUSIF Alan Budikusuma – Kisah Emas Olimpiade 1992, Tegang Buka Gerbang, Menang!

Kompas.com - 14/07/2021, 05:00 WIB
Benediktus Agya Pradipta,
Eris Eka Jaya

Tim Redaksi

Atlet sama sekali tidak boleh mengendurkan, dari jadwal latihan, kualitas latihan. Nah, konsistensi itu yang harus dijaga, juga dari hal-hal kecil mungkin, dalam keseharian terutama.

Latihannya harus baik kualitasnya. Mereka juga harus menjalankan program dengan baik. Jadi, fokusnya. Anda tahulah milenial kan banyak main Instagram-lah. Satu lagi, ya itu, nongkrong di kafe-nya dikurangin deh.

Puncak performa atlet itu tidak panjang, semakin hari semakin menurun. Pada saat mereka mempunyai kondisi terbaik atau kita sebutnya golden age, mereka harus memanfaatkan itu dengan baik.

Nanti kalau di atas 30 tahun, tentunya secara bertahap, secara alami, kekuatan mereka akan menurun. Jadi, saya harapkan mereka bisa memanfaatkan itu dengan baik.

11. Bagaimana soal pembinaan di PBSI?

Sebetulnya, pembinaan di PBSI juga baik, calon-calon yang muda banyak, bukan satu atau dua orang. Kami bikin sistem, bagaimana regenerasi kami berjalan dengan baik. Jadi, kami sudah jalan seperti itu sejak saya masih di kepengurusan PBSI yang lalu.

Kami sudah siapkan sampai empat step, dari umur 15 tahun. Jadi, proses untuk regenerasi akan berlajan dengan baik.

Tujuannya untuk itu, dan memang kelihatan hasilnya. Jadi, sebenarnya kita tak pernah kekurangan stok. Tentunya PBSI yang sekarang harus meneruskan supaya mereka bisa lebih baik.

Jadi, jalannya sudah bagus, sudah tinggal take-off. Sudah kelihatan, mereka itu calon pemain masa depan semua.

Baca juga: Kata Pelatih soal Hasil Undian Ganda Putra Indonesia di Olimpiade Tokyo

12. Apa pesan Anda untuk anak-anak Indonesia yang bermimpi menjadi atlet bulu tangkis dan menjadikan Olimpiade sebagai target tertinggi?

Mereka harus punya mimpi, apa sih yang ingin mereka capai? Itu dulu karena itu adalah suatu kekuatan yang luar biasa. Kalau mereka tidak ada cita-cita, tidak ada mimpi, tentu tidak ada tujuan.

Jadi, pesan saya adalah ayo kalian harus bermimpi dan raih mimpi tersebut dengan berusaha semaksimal mungkin!

Kalau mimpi itu sudah menyatu dengan pikiran, pasti tercapai, karena tidak ada sesuatu hal yang tidak mungkin, pasti semuanya mungkin, tergantung dari kita, bagaimana melihatnya.
Mereka setiap hari harus berpikir, "Saya mau jadi juara!". Nah, itu akan memberikan suatu motivasi, semangat waktu mereka berlatih.

13. Bagaimana pandangan Anda terkait atlet yang telah berjasa membawa nama harum bangsa mendapat gelar pahlawan nasional?

Sederhananya, kita harus bisa menghargai orang. Pahlawan itu bukan hanya dari atlet. Siapa pun yang telah berjasa buat bangsa ini, memajukan bangsa ini, menjadikannya lebih terkenal, lebih baik, itu disebut pahlawan.

Saya harapkan pemerintah lebih bisa menghargai. Bentuk apresiasi atau penghargaan kepada pahlawan ini harus kita gaungkan. Itu adalah semangat nasionalisme kita. Jadi, pada saat kita bertanding, kita untuk Indonesia.

Saya bertanding atas nama Indonesia, nama Indonesia dikenal dunia ya karena prestasi kita. Kita harapkan semua pahlawan-pahlawan diberi tempat yang baik. Itu adalah bentuk penghargaan yang menurut saya layak diterima.

Itu merupakan sesuatu yang biasa disampaikan ke anak dan cucu kita. Itu sangat penting karena kebanggaan tidak bisa dibeli.

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Halaman:
Baca tentang
Video rekomendasi
Video lainnya

Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Komentar
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com