Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

EKSKLUSIF Alan Budikusuma – Kisah Emas Olimpiade 1992, Tegang Buka Gerbang, Menang!

Kompas.com - 14/07/2021, 05:00 WIB
Benediktus Agya Pradipta,
Eris Eka Jaya

Tim Redaksi

Sepertinya semua pemain, apabila mereka sudah masuk dalam kualifikasi atau terpilih untuk bertanding di Olimpiade, mereka akan berlatih lebih giat, termasuk saya.

Pada saat saya terpilih, latihannya jauh lebih giat, lebih banyak menghabiskan waktu menuju Olimpiade, mulai berpikir bagaimana strateginya, persiapannya, dari segi fisik, teknik, itu sudah dipersiapkan dengan jauh lebih baik. Persiapan adalah segalanya menurut saya.

5. Siapa lawan terberat menuju emas Olimpiade Barcelona 1992?

Kalau di Olimpiade, dari awal sudah berat. Di 32 besar sudah bertemu lawan-lawan yang berat dari setiap negara, pemain-pemain pilihan yang tampil.

Jadi, tidak bisa memandang sebelah mata. Bertemu siapa pun ya kami anggap lawan tersebut berat supaya membuat kami tidak lengah. Persiapannya harus baik dan itu pun kami melihatnya satu per satu.

6. Bagaimana suasana yang Anda rasakan ketika berjuang dulu?

Saya melawan teman baik saya sendiri, Ardy B Wiranata (di final). Itu hal yang sangat luar biasa. Artinya, Indonesia sudah memastikan emas waktu itu, sejarah yang luar biasa.

Suasananya bukan seru lagi, menegangkan! Saya tidak bisa makan dengan enak, tidur pun juga tidak enak, kepikiran terus.

Tegang karena Olimpiade ini kan empat tahun sekali, prosesnya tidak mudah, tentunya itu membuat orang menjadi tegang. Rata-rata pemain tidak ada yang bisa bercanda.

7. Apa motivasi terbesar Anda untuk membawa pulang medali emas Olimpiade Barcelona 1992?

Cita-cita, setiap pemain saya pikir sama, ingin menjadi juara dunia, juara Olimpiade tentunya. Waktu saya kecil kan bulu tangkis belum dipertandingkan, jadi ingin juara dunia, juara All England, tetapi setelah dipertandingkan di Olimpiade 92', ya tentunya kami ingin menjadi juara Olimpiade.

8. Bagaimana kekuatan dan peluang tunggal putra Indonesia di Olimpiade Tokyo 2020?

Kalau saya nilai, semua pemain mempunyai kesempatan. Jadi, saya menganggapnya 50:50, semua memiliki kesempatan yang sama.

Melawan pemain terbaik Jepang yang sangat kuat, Kento Momota, dari Denmark, Viktor Axelsen, maupun Lee Zii Jia dari Malaysia yang belum lama ini menjuarai All England, semua memiliki kesempatan yang sama.

Hal yang terpenting adalah bagaimana persiapan mereka pada saat bertanding, kondisi fisiknya, kondisi kebugarannya, dan mengatasi ketegangan, karena ketegangan itu yang biasa menjadikan kita under perform.

Persiapan, mental, dan kebugaran sangat penting, jangan sampai sakit. Itu yang kita harapkan jangan terjadi, apalagi di pandemi ini sangat rentan. Ya, kita harapkan teman-teman semua, adik-adik semua, bisa menjaga kondisi dengan sebaik-baiknya.

Baca juga: Daftar 28 Atlet Indonesia di Olimpiade Tokyo 2020, Bulu Tangkis Terbanyak

9. Bagaimana kekuatan tunggal putra Indonesia saat ini?

Seharusnya, kekuatan kita bagus, cuma memang disebabkan Jojo (Jonatan Christie) dan (Anthony Sinisuka) Ginting ini masih muda, kadang-kadang performanya masih tidak terlalu stabil. Jadi, itu merupakan tugas para pelatihnya untuk membuat mereka lebih bisa konsisten, lebih stabil saat bertanding.

Terkadang, namanya juga anak muda, kalau juara suka lupa, euforianya senang-senang, tetapi semua itu proses. Kita harapkan ke depannya mereka lebih bisa stabil.

10. Apa tips yang bisa Anda berikan agar tunggal putra Indonesia bisa tampil konsisten?

Kembali lagi kepada individunya, konsistensi itu kembali lagi ke mereka. Maksud saya, mungkin dalam hal apa pun, konsistensi itu soal kesiapan kita, fokus kita.

Halaman:
Baca tentang
Video rekomendasi
Video lainnya

Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Komentar
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com