Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Jokowi Bahas Program Makan Siang Gratis Prabowo Dinilai Tidak Tepat

Kompas.com - 28/02/2024, 07:30 WIB
Erwina Rachmi Puspapertiwi,
Rizal Setyo Nugroho

Tim Redaksi

KOMPAS.com - Presiden Joko Widodo (Jokowi) membahas program makan siang gratis dari capres-cawapres Prabowo-Gibran dalam rapat kabinet pada Senin (26/2/2024).

Pembahasan program baru tersebut dilakukan untuk menyusun Rencana Kerja Pemerintah (RKP) dan Rancangan Anggaran Pendapatan dan Belanja Negara (RAPBN) 2025.

Menteri Koordinator Bidang Pembangunan Manusia dan Kebudayaan (Menko PMK) Muhadjir Effendy mengatakan, pembahasan program makan siang gratis dilakukan kabinet Jokowi untuk mengantisipasi jika calon presiden nomor 2, Prabowo Subianto terpilih.

"Itu untuk jaga-jaga saja, antisipasi saja itu. Agar ada kesinambungan antara program yang sudah ada tahun 2024 nanti tidak putus pada tahun 2025," kata Muhadjir dikutip dari Kompas.com (27/2/2024).

Muhadjir menilai, pemerintah tidak salah membahas program makan siang gratis meski Prabowo belum menjadi presiden. Menurutnya langkah ini diperlukan agar program tersebut kompatibel dengan anggaran yang disusun pemerintah Jokowi.

Lalu, tepatkah Presiden Jokowi membahas kebijakan yang akan diterapkan pemerintah berikutnya?

Baca juga: Program Makan Siang Gratis Akan Masuk APBN 2025, Dibahas di Sidang Kabinet Jokowi


Anggaran 2025 dibuat pemerintah baru

Pengamat kebijakan publik, Agus Pambagio mengungkapkan langkah Jokowi membahas kebijakan presiden berikutnya menurutnya tidaklah benar.

"Itu urusan presiden nanti. Urusan dia (Jokowi) membereskan sampai dia tinggal landas, selesai. Terserah presiden yang sana mau ngapain," ujarnya saat dihubungi Kompas.com, Selasa (27/2/2024).

Menurut Agus, APBN 2025 bukan lagi tanggung jawab Jokowi. Presiden sebelumnya bisa membuat RAPBN 2024 namun presiden yang terpilih akan merevisinya dalam bentuk APBN Perubahan 2025.

Selain itu, Jokowi bisa mengarahkan para menteri termasuk menteri keuangan untuk menyusun RAPBN 2025.

Agus mengungkapkan, semua kementerian menyusun RAPBN 2025 untuk dilaporkan dalam sidang pertanggungjawaban presiden yang diselenggarakan Majelis Permusyawaratan Rakyat (MPR) pada 16 Agustus 2024.

Namun, tambah menurut Agus, Jokowi tidak boleh menetapkan rancangan keuangan tersebut.

"Dalam pidato pertanggungjawaban Jokowi tanggal 16 Agustus, (rancangan itu) bisa disampaikan. Tapi itu bisa diubah oleh siapapun (presiden) yang menang," lanjut dia.

Di sisi lain, Agus menekankan, Jokowi tidak perlu capek-capek menyusun anggaran untuk pemerintahan baru.

Jokowi seharusnya menyiapkan isu lain seperti resesi dunia, lapangan pekerjaan, penetapan undang-undang, membereskan utang negara, dan sebagainya.

Lebih lanjut, pihaknya menegaskan, presiden dan pemerintah yang lama dapat dimintai pertimbangan dalam pembuatan rancangan keuangan 2025.

Namun, RAPBN 2025 yang ada kemudian akan dibahas presiden baru bersama menteri-menterinya untuk menyusun ABPN 2025 yang berlaku selama masa kepemimpinannya.

Baca juga: Begini Strategi Prabowo-Gibran Wujudkan Program Makan Siang Gratis

Halaman:

Terkini Lainnya

6 Temuan Kasus Bunuh Diri Brigadir RAT

6 Temuan Kasus Bunuh Diri Brigadir RAT

Tren
63 Persen Wilayah Masuk Kemarau Mei-Agustus, BMKG: Cuaca Ekstrem Masih Mengintai

63 Persen Wilayah Masuk Kemarau Mei-Agustus, BMKG: Cuaca Ekstrem Masih Mengintai

Tren
El Nino Berpotensi Digantikan La Nina, Apa Dampaknya bagi Indonesia?

El Nino Berpotensi Digantikan La Nina, Apa Dampaknya bagi Indonesia?

Tren
Analisis Gempa M 6,5 di Garut, BMKG: Bukan Megathrust

Analisis Gempa M 6,5 di Garut, BMKG: Bukan Megathrust

Tren
Jarang Diketahui, Ini 5 Jenis Makanan yang Sebaiknya Tak Dikonsumsi Bersama dengan Kafein

Jarang Diketahui, Ini 5 Jenis Makanan yang Sebaiknya Tak Dikonsumsi Bersama dengan Kafein

Tren
7 Tanda Terlalu Lama Berlari dan Bisa Membahayakan Tubuh, Apa Saja?

7 Tanda Terlalu Lama Berlari dan Bisa Membahayakan Tubuh, Apa Saja?

Tren
Wilayah Berpotensi Hujan Lebat, Petir, dan Angin Kencang pada 28-29 April 2024

Wilayah Berpotensi Hujan Lebat, Petir, dan Angin Kencang pada 28-29 April 2024

Tren
[POPULER TREN] Tanda Tubuh Kelebihan Gula | Kekuatan Timnas Uzbekistan

[POPULER TREN] Tanda Tubuh Kelebihan Gula | Kekuatan Timnas Uzbekistan

Tren
7 Mata Uang dengan Nilai Paling Lemah di Dunia, Indonesia di Urutan Kelima

7 Mata Uang dengan Nilai Paling Lemah di Dunia, Indonesia di Urutan Kelima

Tren
Sejarah Head to Head Indonesia Vs Uzbekistan, 6 Kali Bertemu dan Belum Pernah Menang

Sejarah Head to Head Indonesia Vs Uzbekistan, 6 Kali Bertemu dan Belum Pernah Menang

Tren
Shin Tae-yong, Dulu Jegal Indonesia di Piala Asia, Kini Singkirkan Korea Selatan

Shin Tae-yong, Dulu Jegal Indonesia di Piala Asia, Kini Singkirkan Korea Selatan

Tren
Alasan Anda Tidak Boleh Melihat Langsung ke Arah Gerhana Matahari, Ini Bahayanya

Alasan Anda Tidak Boleh Melihat Langsung ke Arah Gerhana Matahari, Ini Bahayanya

Tren
Jejak Karya Joko Pinurbo, Merakit Celana dan Menyuguhkan Khong Guan

Jejak Karya Joko Pinurbo, Merakit Celana dan Menyuguhkan Khong Guan

Tren
10 Hewan Endemik yang Hanya Ada di Indonesia, Ada Spesies Burung hingga Monyet

10 Hewan Endemik yang Hanya Ada di Indonesia, Ada Spesies Burung hingga Monyet

Tren
Kemendikbud Akan Wajibkan Pelajaran Bahasa Inggris untuk SD, Pakar Pendidikan: Bukan Menghafal 'Grammar'

Kemendikbud Akan Wajibkan Pelajaran Bahasa Inggris untuk SD, Pakar Pendidikan: Bukan Menghafal "Grammar"

Tren
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Komentar
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com