KOMPAS.com - Motif dugaan pembunuhan anak semata wayang artis Tamara Tyasmara, Raden Andante Khalif atau akrab disapa Dante (6), masih menjadi teka-teki.
Polda Metro Jaya sebelumnya telah menetapkan kekasih Tamara, Yudha Arfandi (YA), sebagai tersangka atas kematian Dante di kolam renang, kawasan Duren Sawit, Jakarta Timur, pada Sabtu (27/1/2024).
Kabid Humas Polda Metro Jaya Kombes Ade Ary Syam Indradi mengatakan, polisi menangkap Yudha saat berada di kediamannya di Pondok Kelapa, Duren Sawit, Jumat (9/2/2024).
"Saudara YA ditangkap berdasarkan bukti yang cukup, setelah sebelumnya dilakukan gelar perkara penetapan tersangka," ungkap Ade Ary dilansir dari Kompas.com, Sabtu (10/2/2024).
Penetapan Yudha setelah adanya bukti rekaman CCTV kolam renang yang memperlihatkan upaya menenggelamkan korban sebanyak 12 kali.
Lantas, mengapa orang terdekat dapat tega menghilangkan nyawa korban? Apa kemungkinan motifnya?
Baca juga: Perjalanan Kasus Kematian Dante: Menenggelamkan 12 Kali, Pacar Tamara Tyasmara Terancam Hukuman Mati
Psikologi forensik Reza Indragiri Amriel mengatakan, hanya ada dua kemungkinan motif seseorang melakukan tindak kejahatan, yakni motif emosional dan instrumental.
Menurutnya, motif emosional dapat berupa kebencian, amarah, iri, dendam, atau perasaan-perasaan negatif yang ada pada diri tersangka.
Sementara motif instrumental, tidak berkaitan dengan suasana hati, tetapi ingin mendapatkan manfaat tertentu dari korban.
"Entah itu harta, popularitas, cinta, atau manfaat lainnya yang memang hanya bisa diraih oleh si tersangka kalau dia menghabisi korbannya," ujarnya, dikutip dari tayangan Kompas TV, Minggu (11/2/2024).
Reza mengungkapkan, salah satu atau kombinasi dua motif tersebut dapat bergelayut di kepala pelaku.
Baca juga: 5 Fakta Kematian Anak Tamara Tyasmara, Polisi Bongkar Makam untuk Cari Tahu Penyebabnya
Dia pun menyoroti narasi yang beredar bahwa pelaku dekat dengan anak, sehingga dapat menangkal tuduhan pembunuhan Dante.
"Karena kasus ini pidana, sudah tak sepatutnya kita percaya terhadap penilaian apalagi klaim sedemikian rupa," kata Reza.
Justru sebaliknya, saat ada orang dewasa yang berusaha menyakiti korban anak-anak, dia harus membuka akses dengan cara membangun kedekatan dan kepercayaan dari si anak.
Sebab, menurut Reza, hanya dengan kepercayaan atau kedekatan, orang asing akan berubah status menjadi orang dekat yang dapat dipercaya untuk memberikan perlindungan.