Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Anak Alami GTM dan Susah Makan, Ini Penjelasan dan Cara Mengatasinya

Kompas.com - 17/01/2024, 08:30 WIB
Laksmi Pradipta Amaranggana,
Rizal Setyo Nugroho

Tim Redaksi

 

KOMPAS.com - Unggahan foto yang menampilkan seorang anak menolak saat disuapi makanan, ramai dibicarakan di media sosial.

Warganet lalu menyinggung soal gerakan tutup mulut atau GTM yang menyebabkan anak di bawah lima tahun (balita) susah untuk makan. 

Video mengenai anak yang disebut melakukan GTM awalnya diunggah oleh akun X @tanyarlfess pada Minggu (14/1/2024) pukul 15.38 WIB.

Foto tersebut memperlihatkan seorang ibu yang sedang menyuapi anaknya saat GTM dengan menggunakan terowongan buatan dari galon bekas air minum.

Anak kecil kalo GTM tuh emang aneh aneh ya? kasian ibunya,” tulis pengunggah.

Lantas, apa itu GTM yang dilakukan anak balita, penyebab dan cara mengatasinya?

Baca juga: 3 Alasan Kenapa Jumlah Gigi Dewasa dan Anak-anak Berbeda


Baca juga: Gejala dan Tanda-tanda Polio pada Anak yang Harus Diwaspadai Orangtua

Penjelasan dokter 

Dokter spesialis anak dari RS Universitas Sebelas Maret (UNS) Surakarta, Aisya Fikritama menjelaskan, GTM merupakan istilah yang dipakai orang tua ketika anaknya tidak mau makan.

Aisya menuturkan, anak yang sedang melakukan GTM sebenarnya tidak berperilaku aneh dan termasuk wajar.

“Setiap anak akan mengalami fase GTM di hidupnya, dan ini merupakan perilaku yang normal terjadi,” kata Aisya saat dihubungi Kompas.com, Senin (15/11/2024).

Meskipun demikian, GTM yang tidak ditangani dengan tepat dan berada dalam jangka waktu tertentu, kondisi ini dapat membahayakan kesehatan anak.

Salah satu risiko jika anak yang GTM tidak ditangani dengan tepat adalah terganggunya tumbuh kembang anak yang dapat berujung pada stunting dan berat badan menurun.

Baca juga: Jangan Disepelekan, Kenali 6 Gejala Demam Berdarah pada Anak Berikut Ini

Penyebab dan gejala GTM pada anak

Lebih lanjut, pihaknya menjelaskan, penyebab utama anak melakukan GTM adalah inappropriate feeding practice, yang merujuk pada perilaku memberi makan yang tidak benar atau pemberian makanan yang tidak sesuai usia.

Seringkali, fase ini terjadi sejak awal masa penyapihan anak atau waktu dimulainya pemberian makanan pendamping air susu ibu (MPASI).

Menurutnya, pemberian makan yang sesuai dapat dilihat dari berbagai hal, seperti waktu pemberian yang tepat, kualitas dan kuantitas makanan, kebersihan penyajian dan penyiapan makanan, dan wajib sesuai dengan tahapan perkembangan anak.

“Jadi kalau masih 6 bulan, makanan yang diberikan harus pure. Kalau mulai 8-9 bulan ke bubur kasar. Nanti 10 bulan mulai makanan yang dicincang halus, lalu naik ke nasi tim, dan di umur 11-12 bulan, makanan yang diberikan sudah sesuai dengan makanan keluarga,” ungkapnya.

Pure biasanya terbuat dari sayuran atau kacang-kacangan yang sudah dimasak kemudian dihaluskan

Adapun penyebab lain dari GTM disebabkan karena faktor anak yang bosan, sedang sakit, tidak merasa lapar, dan adanya trauma pada makanan atau proses pemberian makanan karena pemaksaan.

Selain itu, ada pula perilaku dan kebiasaan buruk dari orang tua yang akhirnya membuat anak melakukan GTM. Perilaku tersebut di antaranya :

  • Membiarkan anak makan biskuit favorit,
  • Membiarkan anak minum susu sebagai pengganti makanan,
  • Mengizinkan akan mengonsumsi junk food terus menerus,
  • Sibuk mencari vitamin penambah nafsu makan,
  • Mengajak anak berkeliling kompleks saat makan,
  • Mengajak anak bermain saat makan. 

Selain itu, gejala GTM yang bisa dikenali orangtua yaitu dengan menutup rapat mulut saat akan makan, menyemburkan makanan, atau melepehkan kembali makanan yang sudah masuk ke dalam mulut.

Baca juga: Cara Atur Kontrol Orang Tua di YouTube Kids agar Aman Dipakai Anak

Halaman:

Terkini Lainnya

NASA Perbaiki Chip Pesawat Antariksa Voyager 1, Berjarak 24 Miliar Kilometer dari Bumi

NASA Perbaiki Chip Pesawat Antariksa Voyager 1, Berjarak 24 Miliar Kilometer dari Bumi

Tren
Profil Brigjen Aulia Dwi Nasrullah, Disebut-sebut Jenderal Bintang 1 Termuda, Usia 46 Tahun

Profil Brigjen Aulia Dwi Nasrullah, Disebut-sebut Jenderal Bintang 1 Termuda, Usia 46 Tahun

Tren
Jokowi Teken UU DKJ, Kapan Status Jakarta sebagai Ibu Kota Berakhir?

Jokowi Teken UU DKJ, Kapan Status Jakarta sebagai Ibu Kota Berakhir?

Tren
Ini Daftar Gaji PPS, PPK, KPPS, dan Pantarlih Pilkada 2024

Ini Daftar Gaji PPS, PPK, KPPS, dan Pantarlih Pilkada 2024

Tren
Pengakuan Ibu yang Paksa Minta Sedekah, 14 Tahun di Jalanan dan Punya 5 Anak

Pengakuan Ibu yang Paksa Minta Sedekah, 14 Tahun di Jalanan dan Punya 5 Anak

Tren
Jadi Tersangka Korupsi, Ini Alasan Pendiri Sriwijaya Air Belum Ditahan

Jadi Tersangka Korupsi, Ini Alasan Pendiri Sriwijaya Air Belum Ditahan

Tren
Daftar Lokasi Nobar Indonesia Vs Uzbekistan Piala Asia U23 2024

Daftar Lokasi Nobar Indonesia Vs Uzbekistan Piala Asia U23 2024

Tren
Bolehkah Penderita Diabetes Minum Air Tebu? Ini Kata Ahli Gizi UGM

Bolehkah Penderita Diabetes Minum Air Tebu? Ini Kata Ahli Gizi UGM

Tren
Bandara di Jepang Catat Nol Kasus Kehilangan Bagasi Selama 30 Tahun, Terbaik di Dunia

Bandara di Jepang Catat Nol Kasus Kehilangan Bagasi Selama 30 Tahun, Terbaik di Dunia

Tren
La Nina Berpotensi Tingkatkan Curah Hujan di Indonesia, Kapan Terjadi?

La Nina Berpotensi Tingkatkan Curah Hujan di Indonesia, Kapan Terjadi?

Tren
Kasus yang Bikin Bea Cukai Disorot: Sepatu Impor hingga Alat Bantu SLB

Kasus yang Bikin Bea Cukai Disorot: Sepatu Impor hingga Alat Bantu SLB

Tren
Biaya Kuliah Universitas Negeri Malang 2024/2025 Program Sarjana

Biaya Kuliah Universitas Negeri Malang 2024/2025 Program Sarjana

Tren
Hari Pendidikan Nasional 2024: Tema, Logo, dan Panduan Upacara

Hari Pendidikan Nasional 2024: Tema, Logo, dan Panduan Upacara

Tren
Beredar Kabar Tagihan UKT PGSD UNS Capai Rp 44 Juta, Ini Penjelasan Kampus

Beredar Kabar Tagihan UKT PGSD UNS Capai Rp 44 Juta, Ini Penjelasan Kampus

Tren
Semifinal Indonesia Vs Uzbekistan Piala Asia U23 2024 Hari Ini, Pukul Berapa?

Semifinal Indonesia Vs Uzbekistan Piala Asia U23 2024 Hari Ini, Pukul Berapa?

Tren
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Komentar
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com