Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

BMKG Sebut Tanda-tanda Tsunami di Tiap Daerah Berbeda-beda, Apa Saja?

Kompas.com - 14/10/2023, 08:30 WIB
Diva Lufiana Putri,
Rizal Setyo Nugroho

Tim Redaksi

KOMPAS.com - Badan Meteorologi, Klimatologi, dan Geofisika (BMKG) menyebutkan, waktu kedatangan tsunami setelah gempa tidak ada yang sama.

Menurut Kepala BMKG Dwikorita Karnawati, hal tersebut dapat tercermin dari peristiwa tsunami Aceh pada 2004, tsunami Palu pada 2018, serta tsunami Selat Sunda pada 2018.

"Waktu kedatangan tsunami berbeda-beda di setiap wilayah, sangat lokal," kata dia dalam Aceh International Workshop and Expo on Sustainable Tsunami Disaster Recovery, dikutip laman BMKG, Kamis (12/10/2023).

Waktu datangnya tsunami setelah gempa

Dia merinci, tsunami Palu di Sulawesi Tengah hanya membutuhkan waktu dua menit pascagempa sebelum menyapu pantai barat Pulau Sulawesi.

Namun, di tempat lain, kedatangan tsunami bisa berselang hingga 30 menit atau lebih dari saat gempa pertama mengguncang.

Oleh karena itu, BMKG meminta masyarakat untuk dapat memanfaatkan golden time sebaik mungkin guna menyelamatkan diri.

"Karenanya, kami mendorong kepada masyarakat yang tinggal di wilayah pesisir untuk segera berlari ke tempat aman pada elevasi yang lebih tinggi, begitu merasakan goyangan gempa, tanpa harus menunggu peringatan dini," kata Dwikorita.

Baca juga: Bagaimana Proses Terjadinya Tsunami? Berikut Penjelasannya


Upaya meminimalkan korban gempa dan tsunami

Terkait edukasi dan mitigasi gempa dan tsunami, Dwikorita menyebutkan, masih terdapat kesenjangan pengetahuan mengenai kedua hal itu di masyarakat.

Guna mengisi kesenjangan tersebut, BMKG pun menggandeng pemerintah daerah dan Badan Penanggulangan Bencana Daerah (BPBD) melalui program bertajuk Sekolah Lapang Gempabumi dan Tsunami (SLG) serta Tsunami Ready Community.

Dengan demikian, masyarakat di daerah rawan bencana diharapkan tidak panik karena telah terampil dan memahami apa yang perlu dilakukan jika gempa dan tsunami tiba-tiba datang.

Dwikorita mengatakan, melalui SLG, BMKG rutin memberikan informasi mengenai potensi bahaya gempa bumi dan tsunami di daerah tersebut.

Lembaga negara ini juga membantu pemerintah daerah setempat dengan memberikan Peta Bahaya Tsunami di setiap lokasi pelaksanaan.

"Hal ini bertujuan agar sebagai acuan pemerintah daerah dalam menyusun mitigasi gempa bumi dan tsunami di daerahnya," ujarnya.

Sementara itu, melalui Tsunami Ready Community, masyarakat disiapkan agar senantiasa siap siaga dan tidak gagap dalam menghadapi ancaman gempa bumi maupun tsunami.

Tsunami Ready Community sendiri merupakan program peningkatan kapasitas masyarakat dalam menghadapi ancaman tsunami yang berbasis pada 12 indikator dari Komisi Oseanografi Antarpemerintah (UNESCO-IOC).

"Kami sadar tidak bisa bekerja sendiri, maka dari itu kami terus menjalin kerja sama dan mendorong kolaborasi pentahelix antara pemerintah, akademisi, swasta, masyarakat, dan media untuk mewujudkan zero victim," tuturnya.

Baca juga: Ilmuwan: Perubahan Iklim Global Bisa Picu Tsunami Raksasa di Masa Depan

Halaman:

Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Komentar
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com