Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Medio by KG Media
Siniar KG Media

Saat ini, aktivitas mendengarkan siniar (podcast) menjadi aktivitas ke-4 terfavorit dengan dominasi pendengar usia 18-35 tahun. Topik spesifik serta kontrol waktu dan tempat di tangan pendengar, memungkinkan pendengar untuk melakukan beberapa aktivitas sekaligus, menjadi nilai tambah dibanding medium lain.

Medio yang merupakan jaringan KG Media, hadir memberikan nilai tambah bagi ranah edukasi melalui konten audio yang berkualitas, yang dapat didengarkan kapan pun dan di mana pun. Kami akan membahas lebih mendalam setiap episode dari channel siniar yang belum terbahas pada episode tersebut.

Info dan kolaborasi: podcast@kgmedia.id

Menjadi “Social Justice Warrior” di Indonesia

Kompas.com - 02/08/2023, 10:20 WIB
Anda bisa menjadi kolumnis !
Kriteria (salah satu): akademisi, pekerja profesional atau praktisi di bidangnya, pengamat atau pemerhati isu-isu strategis, ahli/pakar di bidang tertentu, budayawan/seniman, aktivis organisasi nonpemerintah, tokoh masyarakat, pekerja di institusi pemerintah maupun swasta, mahasiswa S2 dan S3. Cara daftar baca di sini

Oleh: Alifia Putri Yudanti dan Rizky Nauvalif

KOMPAS.com - Keadilan adalah hak yang harus dimiliki oleh seluruh manusia di muka bumi. Sayangnya, tak semua orang bisa mendapat keadilan yang sama. Hal inilah yang memicu timbulnya Social Justice Warrior (SJW) atau pejuang keadilan.

Sayangnya, gerakan ini sekarang memiliki konotasi yang negatif. Keadilan yang sedang diperjuangkan pun akhirnya jarang didengarkan hingga akhirnya banyak orang dan warganet melabeli SJW dengan orang yang ‘sok berkeadilan’.

Namun, hal ini berbeda dengan Kukuh dan Dwik. Dalam siniar Balada +62 episode “Semua akan SJW Pada Waktunya” dengan tautan dik.si/Balada62S2E2, keduanya kesal dengan orang-orang yang mengolok-olok SJW.

Mengapa Social Justice Warrior (SJW) Punya Konotasi Negatif?

Mengutip Washington Post, perubahan konotasi ini puncaknya adalah Gamergate pada 2014, yaitu gerakan perlawanan terhadap gamers perempuan yang sedang membentuk ruang aman bagi perempuan karena maraknya candaan seksis di dunia game online.

Namun, pergeseran makna ini sebenarnya sudah dimulai sejak tahun 2010-an. Padahal, SJW berarti orang-orang yang memperjuangkan kesetaraan, lingkungan, dan gender. Hal ini disebabkan moral progresif mereka secara radikal berbeda dari nilai-nilai dominan sehingga kerap memicu kontroversi.

Menurut Merriam Webster, istilah ini bahkan sudah ada sejak 1940-an dan tidak berada dalam konotasi negatif.

Baca juga: Menjadi Manusia yang Mampu Memberi Dampak

Kemunculan konotasi negatif ini diawali karena SJW yang kerap merecoki argumen atau opini yang bertolak belakang dengan prinsip hidupnya. Mereka dengan teguh berpegang pada argumen atau prinsip yang dipegang hingga tak sadar untuk memahami orang lain.

Itu sebabnya, mereka juga kerap diberi label “open minded” yang terlalu berlebihan. Argumen atau debat yang mereka lontarkan terkadang lebih menjurus untuk memoles reputasi mereka agar orang-orang melihatnya sebagai sosok progresif dan positif.

Sayangnya, argumen mereka kebanyakan tak berbobot atau kosong. Bahkan, tak jarang mereka tidak atau kurang memahami isu yang sedang diperjuangkan sehingga debat tersebut pun tidak menghasilkan diskusi yang sehat. Alih-alih kesempatan itu hanyalah ajang SJW untuk menunjukkan dirinya.

Misalnya saja, beberapa waktu lalu sempat ramai seorang perempuan yang memberi komentar soal kotak bekal. Ia menjelaskan kalau membuatkan kotak bekal merupakan salah satu manifestasi dari ketidakadilan gender.

Padahal, kenyataannya, sang istri tidak memiliki keberatan sama sekali dalam menyiapkan kotak bekal tersebut. Akhirnya, perempuan yang memberikan komentar negatif itu dilabeli SJW karena berargumen tanpa tahu ilmu dasarnya.

Itu sebabnya, penting bagi kita untuk tetap relevan dan menerapkan empati saat memperjuangkan keadilan. Pasalnya, saat sedang memperjuangkan keadilan, kita juga tidak boleh menginjak keadilan orang lain yang bukan target sasaran.

Hal ini dilakukan agar gerakan positif dari SJW tidak tertutupi oleh konotasi negatif yang sudah semakin menyebar. Untuk itu, sebelum berargumen, kita harus memahami isunya terlebih dahulu agar terjalin diskusi sehat yang menciptakan keadilan untuk semua orang.

Baca juga: Mengenal Gangguan Kepribadian Antisosial pada Anak

Jangan takut juga jika ada kesalahan dalam berargumen. Turunkan ego merasa paling superior karena progresivitas yang dimiliki dengan memahami setiap perbedaan opini. Bisa jadi, opini dari orang lain bisa menjadi solusi atau bantuan dari masalah keadilan yang sedang diperjuangkan.

Dengarkan perbincangan lengkap Kukuh Adi dan Dwik seputar topik SJW hanya melalui siniar Balada +62 episode “Semua akan SJW Pada Waktunya” dengan tautan dik.si/Balada62S2E2 di YouTube.

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Video rekomendasi
Video lainnya

Terkini Lainnya

Jarang Diketahui, Ini 5 Jenis Makanan yang Sebaiknya Tak Dikonsumsi Bersama dengan Kafein

Jarang Diketahui, Ini 5 Jenis Makanan yang Sebaiknya Tak Dikonsumsi Bersama dengan Kafein

Tren
7 Tanda Terlalu Lama Berlari dan Bisa Membahayakan Tubuh, Apa Saja?

7 Tanda Terlalu Lama Berlari dan Bisa Membahayakan Tubuh, Apa Saja?

Tren
Wilayah Berpotensi Hujan Lebat, Petir, dan Angin Kencang pada 28-29 April 2024

Wilayah Berpotensi Hujan Lebat, Petir, dan Angin Kencang pada 28-29 April 2024

Tren
[POPULER TREN] Tanda Tubuh Kelebihan Gula | Kekuatan Timnas Uzbekistan

[POPULER TREN] Tanda Tubuh Kelebihan Gula | Kekuatan Timnas Uzbekistan

Tren
7 Mata Uang dengan Nilai Paling Lemah di Dunia, Indonesia di Urutan Kelima

7 Mata Uang dengan Nilai Paling Lemah di Dunia, Indonesia di Urutan Kelima

Tren
Sejarah Head to Head Indonesia Vs Uzbekistan, 6 Kali Bertemu dan Belum Pernah Menang

Sejarah Head to Head Indonesia Vs Uzbekistan, 6 Kali Bertemu dan Belum Pernah Menang

Tren
Shin Tae-yong, Dulu Jegal Indonesia di Piala Asia, Kini Singkirkan Korea Selatan

Shin Tae-yong, Dulu Jegal Indonesia di Piala Asia, Kini Singkirkan Korea Selatan

Tren
Alasan Anda Tidak Boleh Melihat Langsung ke Arah Gerhana Matahari, Ini Bahayanya

Alasan Anda Tidak Boleh Melihat Langsung ke Arah Gerhana Matahari, Ini Bahayanya

Tren
Jejak Karya Joko Pinurbo, Merakit Celana dan Menyuguhkan Khong Guan

Jejak Karya Joko Pinurbo, Merakit Celana dan Menyuguhkan Khong Guan

Tren
10 Hewan Endemik yang Hanya Ada di Indonesia, Ada Spesies Burung hingga Monyet

10 Hewan Endemik yang Hanya Ada di Indonesia, Ada Spesies Burung hingga Monyet

Tren
Kemendikbud Akan Wajibkan Pelajaran Bahasa Inggris untuk SD, Pakar Pendidikan: Bukan Menghafal 'Grammar'

Kemendikbud Akan Wajibkan Pelajaran Bahasa Inggris untuk SD, Pakar Pendidikan: Bukan Menghafal "Grammar"

Tren
Semifinal Piala Asia U23 Indonesia Vs Uzbekistan Tanpa Rafael Struick, Ini Kata Asisten Pelatih Timnas

Semifinal Piala Asia U23 Indonesia Vs Uzbekistan Tanpa Rafael Struick, Ini Kata Asisten Pelatih Timnas

Tren
Gempa M 4,8 Guncang Banten, BMKG: Tidak Berpotensi Tsunami

Gempa M 4,8 Guncang Banten, BMKG: Tidak Berpotensi Tsunami

Tren
Soal Warung Madura Diimbau Tak Buka 24 Jam, Sosiolog: Ada Sejarah Tersendiri

Soal Warung Madura Diimbau Tak Buka 24 Jam, Sosiolog: Ada Sejarah Tersendiri

Tren
Kapan Pertandingan Indonesia Vs Uzbekistan di Semifinal Piala Asia U23 2024?

Kapan Pertandingan Indonesia Vs Uzbekistan di Semifinal Piala Asia U23 2024?

Tren
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Komentar
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com