KOMPAS.com - Gubernur Bank Indonesia (BI) Perry Warjiyo mengaku sudah menyiapkan rencana terkait redenominasi rupiah.
Sebagai informasi, redenominasi adalah penyederhanaan nilai mata uang tanpa mengubah nilai tukarnya. Misalnya, Rp 1.000 menjadi Rp 1.
"Kami dari dulu sudah siap, jadi redenominasi itu sudah kami siapkan dari dulu masalah desainnya, kemudian juga tahapan-tahapannya itu sudah kami siapkan sejak dari dulu secara operasional dan bagaimana untuk langkah-langkahnya," kata Perry, dikutip dari Kompas.com, Rabu (28/6/2023).
Ia menuturkan, keputusan redenominasi nantinya harus menunggu waktu yang tepat.
Selain itu, terdapat tiga faktor yang menentukan redenominasi rupiah bisa dilakukan, yakni:
"Ekonomi kita kan sudah bagus iya, sudah bagus tetapi ada baiknya memberikan momen yang tepat, tentu saja perlambatan dari global masih berpengaruh, demikian juga stabilitas ekonomi dan moneter kita kan bagus tetapi ketidakpastian global masih ada, sabar, kondisi sosial politiknya pemerintah yang lebih tahu," ujarnya.
Terkait wacana redenominasi rupiah tersebut, pengamat ekonomi mengingatkan adanya sejumlah risiko yang membayangi jika redenominasi dilakukan.
Lantas, apa saja risikonya?
Baca juga: Video Viral Uang Redenominasi Bergambar Presiden Jokowi, Ini Kata BI
Direktur dan Ekonom Center of Economic and Law Studies Bhima Yudhistira mengatakan, redenominasi memang memiliki manfaat positif, namun belum tepat dilakukan dalam waktu dekat.
"Redenominasi masih belum tepat dilakukan dalam jangka pendek," ujarnya saat dihubungi Kompas.com, Rabu (28/6/2023).
Adapun sejumlah manfaat positif dari redenominasi menurut Bhima, yakni:
Bhima mewanti-wanti, jika BI memang mau melakukan redenominasi, sebaiknya harus membuat roadmap dahulu sehingga masyarakat dan para pelaku usaha bisa bersiap.
Bhima mengatakan, sejumlah pertimbangan sebelum melakukan redenominasi di antaranya terkait stabilitas inflasi yang harus terjaga.
Kondisi ideal untuk melakukan redenominasi adalah jika inflasi kembali ke level pra pandemi atau di kisaran 3 persen, atau lebih rendah dari itu.
"Sekarang inflasi masih kisaran 4 persen dan ada ancaman El-Nino yang buat inflasi bisa naik lagi," paparnya.