Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Mengenal Mekanisme Peringatan Dini Tsunami dan Cara Evakuasinya

Kompas.com - 25/04/2023, 09:45 WIB
Alicia Diahwahyuningtyas,
Sari Hardiyanto

Tim Redaksi

KOMPAS.com - Badan Meteorologi, Klimatologi, dan Geofisika (BMKG) mengeluarkan peringatan dini tsunami setelah gempa berkekuatan magnitudo 7,3 (dimutakhirkan jadi M 6,9) mengguncang Kepulauan Mentawai, Sumatera Barat, dan sekitarnya pada Selasa (25/4/2023) 03.00 WIB.

Dikutip dari laman resmi BMKG, peringatan dini tsunami dengan status waspada ditujukan untuk Pulau Tanabala, Nias Selatan, Sumatara Utara.

Dalam keterangannya, BMKG meminta pemerintah daerah untuk mengarahkan warganya menjauhi pantai dan tepian sungai.

Dalam informasi terbaru, BMKG melalui akun resmi Twitter-nya telah mengakhiri peringatan dini Tsunami pada pukul 05.17 WIB.

Baca juga: Gempa M 6,9 Guncang Mentawai Hari Ini, Peringatan Tsunami Diakhiri

Baca juga: Analisis Gempa M 6,9 Mentawai Hari Ini, BMKG: Karena Subduksi Lempeng Indo-Australia

Lantas, bagaimana mekanisme peringatan dini jika terjadi tsunami?


Terjadinya tsunami

Tsunami terjadi karena gempa bumi yang dahsyat di dasar laut.

Dilansir dari laman resmi BMKG, gempa bumi dahsyat dapat menyebabkan terjadinya longsor, baik longsor di dasar laut atau longsor dari darat menuju ke laut yang menyebabkan meningkatnya level air di laut.

Meskipun tidak semua gempa bumi yang kuat menyebabkan tsunami, namun ada beberapa kriteria gempa yang dapat menyebabkan tsunami.

Koordinator Mitigasi Gempa Bumi dan Tsunami Pusat Vulkanologi dan Mitigasi Bencana Geologi (PVMBG) Supartoyo menjelaskan, ada beberapa gempa bumi yang bisa menyebabkan tsunami, berikut di antaranya:

  1. Gempa dengan magnitudo lebih besar dari 6,5-7,0.
  2. Gempa bumi yang berpusat di tengah laut dan kedalaman kurang dari 40 kilometer.
  3. Gempa bumi dengan pola sesar naik atau sesar turun.

"Gempa bumi yang bisa menyebabkan tsunami berkisar di magnitudo 6,5-7,0 dengan kedalaman kurang dari 40 km," ujarnya kepada Kompas.com, Selasa (25/4/2023).

Baca juga: 4 Hal yang Harus Dilakukan Saat Terjadi Gempa di Gedung Tinggi, Apa Saja?

Mekanisme peringatan dini tsunami

Penyebab tsunami yang paling utama adalah gempa bumi. Daerah rentan tsunami adalah kawasan Lingkaran Api Pasifik. Bagaimana langkah penyelamatan diri dari tsunami?KOMPAS.com/Vanya Karunia Mulia Putri Penyebab tsunami yang paling utama adalah gempa bumi. Daerah rentan tsunami adalah kawasan Lingkaran Api Pasifik. Bagaimana langkah penyelamatan diri dari tsunami?

Diberitakan Kompas.com (2021), untuk mengantisipasi tsunami, Indonesia telah memiliki InaTEWS atau Indonesia Tsunami Early Warning System.

BMKG adalah satu-satunya badan resmi yang bertugas untuk mengelola dan menyerukan peringatan dini tsunami berdasarkan InaTEWS.

InaTEWS memiliki dua macam sistem pemantauan potensi tsunami, yakni:

  1. Sistem pertama adalah dengan sistem pemantauan darat yang terdiri dari jaringan seismometer broadband dan GPS.
  2. Sistem kedua adalah sistem pemantauan laut yang terdiri dari beberapa indikator. Indikator pemantauan di laut meliputi tide gauge, buoy, CCTV, radar tsunami, dan kabel bawah laut. Data dari semua komponen tersebut akan dikirimkan ke BMKG melalui komunikasi satelit.

Baca juga: Analisis Gempa Jayapura dan Bantahan Akan Adanya Tsunami...

Buoy merupakan alat untuk mengamati ketinggian tsunami di laut yang juga disebut dengan tsunameter.

Halaman:

Terkini Lainnya

Manfaat Buah dan Sayur Berdasar Warnanya, Merah Bisa Cegah Kolesterol Tinggi

Manfaat Buah dan Sayur Berdasar Warnanya, Merah Bisa Cegah Kolesterol Tinggi

Tren
16 Negara yang Lolos Berlaga di Sepak Bola Olimpiade Paris 2024, Termasuk Guinea

16 Negara yang Lolos Berlaga di Sepak Bola Olimpiade Paris 2024, Termasuk Guinea

Tren
Duduk Perkara Rektor Unri Polisikan Mahasiswa yang Protes UKT, Berakhir Cabut Laporan

Duduk Perkara Rektor Unri Polisikan Mahasiswa yang Protes UKT, Berakhir Cabut Laporan

Tren
Jarang Diketahui, Ini 9 Manfaat Jalan Kaki Tanpa Alas Kaki di Pagi Hari

Jarang Diketahui, Ini 9 Manfaat Jalan Kaki Tanpa Alas Kaki di Pagi Hari

Tren
Muncul Fenomena ASI Bubuk, IDAI Buka Suara

Muncul Fenomena ASI Bubuk, IDAI Buka Suara

Tren
Ramai soal ASI Bubuk, Amankah Dikonsumsi Bayi?

Ramai soal ASI Bubuk, Amankah Dikonsumsi Bayi?

Tren
Prakiraan BMKG: Wilayah Berpotensi Hujan Lebat, Petir, dan Angin Kencang 10-11 Mei 2024

Prakiraan BMKG: Wilayah Berpotensi Hujan Lebat, Petir, dan Angin Kencang 10-11 Mei 2024

Tren
[POPULER TREN] Pertandingan Indonesia Vs Guinea | Wacana Pembongkaran Separator Ring Road Yogyakarta

[POPULER TREN] Pertandingan Indonesia Vs Guinea | Wacana Pembongkaran Separator Ring Road Yogyakarta

Tren
Situs Panganku.org Beralih Fungsi Jadi Judi Online, Kemenkes dan Kemenkominfo Buka Suara

Situs Panganku.org Beralih Fungsi Jadi Judi Online, Kemenkes dan Kemenkominfo Buka Suara

Tren
Kapan Pengumuman Hasil Tes Online 1 Rekrutmen Bersama BUMN 2024?

Kapan Pengumuman Hasil Tes Online 1 Rekrutmen Bersama BUMN 2024?

Tren
Ramai soal Surat Edaran Berisi Pemkab Sleman Tak Lagi Angkut Sampah Organik, Ini Kata DLH

Ramai soal Surat Edaran Berisi Pemkab Sleman Tak Lagi Angkut Sampah Organik, Ini Kata DLH

Tren
Saat Penyambut Tamu Acara Met Gala Dipecat karena Lebih Menonjol dari Kylie Jenner...

Saat Penyambut Tamu Acara Met Gala Dipecat karena Lebih Menonjol dari Kylie Jenner...

Tren
Kronologi dan Motif Ibu Racuni Anak Tiri di Rokan Hilir, Riau

Kronologi dan Motif Ibu Racuni Anak Tiri di Rokan Hilir, Riau

Tren
Rumah Sakit di Rafah Kehabisan Bahan Bakar, WHO: Penutupan Perbatasan Halangi Bantuan

Rumah Sakit di Rafah Kehabisan Bahan Bakar, WHO: Penutupan Perbatasan Halangi Bantuan

Tren
Cerita Rombongan Siswa SD 'Study Tour' Pakai Pesawat Garuda, Hasil Nabung 5 Tahun

Cerita Rombongan Siswa SD "Study Tour" Pakai Pesawat Garuda, Hasil Nabung 5 Tahun

Tren
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Komentar
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com