Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Komarudin Watubun
Politisi

Komarudin Watubun, SH, MH adalah anggota Komisi II DPR RI; Ketua Pansus (Panitia Khusus) DPR RI Bidang RUU Otsus Papua (2021); pendiri Yayasan Lima Sila Indonesia (YLSI) dan StagingPoint.Com; penulis buku Maluku: Staging Point RI Abad 21 (2017).

Demokrasi Gagal Lindungi Lingkungan Hidup

Kompas.com - 19/04/2023, 14:39 WIB
Anda bisa menjadi kolumnis !
Kriteria (salah satu): akademisi, pekerja profesional atau praktisi di bidangnya, pengamat atau pemerhati isu-isu strategis, ahli/pakar di bidang tertentu, budayawan/seniman, aktivis organisasi nonpemerintah, tokoh masyarakat, pekerja di institusi pemerintah maupun swasta, mahasiswa S2 dan S3. Cara daftar baca di sini

PRESIDEN Amerika Serikat (AS), Joseph R Biden, merilis pesan kepada para lulusan Naval Academy 2022 AS, pada 27 Mei 2022 di Navy-Marine Corps Memorial Stadium, Annapolis, Maryland, agar mereka menjadi defenders of democracy atau pengawal demokrasi.

Biden juga mengutip pesan ucapan-selamat Sekjen Partai Komunis Tiongkok, Xi Jinping, akhir November 2020 usai Biden menang dalam Pilpres AS: “He (Xi Jinping, red.) said democracies cannot be sustained in the 21st century, autocracies will run the world. Why? Things are changing so rapidly. Democracies require consensus, and it takes time, and you don't have the time.” 

Jadi, abad 21, otokrasi bakal memimpin dunia. Demokrasi bertele-tele melalui proses musyawarah; demokrasi tidak siap antisipasi krisis-krisis abad 21 skala global dan nasional. Begitu pesan Xi Jinping kepada Biden.

Baca juga: Investor Politik Jelmaan Oligarki

Istilah dan konsep demokrasi lahir di Athena (Yunani) abad 5 SM yang bermakna “pemerintahan oleh rakyat” dan bertolak-belakang dengan aristokrasi yang bermakna “pemerintahan oleh elite atau segelintir orang’. (Wilson, 2006:511).

Apa yang kita saksikan dan alami akhir-akhir ini? Riset empirik Jahanger et al (2021) pada 74 negara menyebut dampak otokrasi dan demokrasi terhadap emisi karbon-dioksida (CO2) tahun 1990-2016.

Otokrasi misalnya oligarki meningkatkan emisi CO2. Kritik lebih pedas datang dari pemikir Italia, Vilfredo Pareto dan Gaetano Mosca. Mereka mengatakan, demokrasi saat ini cuma ilusi dan berisi manipulasi. Sebab busa-busa demokrasi hanya berfungsi ‘menutup’ kenyataan: pemerintahan oleh segelintir orang (oligarkhi-elite atau otokrasi). 

Kita baca riset Profesor Martin Gilens et al (2014: 564–581) asal Princeton University (AS) tentang 1.779 keputusan Pemerintah Federal AS. Kesimpulannya menyatakan, “Elites and organized groups representing business interests have substantial independent impacts on U.S. government policy, while average citizens and mass-based interest groups have little or no independent influence.”

Jadi, segelintir orang mengendalikan demokrasi AS selama ini. Risikonya ialah demokrasi dimanipulasi oleh segelintir orang (elite-oligarki) bukan untuk melayani hak-hak dasar dan hak lingkungan-hidup rakyat, tetapi kepentingan kelompok.

Baca juga: Ketidaksempurnaan Ekonomi Pasar dan Oligarki Pemburu Rente

Kini India dan Tiongkok mencatat kemajuan ekonomi super pesat. India menerapkan demokrasi multi-partai. Tiongkok menerapkan satu-partai. Kedua negara ini adalah pelepas emisi karbon terbesar dunia.

KTT COP26 Glasgow (Inggris) tahun 2021, misalnya, menyebut Tiongkok mengisi 28 persen emisi CO2 dan India mengisi 7 persen dari total emisi CO2 dunia. Tiongkok melepas 1,6 miliar ton CO2 tahun 2012 untuk memproduksi barang ekspor.

Demokrasi Gagal

Sejak tahun 2000, menurut riset empirik Hanel et al (2018), negara-negara Eropa dilanda kekeringan parah, gelombang panas, lonjakan suhu, curah hujan berkurang, lahan pertanian kering, dan musim panas berbulan-bulan. Ini adalah tanda-tanda alam zona Eropa 250 tahun terakhir.

Demokrasi liberal dengan ideologi individualisme dan kapitalisme fosil Eropa selama ini, gagal mencegah dan meredam kerusakan dan kehancuran ekosistem.

Komisi Eropa merilis kajian kekeringan Eropa pada Agustus 2022. Defisit curah hujan parah memengaruhi debit sungai secara luas di seluruh Eropa; berkurangnya volume air tersimpan, telah berdampak parah pada sektor energi pembangkit listrik tenaga air maupun sistem pendingin pembangkit listrik lainnya. Kelembaban tanah dan stres vegetasi sangat terpengaruh.

Kekeringan meningkat di Italia, Spanyol, Portugal, Prancis, Jerman, Belanda, Belgia, Luksemburg, Rumania, Hongaria, Serbia utara, Ukraina, Moldova, Irlandia, dan Inggris Raya. (European Commission, 2022)

Sergio M Vicente-Serrano et al (2022) merilis kajian tentang tren kekeringan global selama 120 tahun terakhir. Vicente-Serrano asal Instituto Pirenaico de Ecologia, Consejo Superior de Investigaciones Cientificas (IPE-CSIC), Zaragoza (Spanyol) berkolaborasi dengan tujuh peneliti-ahli bidang meterologi, hidrologi, ekologi dan pertanian asal Mesir, Spanyol, dan Prancis. Riset ahli-ahli itu menyebut bahwa kekeringan pertanian dan ekologi akhir-akhir ini meningkat parah di berbagai zona dunia.

Halaman Berikutnya
Halaman:
Video rekomendasi
Video lainnya

Terkini Lainnya

Mengapa Lumba-lumba Berenang Depan Perahu? Ini Alasannya Menurut Sains

Mengapa Lumba-lumba Berenang Depan Perahu? Ini Alasannya Menurut Sains

Tren
Cara Cek NIK KTP Jakarta yang Non-Aktif dan Reaktivasinya

Cara Cek NIK KTP Jakarta yang Non-Aktif dan Reaktivasinya

Tren
Berkaca dari Kasus Mutilasi di Ciamis, Mengapa Orang dengan Gangguan Mental Bisa Bertindak di Luar Nalar?

Berkaca dari Kasus Mutilasi di Ciamis, Mengapa Orang dengan Gangguan Mental Bisa Bertindak di Luar Nalar?

Tren
3 Bek Absen Melawan Guinea, Ini Kata Pelatih Indonesia Shin Tae-yong

3 Bek Absen Melawan Guinea, Ini Kata Pelatih Indonesia Shin Tae-yong

Tren
Alasan Israel Tolak Proposal Gencatan Senjata yang Disetujui Hamas

Alasan Israel Tolak Proposal Gencatan Senjata yang Disetujui Hamas

Tren
Pendaftaran Komcad 2024, Jadwal, Syaratnya, dan Gajinya

Pendaftaran Komcad 2024, Jadwal, Syaratnya, dan Gajinya

Tren
Studi Baru Ungkap Penyebab Letusan Dahsyat Gunung Tonga pada 2022

Studi Baru Ungkap Penyebab Letusan Dahsyat Gunung Tonga pada 2022

Tren
Mengenal 7 Stadion yang Jadi Tempat Pertandingan Sepak Bola Olimpiade Paris 2024

Mengenal 7 Stadion yang Jadi Tempat Pertandingan Sepak Bola Olimpiade Paris 2024

Tren
Mengenal Alexinomia, Fobia Memanggil Nama Orang Lain, Apa Penyebabnya?

Mengenal Alexinomia, Fobia Memanggil Nama Orang Lain, Apa Penyebabnya?

Tren
Sunat Perempuan Dilarang WHO karena Berbahaya, Bagaimana jika Telanjur Dilakukan?

Sunat Perempuan Dilarang WHO karena Berbahaya, Bagaimana jika Telanjur Dilakukan?

Tren
UU Desa: Jabatan Kades Bisa 16 Tahun, Dapat Tunjangan Anak dan Pensiun

UU Desa: Jabatan Kades Bisa 16 Tahun, Dapat Tunjangan Anak dan Pensiun

Tren
Harga Kopi di Vietnam Melambung Tinggi gara-gara Petani Lebih Pilih Tanam Durian

Harga Kopi di Vietnam Melambung Tinggi gara-gara Petani Lebih Pilih Tanam Durian

Tren
Kasus Mutilasi di Ciamis dan Tanggung Jawab Bersama Menangani Orang dengan Gangguan Mental

Kasus Mutilasi di Ciamis dan Tanggung Jawab Bersama Menangani Orang dengan Gangguan Mental

Tren
Potensi Manfaat Tanaman Serai untuk Mengatasi Kecemasan Berlebih

Potensi Manfaat Tanaman Serai untuk Mengatasi Kecemasan Berlebih

Tren
Terkait Penerima KIP Kuliah yang Bergaya Hedon, UB: Ada Evaluasi Ulang Tiga Tahap

Terkait Penerima KIP Kuliah yang Bergaya Hedon, UB: Ada Evaluasi Ulang Tiga Tahap

Tren
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Komentar
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com