Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Jaya Suprana
Pendiri Sanggar Pemelajaran Kemanusiaan

Penulis adalah pendiri Sanggar Pemelajaran Kemanusiaan.

Kenapa 1 Januari Dianggap Awal Tahun Baru?

Kompas.com - 01/01/2023, 09:12 WIB
Anda bisa menjadi kolumnis !
Kriteria (salah satu): akademisi, pekerja profesional atau praktisi di bidangnya, pengamat atau pemerhati isu-isu strategis, ahli/pakar di bidang tertentu, budayawan/seniman, aktivis organisasi nonpemerintah, tokoh masyarakat, pekerja di institusi pemerintah maupun swasta, mahasiswa S2 dan S3. Cara daftar baca di sini

SEBAGIAN dalam arti bukan seluruh umat manusia sudah terbiasa merayakan tanggal 1 Januari sebagai awal tahun baru sehingga tidak merepotkan diri untuk bertanya mengenai kenapa bisa begitu.

Untuk menjawab pertanyaan termasuk kategori gitu-aja-kok-repotisme Gus Dur tersebut, mari kita simak apa kata orang terutama para sejarawan/wati tentang asal usul 1 Januari dianggap sebagai awal sebuah tahun baru.

Akibat Januari adalah nama bulan pertama pada apa yang disebut sebagai kalender, maka mau tak mau kita harus mempelajari kalender.

Ternyata kalender siap terbagi dari minimal empat jenis, yaitu kalender solar, lunar, lunisolar, dan musim.

Kalender musim dibuat berdasar musim yang pada kawasan empat musim terdiri dari musik semi, musim panas, musim gugur, dan musim dingin.

Kalender Islam dan kalender mayoritas Buddha adalah lunar. Sementara kalendar Judaisme adalah lunisolar serta kalender Julian atau Gregorian yang kini lazim digunakan di berbagai negara termasuk Indonesia adalah solar.

Dapat dikatakan bahwa biang-keladi kalender solar yang kini lazim digunakan berbagai negara termasuk Indonesia adalah seorang raja Romawi bernama Numa Pompilius yang berkuasa sekitar 715-673 Sebelum Masehi versi kalender solar yang kita gunakan.

Semula kalender Romawi berawal pada bulan Maret. Dengan berbagai alasan maupun tanpa alasan, Raja Pompilius mengubah awal kalender solar Romawi dari Maret menjadi Januari yang kemudian pada tahun 43 sebelum Masehi dikukuhkan oleh kaisar Julius Caesar menjadi kalender resmi kekaisaran Romawi.

Dalam perjalanan waktu timbul dampak kekeliruan matematikal dalam menyusun kalender solar Julian termasuk dalam kebingungan menentukan saat yang tepat untuk merayakan Paskah.

Maka pada tahun 1582, Sri Paus Gregorius XIII merevisi kalender Julian menjadi kalender Gregorian dilengkapi sistem tahun kabisat dengan mengoreksi kekeliruan kalkulasi kalender Julian.

Secara bingungologis mulai terjadi kebingungan kalender di mana Italia, Spanyol, dan Perancis langsung menggunakan kalender Greogrian, meski sampai dengan 1752 Inggris dan Amerika Serikat masih bertahan pada sistem kalender yang merayakan Tahun Baru pada tanggal 1 Maret.

Para negara non-Nasrani juga menyusul menggunakan kalender Gregorian, termasuk China, Jepang, Singapura, dan Korea merayakan Tahun Baru Imlek berdasar kalender lunar, namun juga merayakan Tahun Baru berdasar kalender solar yang merayakan Tahun Baru pada setiap tanggal 1 Januari.

Namun tidak semua bangsa menganut sistem kalender Gregorianik seperti misalnya Ethiopia dengan sistem kalender Enkutatash sampai masa kini masih merayakan Tahun Baru pada bulan September kalender Gregorianik. Pendek kata lain padang, lain belalang maka lain bangsa, lain kalender.

Pada hakikatnya suasana bingungologis yang merundung aneka ragam sistem kalender merupakan satu di antara sekian banyak indikasi yang secara intuitif menyadari bahwa di antara bumi dan langit tidak semua hal bisa diperhitungkan maupun dihitung secara pasti benar tanpa margin kekeliruan dalam arti tidak selalu sesuai dengan kenyataan.

Sesuai sabda Albert Einstein: “Nicht alles, was gezaehlt werden kann, zaehlt, und nicht alles, was zaehlt, kann gezaehlt warden“, yang jika dibahasa-Indonesiakan kira-kira bermakna tidak semua yang bisa dihitung adalah benar, dan tidak semua yang benar bisa dihitung.

SELAMAT TAHUN BARU 2023 (versi kalender Gregorianik)

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Video rekomendasi
Video lainnya

Terkini Lainnya

7 Mata Uang dengan Nilai Paling Lemah di Dunia, Indonesia di Urutan Kelima

7 Mata Uang dengan Nilai Paling Lemah di Dunia, Indonesia di Urutan Kelima

Tren
Sejarah Head to Head Indonesia Vs Uzbekistan, 6 Kali Bertemu dan Belum Pernah Menang

Sejarah Head to Head Indonesia Vs Uzbekistan, 6 Kali Bertemu dan Belum Pernah Menang

Tren
Shin Tae-yong, Dulu Jegal Indonesia di Piala Asia, Kini Singkirkan Korea Selatan

Shin Tae-yong, Dulu Jegal Indonesia di Piala Asia, Kini Singkirkan Korea Selatan

Tren
Alasan Anda Tidak Boleh Melihat Langsung ke Arah Gerhana Matahari, Ini Bahayanya

Alasan Anda Tidak Boleh Melihat Langsung ke Arah Gerhana Matahari, Ini Bahayanya

Tren
Jejak Karya Joko Pinurbo, Merakit Celana dan Menyuguhkan Khong Guan

Jejak Karya Joko Pinurbo, Merakit Celana dan Menyuguhkan Khong Guan

Tren
10 Hewan Endemik yang Hanya Ada di Indonesia, Ada Spesies Burung hingga Monyet

10 Hewan Endemik yang Hanya Ada di Indonesia, Ada Spesies Burung hingga Monyet

Tren
Kemendikbud Akan Wajibkan Pelajaran Bahasa Inggris untuk SD, Pakar Pendidikan: Bukan Menghafal 'Grammar'

Kemendikbud Akan Wajibkan Pelajaran Bahasa Inggris untuk SD, Pakar Pendidikan: Bukan Menghafal "Grammar"

Tren
Semifinal Piala Asia U23 Indonesia Vs Uzbekistan Tanpa Rafael Struick, Ini Kata Asisten Pelatih Timnas

Semifinal Piala Asia U23 Indonesia Vs Uzbekistan Tanpa Rafael Struick, Ini Kata Asisten Pelatih Timnas

Tren
Gempa M 4,8 Guncang Banten, BMKG: Tidak Berpotensi Tsunami

Gempa M 4,8 Guncang Banten, BMKG: Tidak Berpotensi Tsunami

Tren
Soal Warung Madura Diimbau Tak Buka 24 Jam, Sosiolog: Ada Sejarah Tersendiri

Soal Warung Madura Diimbau Tak Buka 24 Jam, Sosiolog: Ada Sejarah Tersendiri

Tren
Kapan Pertandingan Indonesia Vs Uzbekistan di Semifinal Piala Asia U23 2024?

Kapan Pertandingan Indonesia Vs Uzbekistan di Semifinal Piala Asia U23 2024?

Tren
Penelitian Ungkap Memelihara Anjing Bantu Pikiran Fokus dan Rileks

Penelitian Ungkap Memelihara Anjing Bantu Pikiran Fokus dan Rileks

Tren
Swedia Menjadi Negara Pertama yang Menolak Penerapan VAR, Apa Alasannya?

Swedia Menjadi Negara Pertama yang Menolak Penerapan VAR, Apa Alasannya?

Tren
Bisakah BPJS Kesehatan Digunakan di Luar Kota Tanpa Pindah Faskes?

Bisakah BPJS Kesehatan Digunakan di Luar Kota Tanpa Pindah Faskes?

Tren
BMKG Ungkap Penyebab Cuaca Panas di Indonesia pada April 2024

BMKG Ungkap Penyebab Cuaca Panas di Indonesia pada April 2024

Tren
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Komentar
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com