Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Tak Punya Ideologi Jelas, Pengamat Anggap Wajar PSI Ditinggal Sejumlah Petingginya

Kompas.com - 20/12/2022, 14:00 WIB
Ahmad Naufal Dzulfaroh,
Rizal Setyo Nugroho

Tim Redaksi

KOMPAS.com - Sejumlah petinggi Partai Solidaritas Indonesia (PSI) mengundurkan diri atau keluar menjelang Pemilu 2024.

Direktur Advokasi dan Bantuan Hukum DPP PSI Rian Ernest menjadi nama terbaru yang keluar dari partai berlambang bunga mawar itu.

Sejumlah nama lain yang keluar dari PSI terlebih dahulu adalah Tsamara Amany, Sunny Tanuwidjaya, dan Michael Victor Sianipar.

Baca juga: Ditinggal Sejumlah Kader Utamanya, Bagaimana Nasib PSI di Pemilu 2024?

Disebut tak memiliki ideologi jelas

Menanggapi hal itu, pengamat politik Universitas Paramadina Hendri Satrio mengaku tak heran dengan mundurnya sejumlah petinggi PSI.

Sebab menurut dia, partai tersebut tak memiliki ideologi yang jelas.

Ia menuturkan, PSI selama ini hanya "menumpang" ketenaran nama Presiden Joko Widodo dan mantan Gubernur DKI Jakarta Basuki Tjahaja Purnama atau Ahok.

"Selama berkiprah, mereka hanya nebeng ketenaran Jokowi dan Ahok. Kalau kemudian banyak pentolannya yang keluar, itu tidak aneh karena partai ini unik," kata Hendri kepada Kompas.com, Senin (19/12/2022).

"Ideologinya dipertanyakan, kenapa ada partainya juga dipertanyakan, tokohnya cuma nebeng Jokowi dan Ahok, setahu saya tidak punya organisasi sayap," sambungnya.

Dengan kondisi itu, Hendri menyebut PSI sejauh ini masih lemah dan belum memiliki basis yang kuat.

Salah satu dampaknya adalah mundurnya sejumlah kader partai.

Dinilai menyerang Anies, memuja Jokowi dan Ahok

Ia menuturkan, PSI sebenarnya berpotensi untuk menjadi besar jika memiliki ideologi kuat dan tidak bergantung pada ketenaran tokoh di luar partainya.

Selain itu, potensi PSI ini juga akan muncul apabila dipimpin oleh sosok yang mumpuni.

Baca juga: Rian Ernest Segera Umumkan Langkah Politiknya Setelah Mundur dari PSI

"Program-programnya itu harusnya levelnya nasional, tidak berdasarkan satu kelompok. Misalnya, mereka cuma menyerang Anies Baswedan, memuja Jokowi dan Ahok," jelas dia.

"Kan tidak bisa begitu, harusnya lebih universal," lanjutnya.

Saat ini, ia menganggap PSI masih berada pada level organisasi pengumpul suara, bukan partai berideologi.

Mengutip perkataan Bung Karno, Hendri menyebut partai politik seharusnya tidak hanya mengumpulkan suara, tetapi menggunakan kekuatan itu untuk kemaslahatan rakyat.

Sebelumnya, Michael Victor Sianipar membeberkan alasannya keluar dari PSI.

Ia mengatakan, partai yang sudah menaunginya selama 5 tahun terakhir saat ini sudah jauh berubah.

"Seiring berjalannya waktu, partai yang saya bayangkan dan cita-citakan, yang saya ketahui di awal, sudah jauh berubah sekarang. Sudah saatnya saya pamit dan undur diri dari PSI," kata Victor awal bulan ini.

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Video rekomendasi
Video lainnya

Terkini Lainnya

Ketahui, Ini Masing-masing Manfaat Vitamin B1, B2, hingga B12

Ketahui, Ini Masing-masing Manfaat Vitamin B1, B2, hingga B12

Tren
Uni Eropa Segera Larang Retinol Dosis Tinggi di Produk Kecantikan

Uni Eropa Segera Larang Retinol Dosis Tinggi di Produk Kecantikan

Tren
Hamas Terima Usulan Gencatan Senjata, Israel Justru Serang Rafah

Hamas Terima Usulan Gencatan Senjata, Israel Justru Serang Rafah

Tren
Pengakuan TikToker Bima Yudho Dapat Tawaran Endorse Bea Cukai, DBC: Tak Pernah Ajak Kerja Sama

Pengakuan TikToker Bima Yudho Dapat Tawaran Endorse Bea Cukai, DBC: Tak Pernah Ajak Kerja Sama

Tren
Mengenal Rafah, Tempat Perlindungan Terakhir Warga Gaza yang Terancam Diserang Israel

Mengenal Rafah, Tempat Perlindungan Terakhir Warga Gaza yang Terancam Diserang Israel

Tren
Fortuner Polda Jabar Tabrak Elf Picu Kecelakaan di Tol MBZ, Pengemudi Diperiksa Propam

Fortuner Polda Jabar Tabrak Elf Picu Kecelakaan di Tol MBZ, Pengemudi Diperiksa Propam

Tren
Alasan Polda Metro Jaya Kini Kirim Surat Tilang via WhatsApp

Alasan Polda Metro Jaya Kini Kirim Surat Tilang via WhatsApp

Tren
UPDATE Identitas Korban Meninggal Tabrakan KA Pandalungan Vs Mobil di Pasuruan, Berasal dari Ponpes Sidogiri

UPDATE Identitas Korban Meninggal Tabrakan KA Pandalungan Vs Mobil di Pasuruan, Berasal dari Ponpes Sidogiri

Tren
Salinan Putusan Cerai Ria Ricis Beredar di Medsos, Bagaimana Aturan Publikasi Dokumen Perceraian?

Salinan Putusan Cerai Ria Ricis Beredar di Medsos, Bagaimana Aturan Publikasi Dokumen Perceraian?

Tren
Spyware Mata-mata asal Israel Diduga Dijual ke Indonesia

Spyware Mata-mata asal Israel Diduga Dijual ke Indonesia

Tren
Idap Penyakit Langka, Seorang Wanita di China Punya Testis dan Kromosom Pria

Idap Penyakit Langka, Seorang Wanita di China Punya Testis dan Kromosom Pria

Tren
Ribuan Kupu-kupu Serbu Kantor Polres Mentawai, Fenomena Apa?

Ribuan Kupu-kupu Serbu Kantor Polres Mentawai, Fenomena Apa?

Tren
Ramai soal Susu Dicampur Bawang Goreng, Begini Kata Ahli Gizi

Ramai soal Susu Dicampur Bawang Goreng, Begini Kata Ahli Gizi

Tren
57 Tahun Hilang Saat Perang Vietnam, Tentara Amerika Ini 'Ditemukan'

57 Tahun Hilang Saat Perang Vietnam, Tentara Amerika Ini "Ditemukan"

Tren
5 Tahun Menjabat, Sekian Uang Pensiun Seumur Hidup Anggota DPR RI

5 Tahun Menjabat, Sekian Uang Pensiun Seumur Hidup Anggota DPR RI

Tren
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Komentar
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com