KOMPAS.com - Seorang ibu di Tuban, Jawa Timur menawarkan ginjalnya kepada pengguna jalan dan viral di media sosial pada Senin (21/11/2022).
Informasi itu diunggah oleh akun Twitter ini, dalam bentuk video.
"ANAKNYA TERLILIT HUTANG PINJOL, IBU DI TUBAN JUAL GINJALNYA
ER (59), warga Kec Tuban, Tuban, berniat menjual salah satu ginjalnya. Dia sudah menawarkan kepada masyarakat dengan cara membeberkan poster tulisan tangan “Dijual Ginjal” disertai nomor ponselnya," tulis akun Twitter ini.
Dalam video berdurasi 1 menit itu, terlihat seorang ibu sedang memegang spanduk bertuliskan "DIJUAL GINJAL".
ANAKNYA TERLILIT HUTANG PINJOL, IBU DI TUBAN JUAL GINJALNYA
— Buk Camat (@Fheeny_) November 22, 2022
ER (59), warga Kec Tuban, Tuban, berniat menjual salah satu ginjalnya. Dia sudah menawarkan kepada masyarakat dengan cara membeberkan poster tulisan tangan “Dijual Ginjal” disertai nomor ponselnya. pic.twitter.com/C1QBYWMfae
Ibu tersebut lalu dibawa oleh petugas Dinas Sosial pemberdayaan Perempuan dan Perlindungan Anak, Pemberdayaan Masyarakat Desa (Dinsos P3A PMD) Tuban untuk dimintai keterangan.
Berikut sejumlah fakta terkait ibu-ibu yang menawarkan menjual ginjalnya di pinggir jalan.
Baca juga: Diduga Stres, Seorang Ibu Jual Ginjal untuk Anaknya
Dilansir dari Kompas.com, Senin (21/11/2022), ibu-ibu yang menawarkan menjual ginjal itu berinisial ER (59).
Wanita paruh baya itu mengungkapkan, alasan dirinya nekat mempromosikan untuk menjual ginjalnya lantaran untuk membantu melunasi utang anaknya sebesar Rp 150 juta.
Ia juga menyadari bahwa tindakannya itu dilarang.
"Saya tahu kalau jual ginjal itu dilarang, tapi terpaksa ingin menjual ginjal karena buat melunasi utang anak saya sampai Rp 150 juta," ujar ER saat dihubungi Kompas.com, Senin (21/11/2022).
Dikutip dari Tribunnews, Kamis (24/11/2022), ER memiliki tiga anak.
Alasan ER ingin menjual ginjal, karena terlilit utang yang dilakukan oleh anak keduanya, H.
Anak kedua ER, H berusia 31 tahun melakukan pinjaman online (pinjol) puluhan juta.
Kemudian, H kembali meminjam uang sekitar Rp 50 juta melalui program kredit usaha rakyat (KUR) dengan jaminan BPKB sepeda motor.
Tidak rampung sampai di situ, H kembali berutang di koperasi dan berbagai tempat.
Segala dana yang H dapatkan dari berhutang itu digunakan untuk bisnis investasi.
Mirisnya, bisnis tersebut justru membuat H apes.
H tidak mampu mengembalikan utang yang kian menumpuk selama lebih dari satu tahun.
"Anak saya yang utang kurang lebih total Rp 200 juta, sudah setahun lebih tidak membayar," ujar ER.
Baca juga: Penjual Gorengan di Tuban yang Hendak Jual Ginjal Minta Maaf: Saya Menyesal, Jangan Diikuti