Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Medio by KG Media
Siniar KG Media

Saat ini, aktivitas mendengarkan siniar (podcast) menjadi aktivitas ke-4 terfavorit dengan dominasi pendengar usia 18-35 tahun. Topik spesifik serta kontrol waktu dan tempat di tangan pendengar, memungkinkan pendengar untuk melakukan beberapa aktivitas sekaligus, menjadi nilai tambah dibanding medium lain.

Medio yang merupakan jaringan KG Media, hadir memberikan nilai tambah bagi ranah edukasi melalui konten audio yang berkualitas, yang dapat didengarkan kapan pun dan di mana pun. Kami akan membahas lebih mendalam setiap episode dari channel siniar yang belum terbahas pada episode tersebut.

Info dan kolaborasi: podcast@kgmedia.id

Merekayasa Kenyataan dengan Fotografi

Kompas.com - 29/10/2022, 07:35 WIB
Anda bisa menjadi kolumnis !
Kriteria (salah satu): akademisi, pekerja profesional atau praktisi di bidangnya, pengamat atau pemerhati isu-isu strategis, ahli/pakar di bidang tertentu, budayawan/seniman, aktivis organisasi nonpemerintah, tokoh masyarakat, pekerja di institusi pemerintah maupun swasta, mahasiswa S2 dan S3. Cara daftar baca di sini

Oleh: Zen Wisa Sartre dan Ristiana D. Putri

KOMPAS.com – Tak hanya sebagai kenangan yang dimakan waktu, dengan mengambil foto suatu kejadian atau fenomena, kita dapat seolah-olah membuatnya abadi. Akan tetapi, berada di mana dunia fotografi? Kenyataan atau dunia imaji?

Dilansir dari Psychology Today, imajinasi adalah kemampuan unik manusia untuk mengeksplorasi segala ide yang wujudnya masih berada dalam pikiran.

Sementara kenyataan atau realitas, para filsuf umumnya kerap mendefinisikan kenyataan sebagai sesuatu yang tidak perlu dibuktikan keberadaannya. Pendek kata, hanya dengan menggunakan panca indra kita bisa mengetahui sesuatu tersebut nyata dan ada.

Fotografi sendiri kerap dikaitkan sebagai representasi dari kenyataan dan bahkan dapat memengaruhi persepsi masyarakat atas kenyataan.

Agan Harahap, seniman manipulator foto, mengungkapkan keterkaitan fotografi, imajinasi, dan masyarakat dalam siniar BEGINU bertajuk “Manipulasi Realita melalui Ilustrasi” yang dapat diakses melalui dik.si/BeginuXAgan2.

Agan menyatakan dirinya banyak mendapat banyak respon kala mengunggah foto Basuki Tjahaya Purnama (Ahok) bersalaman dengan Habib Rizieq. Nyatanya, foto tersebut merupakan rekayasa yang Agan buat.

“Kan kita inginnya mereka damai,” ungkap Agan ketika ditanya bagaimana tanggapannya mengenai banyaknya respon terhadap foto yang dirinya unggah.

Baca juga: Anak Perempuan dan Belenggu Beban Ganda Sejak Kecil

Terlepas dari banyaknya respon, baik yang positif maupun negatif, dapat diketahui adanya kesadaran masyarakat tentang fenomena politik dan apa yang mereka konsumsi, yakni Ahok yang divonis penjara akibat kasus penistaan agama di tahun 2016 silam.

Berawal dari pidato

Saat melakukan kunjungan kerja di Pulau Pramuka, Kepulauan Seribu, Ahok dianggap melakukan penghinaan. Itulah mengapa, sejumlah kelompok masyarakat melaporkannya. Setelah itu, ormas Front Pembela Islam (FPI) menggelar “Aksi Damai 411”.

Tidak jauh berselang, kembali diadakan “Aksi 2 Desember” atau yang lebih dikenal dengan “212” yang dipimpin langsung oleh Habib Rizieq Shihab dengan tuntutan mengusut tuntas kasus penistaan agama.

Kemudian, Ahok pun dipenjara dan masyarakat menjadi terpecah dua kubu. Ada yang mendukung Ahok dipenjara, sementara ada juga yang beranggapan bahwa Ahok difitnah oleh Buni Yani. Terjadi juga perang opini di media sosial yang kian brutal.

Ungkapan-ungkapan yang tidak etis dan tidak terkontrol keluar dari jari-jemari warganet. Tidak sedikit pula berita-berita palsu atau hoaks beredar dengan tujuan menyudutkan masing-masing kubu dan memecah belah masyarakat.

Baca juga: Mengenal Sistem Peradilan Anak di Indonesia

Berangkat dari fenomena ini, Agan melakukan manipulasi digital sebagai respon kejadian politik yang luar biasa. Agan menghadirkan realitas dengan mengunggah foto yang merepresentasikan bahwa Ahok dan Habib Rizieq telah berdamai.

Cermin realitas

Secara garis besar, fotografi dapat dilihat sebagai medium untuk menghadirkan fenomena di masyarakat melalui media visual. Fenomena yang hadir ini memantik seseorang yang melihat dalam memaknainya.

Halaman:
Video rekomendasi
Video lainnya

Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Komentar
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com