Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Sederet Dampak Perang Rusia Ukraina bagi Ekonomi Indonesia

Kompas.com - 05/03/2022, 17:30 WIB
Dandy Bayu Bramasta,
Rendika Ferri Kurniawan

Tim Redaksi

KOMPAS.com - Perang antara Rusia dan Ukraina masih berlangsung hingga hari ini.

Konflik kedua negara kian memanas dan menyita perhatian masyarakat global.

Secara global, perang di Ukraina adalah "bencana" bagi dunia yang akan menyebabkan berkurangnya pertumbuhan ekonomi global.

"Perang di Ukraina terjadi pada saat yang buruk bagi dunia karena inflasi sudah naik," kata presiden Bank Dunia, David Malpass, dikutip dari BBC, Jumat (4/3/2022).

Baca juga: Daftar Sanksi yang Dijatuhkan kepada Rusia atas Invasi Ukraina, Apa Saja?

Namun, bagaimana dampak ekonomi perang Rusia-Ukraina bagi Indonesia?

1. Harga gandum melambung

Direktur Eksekutif Center of Economic and Law Studies (Celios) Bhima Yudhistira mengatakan, salah satu dampak perang Rusia-Ukraina adalah kenaikan harga gandum.

Menurutnya, kenaikan harga gandum cepat atau lambat akan berdampak pada konsumen di Indonesia, mengingat gandum merupakan bahan baku dari produk pangan seperti mi instan dan terigu.

"Kelangkaan gandum atau kenaikan harga karena konflik di Ukraina bisa meningkatkan harga produk turunan termasuk mi instan, tapi ini semua bergantung," ujar Bhima, saat dihubungi Kompas.com, Sabtu (5/3/2022) siang.

"Karena mi instan ini merupakan segmen masyarakat menengah ke bawah, yang artinya dalam situasi saat ini banyak yang belum siap menerima kenaikan harga," imbuhnya.

Solusinya, kata dia, margin keuntungan dari produsen mi instan yang akan dipangkas atau ukuran dari mi instan diperkecil, atau mengeluarkan produk mi instan dengan kualitas lebih rendah.

Bhima menerangkan, dari sisi pemerintah bisa membantu memfasilitasi pengusaha mi instan untuk mendapatkan suplai bahan baku gandum selain dari Ukraina.

Baca juga: Invasi Rusia, Didasari Ukraina yang Enggan Urungkan Niat Bergabung dengan NATO

2. Harga minyak mentah melonjak

Invasi Rusia ke Ukraina membuat harga minyak mentah melonjak hingga melewati level 100 dollar per barel.

Kondisi tersebut membuat beberapa Badan Usaha Milik Negara (BUMN) energi merasakan dampaknya secara langsung.

Bhima mengatakan, lonjakan harga minyak dunia membuat perusahaan pelat merah membebankan berbagai kenaikan harga ini kepada masyarakat.

"Termasuk LPG nonsubsidi yang telah disesuaikan dua kali harganya, sudah naik dua kali, kemudian juga untuk BBM jenis non subsidi juga dilakukan penyesuaian," ujarnya.

Halaman:
Video rekomendasi
Video lainnya

Terkini Lainnya

Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Komentar
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com