Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Mengapa Cuaca di Pulau Jawa Terasa Panas Saat Musim Hujan?

Kompas.com - 06/01/2022, 16:30 WIB
Dandy Bayu Bramasta,
Sari Hardiyanto

Tim Redaksi

KOMPAS.com - Badan Meteorologi, Klimatologi, dan Geofisika (BMKG) menginformasikan bahwa dalam beberapa hari terakhir curah hujan di Pulau Jawa berkurang.

Sehingga, hal tersebut menyebabkan cuaca panas imbas tidak ada hujan.

Menurut BMKG, cuaca panas dan curah hujan yang berkurang di Jawa selama beberapa hari terakhir karena adanya sirkulasi siklonik di sekitar Laut Natuna.

"Jika diilihat dari pola angin, saat ini terpantau adanya sirkulasi siklonik di sekitar Laut Natuna, barat Laut Kalimantan yang menahan massa uap air dari Asia," demikian penjelasan BMKG dikutip dari akun Instagram resminya, @infobmkg, Kamis (6/1/2022).

"Hal ini menyebabkan uap air ke BBS (Belahan Bumi Selatan) atau tepatnya ke pulau Jawa relatif lebih sedikit atau berkurang dari biasanya," imbuh BMKG.

Baca juga: Warganet Keluhkan Suhu Panas Hari Ini, Berikut Penjelasan BMKG

Penyebab cuaca panas saat musim hujan

BMKG menambahkan, jika dilihat dari kelembapan udara lapisan 700 mb, terpantau RH yang cukup kering di wilayah Jawa, terutama di Jawa Barat bagian selatan, Jawa Tengah, dan sebagian Jawa Timur yang menyebabkan asupan untuk pembentukan awan-awan hujan menjadi berkurang.

Namun demikian, BMKG mengimbau masyarakat untuk tetap waspada karena dalam beberapa hari ke depan, yakni antara 9-13 Januari 2022 diperkirakan Pulau Jawa akan kembali mengalami peningkatan intensitas curah hujan.

Baca juga: BMKG Pantau Potensi Bibit Siklon di Laut Timor-Arafura, Ini Dampaknya bagi Indonesia

 
 
 
Lihat postingan ini di Instagram
 
 
 

Sebuah kiriman dibagikan oleh BMKG (@infobmkg)

Baca juga: Selain Indah, Embun Es di Dieng Juga Bermanfaat bagi Petani, Simak Penjelasannya...

Musim identik dengan curah hujan

Deputi Bidang Meteorologi BMKG Guswanto mengatakan, musim tidak identik dengan suhu dingin atau panas, namun musim identik dengan curah hujan.

Pada saat musim penghujan seperti saat ini, imbuhnya, dapat dilihat di lokasi-lokasi yang mengalami pendinginan suhu, maka di wilayah itu pula biasanya cuacanya cerah.

"Artinya radiasi panas sinar Matahari yang diterima Bumi dapat dipantulkan atau lepas ke angkasa secara optimal, maka suhu terasa dingin," ujar Guswanto, saat dihubungi Kompas.com, Kamis (6/1/2022).

Baca juga: Viral, Video Hujan Turun Hanya Guyur Satu Mobil, Ini Penjelasan BMKG

Menurutnya, kondisi itu akan berbeda bila langit berawan, maka radiasi panas Matahari ke Bumi atau radiasi Bumi yang lepas ke angkasa tertahan oleh awan, sehingga kondisi terasa hangat, gerah, atau panas.

Ia menambahkan, penurunan suhu terhadap ketinggian pada lapisan atmosfer, khususnya troposfer adalah 0,65 derajat celsius per 100 meter.

Secara fisis, suhu udara akan menurun terhadap ketinggian.

"Artinya semakin tinggi suatu tempat maka suhu udaranya akan semakin dingin. Berdasarkan rumusan fisis ini maka kita dapat menentukan suhu udara suatu tempat berdasarkan ketinggiannya. Biasanya tempat yang lebih tinggi itu biasanya lebih dingin," tandasnya.

Baca juga: Heboh Langit Merah Disertai Petir di Gunung Welirang, Benarkah Tanda Erupsi? Ini Penjelasan BMKG

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Video rekomendasi
Video lainnya

Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Komentar
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com