Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Mengenang Soe Hok Gie, Berpulang di Gunung Semeru 52 Tahun Lalu

Kompas.com - 16/12/2021, 07:32 WIB
Rosy Dewi Arianti Saptoyo,
Inggried Dwi Wedhaswary

Tim Redaksi

KOMAPS.com - Gunung Semeru menjadi saksi bisu meninggalnya aktivis muda Indonesia, Soe Hok Gie, 52 tahun lalu.

Pemuda yang akrab disapa Gie ini mengembuskan napas terakhirnya di Puncak Mahameru, Gunung Semeru, pada 16 Desember 1969.

Jalur pendakian Gunung Semeru pada masa itu jauh lebih ekstrem karena belum banyak pendaki menjadikannya destinasi seperti beberapa dekade belakangan.

Gie dan kawannya, Idhan Lubis, diduga menghirup gas beracun yang massanya lebih berat dari oksigen.

Baca juga: Prasasti Soe Hok Gie–Idhan Lubis Dipasang di Puncak Mahameru

Mendaki untuk merayakan ulang tahun

Diberitakan Harian Kompas, 22 Desember 1969, tersiar kabar bahwa ada dua pendaki dari Jakarta tewas di Gunung Semeru, Jawa Timur. Mereka adalah Soe Hok Gie dan Idhan Lubis.

Gie dan Idhan bersama rombongan pendaki lainnya, yakni Abdurrachman, Herman Onesimus Lantang, Anton Wijaya, Rudy Badil, Freddy Lodewijk Lasut, dan wartawan Sinar Harapan Arstides Katoppo.

Sehari sebelumnya, pada 21 Desember 1969, TNI Angkatan Laut mencoba mencari para pendaki ini, tetapi kabut membuat proses pencarian semakin sulit.

Rombongan pendaki ini berangkat dari Stasiun Gambir pukul 07.00 ke Stasiun Gubeng Surabaya.

Mereka berencana mendaki gunung tertinggi di Pulau Jawa, sekaligus menjadi hari istimewa Soe Hok Gie yang akan merayakan ulang tahun ke-27 pada 17 Desember.

Mengambil jalur yang tidak umum

Jalur pendakian Mahameru saat itu belum banyak dikunjungi  para pendaki. Gie dan rombongannya membawa buku panduan mendaki Gunung Semeru terbitan Belanda tahun 1930.

Kendati demikian, mereka mengambil jalur yang tidak umum dengan melewati Kali Amprong mengikuti pematang Gunung Ayek Ayek, sampai turun ke arah Oro Oro Ombo.

Harian Kompas, 16 Desember 1984, memberitakan, rombongan ini mendirikan kemah di Oro Oro Ombo, kemudian melanjutkan perjalanan ke Di Recopado.

Mereka meninggalkan tas dan tenda untuk bisa mencapai Puncak Mahameru.

Mereka membagi dua kelompok. Kelompok pertama ada Aristides, Gie, Rudy Badil, Anton Wijaya, Abdurrachman, dan Freddy. Kedua, Herman bersama Idhan.

Mereka sampai di Puncak Mahameru jelang sore dan mulai kehabisan tenaga. Gie menunggu rombongan Herman yang tertinggal di belakang.

Halaman:
Video rekomendasi
Video lainnya

Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Komentar
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com