Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Waspada Siklon Tropis 98W, Apa Dampaknya ke Wilayah Indonesia?

Kompas.com - 18/07/2021, 18:00 WIB
Mela Arnani,
Rendika Ferri Kurniawan

Tim Redaksi

KOMPAS.com - Badan Meteorologi, Klimatologi, dan Geofisika (BMKG) melakukan monitoring terhadap bibit siklon tropis 98W.

Menurut Deputi Bidang Meteorologi BMKG Guswanto, hasil pemantauan melalui Jakarta TCWC ( Tropical Cyclone Warning Center) pada 17 Juli 2021, bibit siklon tropis 98W teridentifikasi tumbuh di Samudera Pasifik Barat sebelah timur Filipina bagian utara pada posisi 21.2 LU 133.6 BT.

Adapun bibit siklon 98W ini bergerak ke arah barat laut menuju perairan utara Filipina, menjauhi wilayah Indonesia.

"Dalam 24 jam kedepan, bibit 98 W ini berpotensi untuk tumbuh menjadi siklon tropis," ujar Guwanto dalam keterangan tertulis yang dikutip Kompas.com, Minggu (18/7/2021).

Baca juga: Aturan Lengkap Pembatasan Aktivitas Selama Libur Idul Adha, Berlaku Mulai Hari Ini

Dampak ke wilayah Indonesia

Mengingat posisinya yang sangat jauh dari wilayah Indonesia, lanjut Guswanto, bibit siklon tropis 98W tidak berpengaruh terhadap kondisi cuaca di Indonesia.

Sementara itu, BMKG mendeteksi adanya potensi bibit siklon tropis 99W di wilayah Laut Cina Selatan bagian barat Filipina Utara, tepatnya pada posisi 18.8 LU 115.5 BT.

"Kecepatan angin maksimum disekitar sistem 99W mencapai 10 Knot (18.5 Km/jam) dengan tekanan udara di pusat sistemnya mencapai 1014 hPa," kata Guswanto.

Ia menambahkan, berdasarkan analisis terbaru, bibit siklon tropis 99W belum berpotensi untuk tumbuh menjadi siklon tropis.

Selain itu, bibit siklon tropis 99W juga tidak memberikan dampak terhadap kondisi cuaca di wilayah Indonesia.

Baca juga: Aturan Lengkap Pembatasan Aktivitas Selama Libur Idul Adha, Berlaku Mulai Hari Ini

Potensi hujan

Saat ini, tutur Guswanto, BMKG juga memantau adanya belokan angin yang terbentuk dari aliran massa udara dari Belahan Bumi Selatan (BBS) ke wilayah Belahan Bumi Utara (BBU), yakni di Kalimantan bagian timur, Sulawesi bagian utara dan tengah.

Tak hanya itu, juga terpantau adanya daerah perlambatan kecepatan angin (konvergensi) yang memanjang dari Bengkulu bagian selatan hingga perairan barat Aceh bagian selatan, dari Kalimantan Timur bagian selatan hingga Kalimantan bagian utara, dari Maluku hingga perairan utara Papua Barat dan dari Papua bagian selatan hingga Papua bagian utara.

Guswanto menjelaskan, perlambatan dan belokan angin ini dapat berdampak pada potensi hujan sedang hingga lebat di Kalimantan Utara, Sulawesi Tengah, Bengkulu, Maluku Utara, Maluku, Papua Barat dan Papua.

Masyarakat yang hendak memperoleh informasi terkini, dapat langsung mengakses:

"Atau dapat langsung menghubungi kantor BMKG terdekat," tutur dia.

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Video rekomendasi
Video lainnya

Terkini Lainnya

Benarkah Kucing Lebih Menyukai Manusia yang Tidak Menyukai Mereka?

Benarkah Kucing Lebih Menyukai Manusia yang Tidak Menyukai Mereka?

Tren
Banjir di Sulawesi Selatan, 14 Orang Meninggal dan Ribuan Korban Mengungsi

Banjir di Sulawesi Selatan, 14 Orang Meninggal dan Ribuan Korban Mengungsi

Tren
Buah-buahan yang Aman Dikonsumsi Anjing Peliharaan, Apa Saja?

Buah-buahan yang Aman Dikonsumsi Anjing Peliharaan, Apa Saja?

Tren
BPOM Rilis Daftar Suplemen dan Obat Tradisional Mengandung Bahan Berbahaya, Ini Rinciannya

BPOM Rilis Daftar Suplemen dan Obat Tradisional Mengandung Bahan Berbahaya, Ini Rinciannya

Tren
Arkeolog Temukan Vila Kaisar Pertama Romawi, Terkubur di Bawah Abu Vulkanik Vesuvius

Arkeolog Temukan Vila Kaisar Pertama Romawi, Terkubur di Bawah Abu Vulkanik Vesuvius

Tren
Kapan Seseorang Perlu ke Psikiater? Kenali Tanda-tandanya Berikut Ini

Kapan Seseorang Perlu ke Psikiater? Kenali Tanda-tandanya Berikut Ini

Tren
Suhu Panas Melanda Indonesia, 20 Wilayah Ini Masih Berpotensi Diguyur Hujan Sedang-Lebat

Suhu Panas Melanda Indonesia, 20 Wilayah Ini Masih Berpotensi Diguyur Hujan Sedang-Lebat

Tren
Apa Beda KIP Kuliah dengan Beasiswa pada Umumnya?

Apa Beda KIP Kuliah dengan Beasiswa pada Umumnya?

Tren
Kisah Bocah 6 Tahun Meninggal Usai Dipaksa Ayahnya Berlari di Treadmill karena Terlalu Gemuk

Kisah Bocah 6 Tahun Meninggal Usai Dipaksa Ayahnya Berlari di Treadmill karena Terlalu Gemuk

Tren
ASN Bisa Ikut Pelatihan Prakerja untuk Tingkatkan Kemampuan, Ini Caranya

ASN Bisa Ikut Pelatihan Prakerja untuk Tingkatkan Kemampuan, Ini Caranya

Tren
Arkeolog Temukan Kota Hilang Berusia 8.000 Tahun, Terendam di Dasar Selat Inggris

Arkeolog Temukan Kota Hilang Berusia 8.000 Tahun, Terendam di Dasar Selat Inggris

Tren
Daftar Harga Sembako per Awal Mei 2024, Beras Terendah di Jawa Tengah

Daftar Harga Sembako per Awal Mei 2024, Beras Terendah di Jawa Tengah

Tren
Menakar Peluang Timnas Indonesia Vs Guinea Lolos ke Olimpiade Paris

Menakar Peluang Timnas Indonesia Vs Guinea Lolos ke Olimpiade Paris

Tren
Berapa Suhu Tertinggi di Asia Selama Gelombang Panas Terjadi?

Berapa Suhu Tertinggi di Asia Selama Gelombang Panas Terjadi?

Tren
Menyusuri Ekspedisi Arktik 1845 yang Nahas dan Berujung Kanibalisme

Menyusuri Ekspedisi Arktik 1845 yang Nahas dan Berujung Kanibalisme

Tren
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Komentar
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com