Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Dinda Lisna Amilia
Dosen

Dosen Ilmu Komunikasi di Universitas 17 Agustus 1945, Surabaya.

Refleksi Hari Kebebasan Pers Sedunia: Tenggelam dalam Banjir Informasi

Kompas.com - 03/05/2021, 21:24 WIB
Anda bisa menjadi kolumnis !
Kriteria (salah satu): akademisi, pekerja profesional atau praktisi di bidangnya, pengamat atau pemerhati isu-isu strategis, ahli/pakar di bidang tertentu, budayawan/seniman, aktivis organisasi nonpemerintah, tokoh masyarakat, pekerja di institusi pemerintah maupun swasta, mahasiswa S2 dan S3. Cara daftar baca di sini

DI era merebaknya informasi seperti sekarang, media massa menghadapi tantangan tersendiri dalam mengolah dan menyajikan berita.

Agresivitas masyarakat dalam media sosial berperan dalam mengurangi kepercayaan publik pada institusi pers.

Di sisi lain, kadang jurnalis pun ikut menggunakan informasi dari media sosial tanpa melakukan verifikasi terlebih dahulu.

Analoginya, keberadaan pers dihancurkan dari luar dan dirusak dari dalam. Selalu ada pertempuran dari faktor luar dan dalam yang menggiring pembaca tidak bisa menyaring prioritas berita mana yang layak untuk diberi atensi. Malah berakhir tenggelam dalam arus informasi.

Faktor dari dalam

Faktor dari dalam merujuk pada kerja pers yang cenderung bias atau tendensius. Informasi yang melimpah membuat jurnalis tidak bisa membedakan mana kerja jurnalistik yang nyata dan kerja jurnalistik mengaburkan makna.

Dalam praktiknya, kerja jurnalistik yang mengaburkan makna disebut sebagai praktik jurnalisme kuning.

Dikatakan demikian karena berita sebagai produk jurnalistik telah keluar dari substansi oleh sebab didominasi oleh aspek-aspek bersifat sensasi, sadis, vulgar dan bahkan cabul yang didramatisir begitu rupa, jauh dari realita sesungguhnya (Malik:2017)

Di Indonesia, publik lebih mengenal jurnalisme kuning dengan sebutan infotainment. Meski naasnya tidak semua media mau disebut sebagai infotainment, kendati apa yang dilakukan lebih mirip kerja infotainment daripada jurnalisme itu sendiri.

Kerja jurnalisme kuning seringkali melompati proses verifikasi dari kedua pihak yang bersebrangan sehingga akurasinya patut dipertanyakan.

Sumber beritanya pun seringkali anonim, merujuk pada “kata orang” atau memberi porsi lebih pada satu narasumber saja. Sumber yang tidak otoritatif dalam kerja jurnalisme itu tidak bisa dipertanggung-jawabkan.

Dalam menghindari bias kerja, sebenarnya sudah ada kode etik jurnalistik yang mengatur panduan dalam membuat berita hingga tingkah laku jurnalis.

Namun melihat perkembangan informasi yang beredar seperti sekarang, rasanya pers tidak bisa bekerja sendiri.

Dalam buku BLUR: How To Know What’s True in The Age of Information Overload, jurnalis senior Amerika Serikat Bill Kovach dan Tom Rosenstiel menambah elemen ke-10 dalam elemen kerja jurnalisme mereka.

Dalam elemen ke-10 ini, Kovach dan Rosenstiel mempertanyakan siapa yang bisa disebut sebagai jurnalis. Di era media digital, kini siapa saja bisa memproduksi konten. Warga bukan lagi menjadi konsumen media, masyarakat juga telah menciptakan media mereka sendiri.

Faktor dari luar

Selain faktor dari dalam, ada juga faktor luar dari tantangan kerja jurnalistik di era sekarang. Faktor luar merujuk pada dampak dari kerja jurnalistik.

Halaman:
Video rekomendasi
Video lainnya

Terkini Lainnya

Perjalanan Sashya Subono, Animator Indonesia di Balik Film Avatar, She-Hulk, dan Hawkeye

Perjalanan Sashya Subono, Animator Indonesia di Balik Film Avatar, She-Hulk, dan Hawkeye

Tren
Ramai soal Mobil Diadang Debt Collector di Yogyakarta padahal Beli 'Cash', Ini Faktanya

Ramai soal Mobil Diadang Debt Collector di Yogyakarta padahal Beli "Cash", Ini Faktanya

Tren
Pria di India Ini Memiliki Tumor Seberat 17,5 Kg, Awalnya Mengeluh Sakit Perut

Pria di India Ini Memiliki Tumor Seberat 17,5 Kg, Awalnya Mengeluh Sakit Perut

Tren
Daftar 10 Ponsel Terlaris di Dunia pada Awal 2024

Daftar 10 Ponsel Terlaris di Dunia pada Awal 2024

Tren
Ramai soal Pejabat Ajak Youtuber Korsel Mampir ke Hotel, Ini Kata Kemenhub

Ramai soal Pejabat Ajak Youtuber Korsel Mampir ke Hotel, Ini Kata Kemenhub

Tren
Beredar Penampakan Diklaim Ular Jengger Bersuara Mirip Ayam, Benarkah Ada?

Beredar Penampakan Diklaim Ular Jengger Bersuara Mirip Ayam, Benarkah Ada?

Tren
Warganet Sambat ke BI, Betapa Susahnya Bayar Pakai Uang Tunai di Jakarta

Warganet Sambat ke BI, Betapa Susahnya Bayar Pakai Uang Tunai di Jakarta

Tren
Daftar Bansos yang Cair Mei 2024, Ada PKH dan Bantuan Pangan Non-tunai

Daftar Bansos yang Cair Mei 2024, Ada PKH dan Bantuan Pangan Non-tunai

Tren
8 Catatan Prestasi Timnas Indonesia Selama Dilatih Shin Tae-yong

8 Catatan Prestasi Timnas Indonesia Selama Dilatih Shin Tae-yong

Tren
Promo Tiket Ancol Sepanjang Mei 2024, Ada Atlantis dan Sea World

Promo Tiket Ancol Sepanjang Mei 2024, Ada Atlantis dan Sea World

Tren
Viral, Video Drone Diterbangkan di Kawasan Gunung Merbabu, TNGM Buka Suara

Viral, Video Drone Diterbangkan di Kawasan Gunung Merbabu, TNGM Buka Suara

Tren
Daftar 19 Wakil Indonesia dari 9 Cabor yang Sudah Pastikan Tiket ke Olimpiade Paris 2024

Daftar 19 Wakil Indonesia dari 9 Cabor yang Sudah Pastikan Tiket ke Olimpiade Paris 2024

Tren
Warga Bandung “Menjerit” Kepanasan, BMKG Ungkap Penyebabnya

Warga Bandung “Menjerit” Kepanasan, BMKG Ungkap Penyebabnya

Tren
Medan Magnet Bumi Melemah, Picu Kemunculan Makhluk Aneh 500 Juta Tahun Lalu

Medan Magnet Bumi Melemah, Picu Kemunculan Makhluk Aneh 500 Juta Tahun Lalu

Tren
Jadwal Keberangkatan Haji 2024 dari Indonesia, Ini Cara Mengeceknya

Jadwal Keberangkatan Haji 2024 dari Indonesia, Ini Cara Mengeceknya

Tren
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Komentar
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com