KOMPAS.com - Ramai di media sosial terkait komentar para juri yang menyinggung salah satu peserta ajang pencarian bakat di stasiun televisi Indonesia.
Dua orang juri menanggapi terkait eating disorder yang dialami salah satu model yang berkompetisi di sana.
Tanggapan tersebut kemudian menuai banyak kritikan dari warganet karena dinilai meremehkan penyakit mental seseorang.
Tw: Depression and Eating disorder
— rachell yahya (@raechuuu) March 21, 2021
I cant even begin to explain how upsetting and disappointing these videos are. To be open and transparent about your mental illnesses (god knows how hard that is) and to be belittled and mocked on television breaks my heart so much. pic.twitter.com/bOSghlrWIk
Lantas, apa itu eating disorder? Bagaimana tanggapan psikolog soal hal itu?
Baca juga: Sulli Diduga Bunuh Diri, Ini 9 Cara Lindungi Kesehatan Mental
Psikolog klinis Veronica Adesla menjelaskan bahwa eating disorder adalah gangguan makan atau berhubungan dengan perilaku makan.
"Gangguan ini secara signifikan mampu mengganggu kesehatan fisik dan fungsi psikososial (dalam menjalani aktivitas bekerja sosial sehari-hari)," ujar Vero saat dihubungi Kompas.com, Rabu (24/3/2021).
Menurutnya, gangguan ini bisa muncul dengan kondisi yang berbeda-beda, antara lain:
Baca juga: Kesehatan Jiwa dan Pemahaman yang Kerap Keliru soal Dokter Jiwa...
Selain itu, Vero menjelaskan bahwa penyebab eating disorder bisa beragam, salah satunya juga bergantung pada jenis gangguan yang dialami.
"Ada yang dipengaruhi oleh proses tumbuh kembang masa kecil, mengalami berbagai peristiwa hidup yang stressful, tuntutan atau tekanan dari lingkungan (seperti: keluarga, pertemanan, pekerjaan)," ujar Vero.
"Penyebab lain, termasuk pengaruh budaya mengenai penilaian konsep cantik atau bentuk tubuh kurus atau ideal," lanjut dia.
Baca juga: Hal Sepele Ini Sering Dianggap Remeh, tetapi Bisa Ganggu Kesehatan Jiwa
Vero mengungkapkan, eating disorder masih bisa ditangani dengan dukungan dari berbagai pihak.
Menurutnya, penanganan untuk eating disorder dapat berupa family therapy, cognitive behavioral therapy, dan interpersonal therapy.
"Keluarga memegang peranan penting untuk membangun pola perilaku makan yang sehat pada anak," ujar Vero.
Kemudian, dengan menjalani penanganan cognitive behavior therapy dapat membantu individu untuk mengubah pemikiran negatifnya yang tidak rasional terkait penampilan dan mengubah pola makannya.
Sedangkan, interpersonal psychotherapy mampu membantu indvidu untuk meningkatkan kualitas relasinya dengan orang lain, melalui belajar untuk menyelesaikan konflik dan memperluas jaringan sosial.
Baca juga: Hari Kesehatan Jiwa Sedunia, Bagaimana Cara Jaga Kesehatan Mental?