Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Facebook Akan Hapus Klaim Palsu soal Vaksin Covid-19

Kompas.com - 04/12/2020, 15:32 WIB
Gloria Natalia Dolorosa

Penulis

KOMPAS.com - Beberapa pekan mendatang, Facebook mulai menghapus klaim palsu tentang vaksin Covid-19 yang telah dibantah para ahli kesehatan di platform Facebook dan Instagram.

Kebijakan ini diumumkan perusahaan media sosial itu pada Kamis (3/12/2020).

Facebook menyatakan kebijakan tersebut dikeluarkan karena pertimbangan kemunculan berita mengenai vaksin Covid-19 yang segera diluncurkan di dunia.

"Ini adalah cara lain kami dalam menerapkan kebijakan menghapus informasi yang salah tentang virus Covid-19 yang dapat menyebabkan cedera fisik," tulis Facebook dalam situs webnya.

Klaim palsu seputar vaksin Covid-19 yang akan dihapus mencakup klaim palsu tentang keamanan, kemanjuran, kandungan atau efek samping dari vaksin.

Misal, klaim palsu bahwa vaksin Covid-19 mengandung microchip atau apa pun yang tidak ada dalam daftar resmi bahan vaksin.

Facebook juga berencana menghapus teori konspirasi soal Covid-19 yang diketahuinya salah. Contohnya, populasi tertentu yang digunakan tanpa persetujuan mereka untuk menguji keamanan vaksin.

Facebook menyatakan akan terus memperbarui klaim yang dihapusnya secara berkala berdasarkan panduan dari otoritas kesehatan masyarakat ketika otoritas tersebut mempelajari klaim itu lebih lanjut.

"Kami juga terus membantu orang-orang tetap mengetahui vaksin Covid-19 dengan mempromosikan sumber informasi resmi melalui COVID-19 Information Center," kata Facebook.

Saat ini, dua perusahaan obat, yakni Pfizer dan Moderna, tengah meminta otoritas Amerika Serikat (AS) untuk penggunaan darurat atas vaksin masing-masing.

Teranyar, Inggris telah setuju menggunakan vaksin Covid-19 yang dikembangkan Prizer-BioNTech, mendahului AS dan Eropa.

Respons terhadap pengumuman vaksin Covid-19 lebih dulu dilakukan YouTube. Medio November lalu YouTube mulai menambahkan informasi soal vaksin Covid-19 pada panel informasi periksa fakta di bagian video dan pencarian tentang Covid-19.

Langkah itu diterapkan YouTube untuk memerangi misinformasi soal Covid-19, utamanya vaksin Covid-19 yang saat itu menunjukkan hasil akhir.

Dalam menghadapi sebaran misinformasi di masa pandemi ini, Facebook terus memperkuat kebijakannya. Sesaat setelah badan kesehatan dunia WHO menetapkan wabah Covid-19 sebagai pandemi global pada 11 Maret 2020, Facebook menampilkan COVID-19 Information Center di bagian atas Umpan Berita (News Feed).

Layanan itu menyediakan tempat terpusat bagi orang-orang mendapatkan berita dan informasi terbaru dan tips menjaga kesehatan. Informasi terbaru dari organisasi global seperti WHO juga tersedia di dalamnya.

Di bulan yang sama, WHO bekerja sama dengan Facebook merilis chatbot di Facebook Messenger yang menyediakan informasi terkini mengenai virus corona.

Juga di bulan Maret 2020, Facebook melarang iklan dan penjualan masker di platform-nya. Kebijakan ini diambil agar kondisi masyarakat yang tengah dilanda kepanikan tidak dimaanfatkan segelintir orang untuk kepentingan pribadi.

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Video rekomendasi
Video lainnya

Terkini Lainnya

6 Kebiasaan Sederhana yang Membantu Meningkatkan Angka Harapan Hidup

6 Kebiasaan Sederhana yang Membantu Meningkatkan Angka Harapan Hidup

Tren
Bolehkah Memakai 'Pimple Patch' Lebih dari Sekali?

Bolehkah Memakai "Pimple Patch" Lebih dari Sekali?

Tren
Polisi dan Istri Brigadir RAT Beda Keterangan soal Keberadaan Korban Sebelum Tewas

Polisi dan Istri Brigadir RAT Beda Keterangan soal Keberadaan Korban Sebelum Tewas

Tren
Viral, Video Wisatawan di Curug Ciburial Bogor Kena Pungli, Pelaku Sudah Diamankan

Viral, Video Wisatawan di Curug Ciburial Bogor Kena Pungli, Pelaku Sudah Diamankan

Tren
Alasan Kapolri Buka Peluang Pengungkapan Kasus Meninggalnya Brigadir RAT Dibuka Kembali

Alasan Kapolri Buka Peluang Pengungkapan Kasus Meninggalnya Brigadir RAT Dibuka Kembali

Tren
Kasus KIP Kuliah, Undip: Mahasiswi Rela Mundur untuk Digantikan yang Lebih Butuh

Kasus KIP Kuliah, Undip: Mahasiswi Rela Mundur untuk Digantikan yang Lebih Butuh

Tren
2 Cara Indonesia Lolos Olimpiade 2024 Paris

2 Cara Indonesia Lolos Olimpiade 2024 Paris

Tren
Pertandingan Timnas Indonesia Vs Irak Malam Ini, Pukul Berapa?

Pertandingan Timnas Indonesia Vs Irak Malam Ini, Pukul Berapa?

Tren
Penjelasan Wakil Wali Kota Medan soal Paman Bobby Jadi Plh Sekda

Penjelasan Wakil Wali Kota Medan soal Paman Bobby Jadi Plh Sekda

Tren
Daftar Juara Piala Thomas dan Uber dari Masa ke Masa, Indonesia dan China Mendominasi

Daftar Juara Piala Thomas dan Uber dari Masa ke Masa, Indonesia dan China Mendominasi

Tren
Video Viral Pria Ditusuk hingga Meninggal karena Berebut Lahan Parkir, Ini Kata Polisi

Video Viral Pria Ditusuk hingga Meninggal karena Berebut Lahan Parkir, Ini Kata Polisi

Tren
Ramai soal Penerima KIP Kuliah Bergaya Hidup Mewah, Ini Alasan KIPK Bisa Dicabut

Ramai soal Penerima KIP Kuliah Bergaya Hidup Mewah, Ini Alasan KIPK Bisa Dicabut

Tren
Ramai Dibicarakan, Apa Itu KIP Kuliah? Berikut Syarat, Keunggulan, dan Jangka Waktunya

Ramai Dibicarakan, Apa Itu KIP Kuliah? Berikut Syarat, Keunggulan, dan Jangka Waktunya

Tren
Terungkap, Begini Kronologi Pembunuhan Wanita dalam Koper di Cikarang

Terungkap, Begini Kronologi Pembunuhan Wanita dalam Koper di Cikarang

Tren
Buku-buku Kuno Memiliki Racun dan Berbahaya jika Disentuh, Kok Bisa?

Buku-buku Kuno Memiliki Racun dan Berbahaya jika Disentuh, Kok Bisa?

Tren
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Komentar
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com